8

2K 131 3
                                    

Jam menunjukkan pukul 23:00 saat Leana dan Viano sampai di kediaman Al-faza yang telah ramai dengan banyak orang.

Kedatangan keduanya mendapatkan perhatian dari banyak orang, keduanya terlihat serasi dengan pakaian cauple berwarna soft blue.

Wajah keduanya juga membuat orang yang memandang sulit mengalihkan pandanganya, aura elegan menguar dari tubuh keduanya.

Di antara tatapan kagum dari banyak orang terdapat dua pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan permusuhan.

Sementara itu seorang pria yang masih terlihat tampan dan berkharisma di usianya yang tak lagi muda tampak tertegun menatap Leana yang merupakan putrinya karena wajah wanita itu sangat mirip dengan mendiang istrinya membuatnya tak bisa menahan diri untuk menghampiri dan memeluknya erat.

Leana juga terkejut melihat pria yang mirip dengan ayahnya di dunia nyata menghampiri dan memeluknya.

Namun dia mencoba menetralkan perasaannya yang rumit dan membalas pelukan paruh baya itu.

"Happy birthday Daddy." Ucap Leana sembari melepaskan pelukannya.

Abram yang merupakan ayah Leana terdiam di tempat, masih tidak menyangka bahwa putrinya tidak menolak pelukannya karena semenjak dia lebih memerhatikan kedua saudari tirinya, putrinya itu membangun benteng yang sangat kokoh di antara mereka berdua.

"Happy birthday, semuga papa panjang umur biar bisa main sama cucu papa nanti."ucap Viano membuat Leana tersedak ludahnya sendiri.

Abram tersenyum senang sembari menepuk bahu mereka berdua.

"Papa harap juga begitu, makannya cepatlah berikan cucu untuk papa." Ucapnya membuat Viano tersenyum senang sembari mengangguk berbeda dengan Leana yang terdiam dengan pipi memerah samar. 

"Mmm, paa ini ada hadiah dari kami buat papa, semuga papa suka." Ucap Viano saat anak buahnya meletakkan dua kado berukuran besar.

"Terimakasih sudah repot repot memberikan hadiah, meskipun sebenarnya hadiah yang papa inginkan adalah cucu dari kalian tapi papa akan menerimanya." Ucap Abram sembari tersenyum tipis.

****

Leana sedang duduk di sebuah kursi seorang diri karena papa-nya sedang menyapa rekan bisnis dan suaminya ke toilet saat seorang pria bermata biru menghampirinya.

"Ana." Sapanya sembari tersenyum dan duduk di samping Leana membuat Leana tersentak.

"E-eh, K-kevin ya?." Ucap Leana yang mengingat pertemuan sepihaknya dengan pria yang berwajah sama dengan kekasihnya di dunia asalnya di lampu merah tempo hari.

"Biasanya panggil Evin, Na." Ucap Kevin yang merasa keberatan saat Leana tidak memanggilnya menggunakan panggilan khusus.

Saat Leana hendak menjawab ucapan Kevin, dia dikejutkan dengan Viano yang tiba-tiba menarik kerah Kevin dan mendorongnya menjauh dari Leana.

"Ngapain Lo kesini?!." Desis Viano tak suka.

"Ya karena di undang lah, gimanapun jugakan gue pernah deket sama keluarga Leana." Jawab Kevin sembari tersenyum menyebalkan.
'dan Leana juga, Lo pikun?!.

"Bukan berarti Lo harus nyamperin istri gue! Sekarang dan seterusnya Leana itu milik gue! Jadi Lo ga berhak deketin dia!." Tegas Viano sembari merengkuh erat pinggang Leana yang terdiam dan membawanya pergi dari hadapan Kevin yang mengertakan giginya kesal.

****

Leana dan Viano sedang berada di kamar milik Leana di kediaman Al-faza karena mereka di paksa menginap oleh papa Leana yang masih merindukan putri kandungnya itu.

Viano sedang berbaring memunggungi Leana dengan wajah sedatar tembok saat wanita itu mendekatkan tubuhnya.

"Sayang? Kamu kenapa kok diem aja dari tadi?." Tanya Leana yang merasa tidak nyaman didiamkan oleh Viano.

Viano menghela nafas cepat sebelum menjawab dengan ketus.

