4

2.6K 156 0
                                    

Matahari telah menampakkan sinarnya.

Namun kedua insan yang merupakan pasangan suami istri itu belum beranjak dari tempat tidur meskipun sudah membuka mata.

"Tadi malam kenapa keluar?." Tanya Viano pelan, mengingat kembali rasa takut yang sangat menyiksanya semalam karena mengira Aleana pergi darinya kala tidak menemukan dia di manapun meskipun akhirnya dia lega karena ternyata Aleana tidak pergi seperti yang ditakutkannya namun keberadaan Aleana di balkon kamar pada malam hari membuatnya memiliki praduga yang membuat dadanya sesak.

"Keluar? Cuma ke balkon kok kamukan tahu aku dari sana." Ucap Aleana yang melenceng dari topik karena tidak memiliki alasan yang tepat untuk menutupi alasan sebenarnya yang membuat dia pergi ke balkon kamar di malam hari.

"Kamu tahu bukan itu maksud aku, dari dulu kamu nggak pernah keluar malem gitu kecuali lagi banyak pikiran, apa yang kamu pikirin?."ucap Viano sembari menatap Aleana menuntut.

" Jangan bilang kamu mikirin kakak ipar kamu?." Tuduh Viano sembari menekankan kata kakak ipar yang mana itu adalah kakaknya sendiri.

"Kamu ngomong apaan sih! Nggak usah ngaco!."bantah Aleana meskipun merasa bahwa ucapan Viano sedikit benar.

"Terus apa?! Kalo bukan karena mikirin cowok nggak tahu diri itu sampe kamu ninggalin suami kamu yang masih sakit sendirian!."ucap Viano menggebu-gebu dengan mata memerah.

"Viano cukup! Nggak usah berlebihan! Aku juga cuma keluar ke balkon nggak ke tempat yang jauh! Dan juga mau bagaimanapun kak Kevan itu kakak kamu! Jaga bicara kamu!."ucap Aleana yang merasa bahwa sikap Viano cukup berlebihan tanpa tahu kondisi mentalnya.

Perkataan Aleana membuat kedua tangan Viano terkepal erat.

'kamu mana tahu rasanya, aku nggak bisa nahan ketakutan dan kekhawatiran itu terlebih mengingat mimpi buruk yang sering kali Dateng di setiap malam sebelum mulai berhenti sejak aku mergokin saudara tiri kamu menghasut kamu.' batin Viano pedih.

"Belain aja terus cinta pertama kamu itu!." Ucap Viano sebelum berlalu ke kamar mandi.

'marah? Jadi Viano tahu? Jadi Aleana emang beneran pernah cinta sama Kevan? Blublu mana sih, lagi dibutuhin juga!.' batin Aleana berkecamuk.

****

Sejak saat itu Viano menjadi lebih banyak diam meskipun tetap melakukan kontak fisik seperti biasa, Viano yang seorang Ceo di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang fashion dan beauty cukup sukses dengan anak cabang di berbagai tempat juga menjadi begitu sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk setelah mengambil cuti beberapa hari lalu.

Kini dia sedang mendengarkan agenda yang sempat tertunda dari Bella -sekertaris sementara sampai Aleana bersedia menempati posisi itu-

Sementara itu Aleana tampak duduk dengan seekor kucing yang memiliki bulu lebat putih bersih dan mata berwarna biru yang tak lain adalah blublu si kucing ajaib yang entah berada dimana belakangan ini.

"Blu emangnya Aleana beneran pernah cinta sama Kevan?." Tanya Aleana sembari mengelus bulu lembut blublu.

"Cinta? Bukankah cinta tumbuh saat beranjak dewasa atau bisa di sebut remaja? Dan saat Aleana mengatakan itu pada Kevan dia masih begitu kecil, umurnya sekitar 7/8 tahunan, sepertinya bukan cinta antara lawan jenis yang dia maksud, memangnya kamu tidak mengingat apapun?."tanya blublu.

Mendengar itu Aleana setuju dalam diam sebelum menjawab pertanyaan blublu, "gue nggak inget apapun tentang tubuh ini, apa harusnya gue inget sesuatu?."ucap Aleana sembari menatap bingung blublu yang balas menatapnya sok polo"Mungkin."

****

Matahari sudah hampir tenggelam saat Viano sampai ke rumah dan langsung memeluk Aleana yang menunggunya di ruang tengah.

"Aku kangen."bisiknya sembari mengeratkan pelukan membuat Aleana terkekeh.

"Nggak tahan ya diemin aku?."goda Aleana sembari mencolek pinggang Viano.

Viano terkekeh dan mengangguk.

"Iya."namun menjawab karena tahu Aleana tidak dapat melihat anggukannya karena sedang dia peluk.

"Lepasin dulu, mending kamu mandi terus turun ke ruang makan, aku udah siapin makanan kesukaan kamu."ucap Aleana membuat Viano senang karena merasa di perhatikan.

Dia mengecup pipi sekilas Aleana sebelum melepaskan pelukannya.

"Siap Adinda!." Ucapnya sembari mengambil tangan lentik Aleana dan menciumnya sebelum berlalu ke lantai atas membuat Aleana tertawa pelan dengan rona merah samar yang menjalar di pipinya.

****

"Makan buah dulu ya."ucap Aleana sembari menyajikan sepiring potong potongan buah ke hadapan Vino, menyuruh Viano memakan makanan pembuka sebelum menuju ke menu utama.

"Suapin."pinta Viano yang segera di turuti Aleana yang berakhir membuat mereka makan sepiring berdua.

Begitu selesai menyantap makanan pembuka, Aleana segera menyajikan makanan utama yang merupakan kesukaan Viano yaitu ayam panggang dan sup ayam campur bakso yang di taburi bawang goreng.

Melihat sajian di depannya Viano tersenyum senang sebelum menarik Aleana ke pangkuannya setelah Aleana selesai mengambilkan makanan ke piringnya lalu meminta Aleana menyuapi dan makan sepiring dengan nya.

'A little spoiled' batin Aleana tersenyum gemas.

Aleana Second lifeWhere stories live. Discover now