18. Berubah-ubah

7.7K 325 198
                                    

Pengen banget 200 vote tembus dlm sehari tapi gak mungkin sih, karena pada pelit-pelit. Ada yang vote aja aku udah bahagia banget 🥰

Lupakan, enjoy guys

Selamat membaca

***

"Kenapa diam?" tanya Nangala, bingung saat tidak mendengar tanggapan gadis dalam pelukannya.

Hera yang ditanya seperti itu ikutan bingung. Ia diam ya, karena memang tidak ingin bicara. Apa lagi Nangala terus memeluknya tanpa ada niatan untuk melepaskannya.

"Entah kenapa gue lebih suka sama Halera yang dulu." gumamnya.

Nangala membalikkan tubuh gadis itu sehingga keduanya saling berhadapan satu sama lain. Hera terdiam kaku saat tangan kekar lelaki dihadapannya itu membelai pipinya. Senyuman manis tercetak jelas di wajah tampan, Nangala begitu melihat leher jenjang sang gadis tampak menarik, ada bekas tanda perbuatannya di sana.

"Halera yang cerewet, kasar, keras kepala dan berani. Gue merindukan Halera yang dulu." Lanjutnya lagi. "Gue pengen dengar suara lo saat lagi kesal atau marah. Bukannya diam seperti bisu seperti sekarang."

Ada kalanya, Nangala merindukan sosok Hera saat berani mengatainya tidak waras. Ia rindu dengan kepribadian Halera yang dulu, sebelum ia merusak mental gadis itu. Harusnya, ia bahagia saat melihat Hera yang kini telah jinak dan patuh, namun itu semua justru membuat ia tidak puas. Ia justru ingin Halera--nya seperti dulu.

Berbeda dengan Nangala, Hera justru mendengus dalam hatinya dan memaki lelaki dihadapannya itu. Berbagai hewan yang ada di kebun bintang hampir ia sebut namanya. Ia patuh bukan karena tidak berdaya untuk melawan, justru sebaliknya. Ia hanya pura-pura patut dan jadi gadis lemah.

Hera melakukannya itu semua tentu untuk mengelabuhi Nangala. Suatu saat nanti, ia akan kabur disaat lelaki tersebut sudah mulai lengah.

"Sayang!?"

Hera mengepalkan tangannya dengan kuat sembari mendongak. "K-kenapa?" tanyanya, gugup.

"Hari ini aku harus anterin kamu pulang." Nangala mengusap bibir Hera dengan ibu jarinya, lalu kembali berkata. "Tapi setelah dipikir-pikir, besok aja ya, aku anterin nya. Hari ini aku mau sama kamu."

Oh, Astaga. Hera merinding mendengar suara lembut lelaki itu. Bahkan Nangala menganti panggilannya menjadi aku-kamu lagi.

"Tapi gue--,"

"Aku, sayang!" potong Nangala sambil menatap tajam Hera.

Hera meneguk ludahnya. "Iya, aku ingin pulang hari ini, Gal."

"Kenapa? Kamu takut aku kebawa emosi lagi?"

"B-bukan gitu."

"Terus?"

Hera bingung jadinya untuk mencari alasan untuk segera lepas dari kegilaan Nangala. "Aku merindukan orang rumah." Hera menggigit bibirnya.

"Jangan digigit!" tegur Nangala. "Hanya aku yang boleh gigit bibir kamu, sayang." lanjutnya lagi.

"Maaf, aku boleh kan pulang hari ini?" tanya Hera harap-harap cemas. Ia bahkan sudah terkurung bersama Nangala hampir tiga hari lamanya, mentalnya benar-benar terguncang kala mengingat sisi iblis lelaki itu.

NANGALA (ON GOING)Where stories live. Discover now