02. Sial banget

6.6K 337 27
                                    



Hera tersenyum canggung saat Suami istri didepannya tersenyum. Dalam hatinya Hera menggerutu saat menyadari dirinya seperti salah kostum. Yang benar saja ia hanya menggunakan celana dan baju rumahan, sementara orang tuanya dan yang lainnya menggunakan baju yang terlihat wow.

"Kamu nggak lihat baju yang sudah Mama siapkan di kasur mu." bisik Mita sebal melihat anaknya yang terlihat seperti salah kostum.

Hera meringis pelan. "Mama nggak bilang kalo acaranya bakal seperti ini." Hera jelas melihat baju yang sudah Mita siapkan di atas kasurnya, ia kira hanya makan saja tidak tahu kalau akan acara lainnya.

Firasat Hera sudah tidak nyaman sejak melihat kedua suami istri didepannya belum lagi ia dan Nangala yang sedang disandingkan. Walaupun kelihatan seperti pelayan dan majikan jika dilihat dari segi bajunya.

"Hera sudah kenal Gala?" tanya wanita paruh baya didepannya. Sudah tidak perlu ditebak lagi jika yang bicara barusan adalah ibu Nangala.

Hera mengangguk canggung. Cuma kenal nama saja. Hera tidak seakrab itu sama Nangala belum lagi cowok itu tidak suka berdekatan dengan perempuan.

"Sudah tante."

"Bagus dong sudah kenal." sahut Suaminya. Lagi-lagi Hera merasakan firasatnya tidak enak.

"Bagaimana kalo kita makan malam dulu?" Saran Wira yang disetujui.

Hera sekali-kali mencuri pandang kearah Nangala yang santai dan tenang. Apakah cowok itu sudah tahu maksud tujuan makan malam ini. Hera tidak bodoh untuk memahami tujuan diadakannya makan malam ini. Semoga saja dugaannya tidak benar.

Keheningan makan malam pun di mulai. Hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok  ditengah keheningan dua keluarga tersebut. Baik Hera maupun Nangala hanya saling diam. Kedua remaja tersebut sibuk dengan masing-masing pikirannya.

"Ehem."

Suara deheman Wira membuat Hera menoleh kearahnya. "Jadi dengan diadanya makan malam ini untuk semata-mata hanya memperkuat sebuah tali silaturahmi."

Keluarga Adiwijaya tersenyum bahagia kecuali Nangala. Ekspresi Nangala tidak berubah sejak tadi. Walaupun satu kelas dengan Nangala ternyata tidak menjamin Hera mengenal sosok di hadapannya tersebut. Mungkin apa yang dikatakan kiva benar adanya, bahwa Nangala memang memiliki kelainan.

Hera bingung di setiap kelas Nangala adalah satu satunya murid yang jarang berinteraksi, apalagi jika ada tugas kelompok dan harus presentasi ke depan kelas sepertinya hanya Nangala yang tidak banyak bicara. Cowok tersebut hanya akan bicara seadanya jika di tanya oleh guru. Kadang dirinya bingung dengan sosok keturunan Adiwijaya tersebut, apakah sesulit itu untuk mengeluarkan kalimat.

"Bagaimana Hera?"

Tepukan pelan di bahu Hera membuat gadis itu tersentak kaget. Hera menoleh pada sang ibu sang pelaku utama. Mita melotot melihat wajah polos putrinya tersebut.

"Kamu setuju kan sayang?" tanya Mita.

Hera yang bingung ditanya seperti itu pun terbengong. Setuju apa? "S-setuju apa?"

"Kamu setuju kan dijodohin sama Nangala?"  Bukan sang ibu menjawab melainkan wanita yang duduk di depan ibunya--ibu dari Nangala.

NANGALA (ON GOING)Where stories live. Discover now