15

1.3K 76 4
                                    

Leana tampak menatap kosong ke arah brangkar rumah sakit, tempat dimana Viano terbaring lemah dengan alat-alat rumah sakit yang terpasang di tubuhnya, kepalanya yang terluka juga telah di perban, pria itu tidak sadarkan diri begitu sampai di rumah sakit, untungnya dia tidak telat dibawa kerumah sakit karena Leana berusaha sampai secepat mungkin dengan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Perasaan bersalah menghantam dadanya, terlebih mengigat penjelasan dokter terkait kemungkinan yang terjadi kepada pria itu setelah sadarkan diri nantinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Viano bisa mengalami kecelakaan tunggal di tempat itu?." Tanya Erliana yang tadi sempat dikabari oleh Leana bahwa Viano mengalami kecelakaan dan kini telah duduk di samping Leana.

Mendengar pertanyaan itu, Leana pun menjelaskan apa yang terjadi dari saat dia mendapatkan pesan dan kembali ke tempat itu.

"Tidak mungkin Viano melakukan itu, kita semua tahu dia memiliki trauma terhadap kedua benda itu, dia pasti dijebak." Ucap Erliana dan Leana menggangguk sebagai tanggapan.

"Nak, kamu fokus saja untuk merawat Viano ya, untuk masalah itu biar mama dan papa Viano yang mengurusnya." Ucap Erliana sebelum memeluk Leana, setelahnya wanita itu mengatakan padanya bahwa penyakit PTSD yang diderita Viano mungkin saja dapat bertambah parah karena perubahan sikap Leana ke arah yang ditakutinya, yang dulunya juga sempat menjadi pemicu penyakit mental tersebut.

Erliana tidak bermaksud membebani pikiran Leana, dia hanya tidak ingin menantunya itu kaget setelah melihat sikap Viano yang mungkin semakin berlebihan nantinya.

Setelahnya wanita paruh baya yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu pamit pergi karena ingin menemui Argana-ayah Viano-  untuk mengurus perihal masalah penusukan yang dia percaya adalah sebuah jebakan untuk putranya.

Untuk kakek dan nenek Viano, Leana belum sempat memberi tahu mereka tapi sebenarnya kedua pasangan itu kini sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit karena sudah diberitahu oleh Erliana.

"S-sayang?." Panggil Viano dengan suara yang hampir menyerupai bisikan itu mengalihkan Leana dari lamunannya.

Melihat Viano yang sudah sadar Leana memencet tombol di samping brangkar lalu hendak keluar setelah dokter dan perawat masuk, akan tetapi.

"Sayang? Mau kemana? Jangan tinggalin aku." Panik Viano sembari berusaha bangkit namun segera di tahan oleh dokter yang hendak memeriksanya.

"Tolong jangan banyak bergerak tuan." Ucapnya yang diabaikan oleh Viano yang badannya telah bergetar takut.

Melihat kondisi Viano, dokter itupun meminta Leana untuk tetap di dalam, dan Leana pun duduk di samping brangkar Viano, menemani dan melihat pria itu di periksa oleh dokter.

Begitu pemeriksaan selesai, dokter yang hendak mengajak Leana keluar untuk menjelaskan hasil pemeriksaan mengurungkan niatnya melihat pasiennya menggenggam erat tangan wanita cantik tersebut.

"Permisi." Ucapnya sebelum berbalik pergi, untungnya di luar ada keluarga pasiennya yang lain,kedua pasangan yang baru saja tiba itu tak lain adalah kakek dan nenek Viano.

Leana yang hendak beranjak pun mengurungkan niatnya begitu melihat keberadaan nenek Viano dari pintu yang sempat di buka oleh sang dokter untuk keluar.

"Sayang? kenapa ngelihatin dokter itu terus sih?." Tanya Viano tak suka dengan wajah muramnya, matanya tampak berkaca, dia merasa sangat tidak suka wanita-nya memperhatikan lelaki lain.

Leana yang sebenarnya melihat nenek Viano namun dituduh melihat dokter muda itupun menghela nafas pelan.

"Aku nggak ngelihatin dia.." Ucap Leana

Aleana Second lifeWhere stories live. Discover now