"Nggak papa!." Jawabnya dengan wajah keruh.

"Gapapa? Kok jutek gitu? Kenapa sih?." Tanya Leana sembari menekan pinggang Viano agar terlentang.

Viano menatap Leana dengan wajah mendung lalu berucap dengan nada kesal.

"Aku nggak suka ya sama sikap kamu tadi!." Ucapnya yang membuat Leana mengernyit bingung.

"Lah? Perasaan aku nggak ngapa-ngapain." Ucapnya heran.

"Kamu nggak pergi waktu dia deketin kamu! Bahkan kamu nanggepin dia! Kamu tau nggak sih aku nggak suka kamu berinteraksi sama cowok lain! Apalagi dia mantan pacar kamu! Meskipun kamu macarin dia karena kemiripan dia dengan cinta pertama kamu tapi hati aku tetep sakit lihat pemandangan tadi! Kamu nggak pindah tempat waktu dia duduk di samping kamu! AKU NGGAK SUKA!." Amuk Leano yang perasaannya kacau dan tidak meminum obat anti depresan nya karena obat itu berada di mansion sembari membanting Vas yang di ambilnya dari meja samping tempat tidur membuat Leana terlonjak kaget.

Viano telah merubah posisi tidurnya menjadi duduk di atas ranjang dengan nafas terengah-engah menahan marah.

Tanpa mengatakan apapun dia beranjak dari tempat tidur dan berlalu dari kamar melewati pecahan vas membuat kakinya berdarah darah.

Leana yang masih syok melihat Viano mengamuk untuk pertama kalinya terkejut melihat lantai yang di penuhi dengan tetesan darah dan darah yang membentuk langkah kaki.

Dia segera membersihkan pecahan itu dan membuangnya sebelum mengambil p3k dan mencari Viano dengan perasaan cemas.

Setelah berkeliling di lantai atas dan tidak menemukan Viano, Leana memutuskan turun ke lantai bawah dan terkejut melihat Viano duduk di samping tangga sedang menjambak rambutnya sendiri.

Saat Leana mendekat dan berjongkok di sampingnya Viano segera memeluknya dan bergumam dengan suara bergetar.

"Maaf, harusnya aku nggak bentak kamu, maaf." Lirih Viano yang merasa bersalah dan takut Leana mengetahui perihal Old Nya karena dia yang kelepasan marah hanya karena hal yang menurut orang normal seperti mereka hal sepele.

"Nggak, aku yang salah, aku minta maaf, lain kali nggak akan aku ulangi." Ucap Leana sembari mengusap punggung bergetar Viano lembut.

'memang harusnya gitu Leana, karena kalo kamu ngulang lagi, aku bakalan ngunciin kamu di kamar.' batin Viano yang sisi egoisnya muncul.

"Iya, sayang." Ucap Viano sembari mengeratkan pelukannya.

"Lepas dulu biar aku obatin lukanya." Ucap Leana membuat Viano melepaskan pelukannya.

Setelahnya Leana mengangkat kaki Viano ke pahanya dan membersihkan luka di kaki Viano sebelum mengobati dan membalut lukanya.

Perlakuan Leana membuat Viano merasakan rasa hangat menjalar di hatinya, dia ingin perhatian Leana ini Hanya untuknya... Dia tidak ingin orang lain merasakannya juga atau orang itu bisa saja berusaha merebut Leana darinya....

Melihat Viano yang termenung dengan kedua tangan terkepal erat, Leana menangkup pipinya dan mencium bibirnya sekilas.

"Sakit ya? Maaf ya?." Ucap Leana yang mengira Viano mengepalkan tangannya karena menahan sakit.

Viano tersenyum sebelum menggeleng.

"Nggak kok.., sayang, bisa nggak kalo kamu gininya ke aku aja? Kalo sama yang lain jangan." Ucap Viano dengan mimik muka serius.

****

Abram yang baru saja membuka bungkus kado dari Leana di buat mematung melihat lukisan seorang wanita cantik bergaun satin memakai mahkota bunga Lilly yang merupakan mendiang istrinya dahulu.

'lukisan ini? Bagaimana mungkin Leana bisa melukis Visual Elsyan yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama?.' pikir Abram dengan air mata berjatuhan sebelum memeluk lukisan tersebut.

Bersambung...

Aleana Second lifeWhere stories live. Discover now