THE KILLER AND THE INNOCENT

69 12 15
                                    

KIM TAEHYUNG


Secara tak sengaja, Hoseok menabrakku di lorong rumah. Sepertinya ia baru saja kembali dari suatu tempat. Beberapa lembar foto dari tangannya terjatuh di bawah kakiku. Aku sempat melihat beberapa, foto Min Yoongi yang menerima papperbag besar dari Jimin dan fotoku yang berada di kompleks apartemen Jimin. Aku hendak memungut salah satunya, tapi Hoseok-Hyung segera merebutnya.

"Tunggu, Hyung!"

"Maaf, Taehyung, aku sedang terburu-buru."

"Apa itu, Hyung? Kenapa ada foto Jimin?"

"Kau belum sadar ya? Orang-orang di sekitarmu sangat berbahaya. Kuperingatkan agar hati-hati," ucapnya lalu pergi.

"Apa maksudmu, Hyung? Hei, Hoseok-Hyung!"

Kurasa ada yang tidak beres. Jimin bertemu dengan Jaksa Min setelah jaksa itu datang meminta suatu bantuan padanya. Hari itu kudengar Jaksa Min meminta Jimin untuk melakukan sesuatu. Kemudian, dalam foto tadi, Jimin seolah mengembalikan papperbag yang dibawa Jaksa Min ketika itu.

Dan lagi, mengapa Jung Hoseok memiliki foto mereka?

Lagi-lagi pikiranku diselimuti rasa curiga luar biasa. Apakah semua orang ini terlibat satu sama lain? Apakah semua ini ada kaitannya dengan penyidikan yang dilakukan Min Yoongi terhadap kasus pembunuhan Jeon Jung-il? Apakah Jung Hoseok diperintah Ayah untuk menyelidiki Jaksa Min? Hari itu pun aku melihat mobil yang biasa dikendarai Namjoon-Hyung juga berada di sekitar kedai Gogi Go saat Jaksa Min datang untuk melakukan investigasi.

Aku menjadi frustasi dan pikiran-pikiran negatif berseliweran di dalam benakku. Aku pun bergegas menuju ke apartemen Jimin dengan motor besarku, tak peduli peringatan cuaca buruk di televisi yang mengatakan bahwa jalanan sangat licin akibat hujan salju. Begitu sampai, aku pun tergesa-gesa masuk ke dalam lift dan berlari menuju ke tempat tinggal Jimin di ujung lorong lantai 19.

Aku memencet bel beberapa kali. Karena tak ada jawaban, aku mengetuk pintu sambil meneriaki nama Jimin agar pemuda itu segera keluar.

"Hei, Tuan! Berisik sekali!!" ujar tetangga sebelah kamar Jimin yang muncul dari balik pintu.

"Ma... maaf."

Tanpa pikir panjang, aku yang sebenarnya mengetahui password pintu Jimin, akhirnya masuk tanpa izin. Rumah itu kosong ditinggal begitu saja dengan televisi masih menyala. Jimin bukan orang teledor, jadi tidak mungkin ia tergesa-gesa keluar rumah tanpa mematikan televisi.

Pintu kamarnya terbuka, membuatku yakin ia memang tergesa-gesa sebelum meninggalkan rumah ini. Aku masuk ke kamarnya seperti seorang sahabat yang sudah biasa menginap di tempat ini. Lampunya mati, tapi komputer di meja sudut ruangan menyala.

Aku terburu-buru hendak melihat layar komputer tersebut, bahkan sampai jempol kakiku menabrak kaki ranjang milik Jimin.

"Ouuucchhhh, sakit sekali," gerutuku sambil memegangi jempolku yang mungkin memerah di balik kaos kaki.

Aku melihat layar komputer Jimin dipenuhi dengan laman-laman rumit yang tidak kumengerti. Ada simbol, diagram, dan tulisan-tulisan kecil. Aku menutup semua laman aneh itu lalu menemukan tiga buah file video berjejer dengan nama Salinan Video 1, 2, dan 3. Aku membuka salah satu file yang tersimpan di sana.

Dengan random, aku membuka file Salinan Video 2. Aku menonton dengan penuh gejolak dalam hati. Lokasinya jelas di taman bermain dan mobil lama ayahku terlihat terparkir di balik pagar taman bermain itu, menghadap ke sisi dalam taman. Aku yakin sekali kamera dashboard mobil itu pasti merekam seluruh kejadian di depannya.

SPINE BREAKERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora