Hasil Nilai Ujian.

57 20 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sholawat dulu~

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali
sayyidina Muhammad"

Tandain jikalau ada kesalahan penulisan, kesalahan Ayat Al-Qur'an, hadist, typo, dll. Jangan lupa follow, vote, dan komennya terima kasih^_^

-Happy Reading-

Perempuan pemilik mata teduh itu masih saja terlelap dengan tidurnya. Sinar sang surya menelusup masuk di balik celah-celah tirai kamar, membuat sang empu merasa terganggu dan terbangun dari tidurnya, pagi hari yang cerah membuat siapa saja bersemangat untuk melakukan aktifitas mereka masing-masing.


Ayana membuka selimut tebal yang selalu menyelimuti dirinya sepanjang malam,  kedua kaki perempuan itu turun berpijak ke lantai ubin yang terasa dingin, ia menyambar handuk berwarna hijau tua yang tergantung di dinding kamar.

Hari terakhir ujian sekolah, tentu saja membuat semangat Ayana begitu membara, setelah ujian selesai nanti, ia tak akan pusing-pusing lagi seperti hari-hari kemarin memikirkan semua pelajaran.

Dari pantulan cermin bulat lonjong itu, terlihat Ayana yang sudah bersiap dengan seragam baju coklat dan warna kerudung yang senada. Serasa sudah rapi, ia bergegas pergi menuju dapur untuk sarapan terlebih dahulu, supaya kuat menghadapi ujian sekolah di hari terakhir.

Semua orang sudah berada di posisi mereka masing-masing, di mulai kursi paling depan bak seperti singgasana raja, terdapat Ayah Harun yang menempatinya, di sebelah kanannya terdapat Bunda Hawa yang sedang menyendokkan nasi ke piring Yusuf yang posisinya berada di depan Bunda Hawa.

Aya mengambil posisi duduk di sebelah sang adik. "Tumben telat bangun Kak," kata sang adik yang sudah bersiap-siap akan memasukkan sesendok nasi putih ke dalam mulutnya.

Belum sempat Aya menjawab, sang Ayah sudah bertanya terlebih dahulu. "Aya ... tadi sholat subuh tidak?" tanya Ayah Harun sembari mengambil telur goreng di hadapan Ayana.

Bukan tanpa alasan dirinya telat bangun. "Aya nggak sholat Yah, masih libur, makanya tadi telat bangun." balas Ayana seadanya. Ia mulai memasukkan sesendok nasi dan lauk ke dalam mulut mungilnya.

Ayah mengangguk-ngangguk paham, mereka semua kini menikmati setiap makanan yang mereka santap.

Ketiga orang itu pergi berpamitan pada Bunda Hawa untuk berangkat ke tempat tujuan mereka masing-masing.

* * *

Ayana menghirup udara pagi hari dengan relax, di sepanjang perjalan menuju sekolah beberapa kali ia menyapa orang-orang yang berpas-pasan dengan dirinya. Ada bapak-bapak yang menyapu jalanan, ada para anak sekolah dasar yang berangkat berbarengan, ada juga para pedagang yang baru saja mulai membuka kios mereka. Ia berjalan dengan riang, sesekali melompat dan bersenandung kecil, siapa pun yang melihat dirinya pasti akan merasa gemas dengan tingkah anak SMA yang terlihat masih seperti anak kelas tujuh SMP.

Langkah kaki Ayana terhenti ketika merasa ponsel di saku roknya bergetar, menandakan ada satu pesan yang masuk. Ia membuka benda berbentuk segi empat itu, di layar tertera nama sang Bunda lah yang mengirimi dirinya pesan.

Imam Untuk Aya [Hiatus]Where stories live. Discover now