9

1.8K 102 0
                                    

Sebelumya: Abram yang baru saja membuka bungkus kado dari Leana di buat mematung melihat lukisan seorang wanita cantik bergaun satin memakai mahkota bunga Lilly yang merupakan mendiang istrinya dahulu.

'lukisan ini? Bagaimana mungkin Leana bisa melukis Visual Elsyan yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama?.'pikir Abram dengan air mata berjatuhan sebelum memeluk lukisan tersebut.

Entah mengapa hatinya terasa hangat setelah memeluk lukisan tersebut, kehangatan yang sudah lama tidak dia rasakan semenjak istri dan cinta pertamanya  itu meninggal dunia.

Abram yang larut dalam perasaannya tidak menyadari bahwa Thina -istri keduanya- memasuki kamar dan memergoki dirinya yang masih meneteskan air mata sembari memeluk lukisan.

"Pa?! Kamu kenapa?!." Ucap Thina terkejut melihat suaminya menangis sembari memeluk sebuah lukisan, dia cukup penasaran dengan lukisan yang letaknya membelakangi posisinya tersebut apalagi lukisan itu bisa membuat seorang Abram menangis.

Sementara itu, Abram yang mendengar suara Thina segera mengangkat pandangannya dan menatap Thina dengan tatapan tidak suka karena merasa terganggu, sedangkan Thina yang ditatap seperti itu untuk pertama kalinya oleh pria yang sangat di gilainya terkejut sekaligus terluka.

"Pa?." Panggilnya sembari menatap Abram dengan sayu namun Abram masih tidak mengubah raut dan tatapan tidak sukanya.

"Pa, papa kenapa? Kenapa papa melihat mama seperti itu? Itu lukisan apa pa?." Tanya Thina sebelum melangkah mendekati Abram.

"Diam disitu!." Sentak Abram sembari menyorot Thina dengan tatapan tajam, entah mengapa dia merasa sangat tidak suka dengan keberadaan wanita itu.

Thina langsung terdiam di tempat mendengar titah Abram, hatinya semakin cemas melihat asap samar berwarna hitam yang keluar dari bahu Abram, dengan panik, dia melangkah cepat ke arah Abram dan berusaha menyentuhnya namun  sebelum tangannya berhasil menyentuh Abram, Lukisan yang berada di pelukan pria itu  mengeluarkan sinar biru terang yang membuat Thina terdorong mundur kebelakang seperti di dorong dengan kencang.

Thina yang menabrak dinding kamar akibat dorongan dari sinar biru yang kini telah padam tersebut terbatuk-batuk dan wajahnya tampak semakin pucat.

'gawat! Darimana datangnya lukisan itu! keberadaan Lucina saja sampai sekarang belum ku ketahui sekarang malah ada masalah baru! Arghhh."  Jerit batin Thina sembari menatap lukisan serta Abram yang entah sejak kapan tidak sadarkan diri itu dengan tatapan rumit.

****
Sementara itu Viano dan Leana yang masih berada di samping tangga belum menghentikan pembicaraan mereka.

"Sayang? Kenapa diem aja?." Ucap Viano sembari menangkup wajah Leana.

"Kamu mau kan? Cuma ke aku bersikap perhatiannya?." Ucap Viano lagi sembari mendekatkan wajahnya hingga dia bisa semakin jelas melihat kecantikan Leana.

"Sayang? Jawab aku! Aku mau kamu sepeduli itu cuma ke aku, sayang, aku nggak salah kan?." Tanya Viano menuntut sembari menyatukan dahinya dengan dahi Leana membuat Leana dilanda kegugupan.

"I-iya." Jawab Leana disela-sela rasa gugupnya.

"Iya apa?." Tanya Viano yang kurang puas dengan jawaban yang keluar dari bibir mungil Leana sembari menambah kedekatan di antara wajah mereka membuat hidung mereka bersentuhan hingga keduanya bisa merasakan nafas masing-masing.

Leana pun menjadi kesusahan untuk menjawab karena bergerak sedikit saja bibir mereka akan bersentuhan.

"Sayang? Jawab aku, iya apa? Hm?." Ucap Viano sebelum menyeringai merasakan bibirnya menyentuh bibir kenyal Leana saat dia berbicara.

Leana yang juga merasakannya merasakan pipinya memanas, tanpa diduga, dia tiba-tiba mendorong tubuh tegap Viano hingga pria itu setengah berbaring di lantai,

Lalu wanita itu sedikit menindih Tubuh Viano dan memajukan wajahnya, namun baru saja bibir keduanya akan bertemu seseorang yang tidak diharapkan tiba-tiba datang.

Wanita dengan pakaian  ketat yang merupakan saudari Lucina dan saudari tiri Leana yang memiliki nama Lusi itu tiba-tiba menjambak rambut Leana dari belakang membuat Leana terkejut.

Namun itu tidak bertahan lama karena Viano yang sangat mencintai istrinya tidak akan membiarkan siapapun melukai wanita tersebut.

Dengan tanpa kata Viano mengambil sapu yang berada di dekatnya untuk memukul Lusi karena tidak ingin menyentuh Lusi meskipun untuk menyakitinya, dia memukul tengkuk wanita itu keras menggunakan  Gagang sapu hingga tidak sadarkan diri.

"Sakit?." Tanya Viano sembari mengusap kepala Leana, sungguh, dia tidak akan melepaskan wanita itu, karena bukan hanya menghancurkan momen langka antara dia dan Leana, wanita itu juga berani menyakiti Leana-nya, dia akan memberikan balasan berlipat kepada wanita itu agar dia merasa lebih sakit daripada Leana.

Viano yang termenung setelah memberikan pertanyaan kepada Leana di buat terkejut karena wanita itu tiba-tiba memeluknya dengan erat, namun Viano langsung membalas pelukan wanita itu setelah berhasil menguasai diri dari keterkejutannya.

"Sayang,aku tanya loh ini." Ucap Viano sembari mengusap punggung Leana, namun Leana tidak juga menjawab ucapannya.

"Sayang?." Panggil Viano di dekat telinga Leana.

"Hmm,aku ngantuk." Jawab Leana yang membuat Viano langsung menggendongnya ala bridal style dan membawanya menuju kamar Tanpa memperdulikan Lusi yang masih terbaring mengenaskan di atas lantai ruang tengah.

Setelah menaiki undakan tangga dan melewati beberapa kamar, Viano segera memasuki sebuah ruangan dengan pintu berwarna grey lalu membaringkan Leana ke atas ranjang king size yang berada di kamar itu dengan lembut, dirinya juga membaringkan tubuhnya di samping wanita itu dan mengusap kepalanya dengan sayang.

"Aku telponin dokter ya?." Ucap Viano dengan tangan yang terus mengelus lembut kepala Leana.

"Nggak usah, ini udah nggak sakit kok." Jawab Leana sebelum memeluk Viano bagaikan guling.

"Beneran?." Tanya Viano yang masih mencemaskan keadaan kepala Leana yang mungkin terasa pedih setelah rambutnya ditarik dengan kencangnya oleh wanita yang sangat tidak disukainya itu.

"Iya, sayangkuuu." Jawab Leana sembari menggesekan kepalanya ke dada bidang Viano membuat Viano terkekeh dengan telinga dan leher yang mulai memerah.

Bersambung...

Aleana Second lifeWhere stories live. Discover now