Chapter 40. Happily Married (18+)

2.9K 217 12
                                    

"Aku jadi pengen beneran kasih cucu buat dia, aku pengen punya anak sama kamu, Inaya."

Pukul satu pagi di dalam sebuah kamar yang sunyi dan remang-remang, sepasang suami istri masih saling menatap dari dekat. Posisi mereka belum berpindah. Inaya masih berada di atas pangkuan Matheo, dan Matheo masih menatapnya dengan seksama.

Jantung Inaya sedari tadi berdebar kencang, dan semakin parah setelah Matheo mengucapkan kalimatnya barusan. Apakah laki-laki.. serius akan hal tersebut?? batinnya tak percaya.

"Mas The- emhh.."

Belum sempat Inaya merespon ucapan suaminya, ia sudah keburu dibuat bungkam ketika bibir Matheo menempel rapat di bibirnya, dan melumatnya.

Jantung Inaya berdebar kencang, merasakan kehangatan dan kelembutan lumatan itu di bibirnya. Inaya juga terus berusaha membalas ciuman itu. Ia tidak tahu bagaimana caranya, ia hanya mengikuti melakukan apa yang dilakukan Matheo padanya.

Tubuh Inaya bergerak dengan gelisah ketika Matheo memaksanya membuka mulut, kemudian menyatukan lidah mereka di dalam sana. Lagi-lagi seperti ini, lagi-lagi tubuh Inaya bereaksi seperti ini.

Inaya kewalahan padahal Matheo hanya menciumnya.

Disela ciuman yang tak kunjung lepas, Inaya merasakan tangan Matheo yang mulai masuk ke belakang piyama. Matheo melepas pengait bra di punggungnya, kemudian membuka satu persatu kancing piyama yang ia kenakan.

Inaya sedikit panik. Ia menyudahi ciuman antara mereka, namun Matheo malah langsung menyerang area lehernya, membuat Inaya kembali kewalahan.

Matheo mencium dan menghisap kulit leher Inaya, meninggalkan beberapa kissmark disana. Ia melakukannya sambil membuka kancing piyama istrinya.

Setelah berhasil, Matheo langsung menarik bra yang Inaya kenakan dan sudah ia buka pengaitnya, kemudian menarik bra tersebut hingga terlepas dari tubuh istrinya.

Sambil menghisap leher Inaya, Matheo mulai mendaratkan satu tangannya di salah satu gundukan dada yang terpampang. Ia memijatnya dengan lembut, menyadari betapa kenyalnya gundukan itu, dan betapa pas ukurannya di tangannya.

Sementara Inaya yang merasakan itu kini menggigit bibirnya. Ia sesekali melihat ke bawah, dan melihat bagaimana cara Matheo memainkan payudaranya dan memijatnya sesuka hati.

Kedua pipi Inaya langsung berubah merah seperti tomat. Ini terasa memalukan. Ini memang bukan pertama kali Inaya disentuh seperti ini oleh suaminya sendiri, namun rasanya tetap saja memalukan.

"Ahh.."

Desahan mulai keluar dari mulut Inaya, ketika Matheo mencubit puting payudaranya dan menariknya dengan kencang. Inaya bisa melihat bagaimana putingnya yang kini mengeras dan membesar, dan sedikit kemerahan karena cubitan kencang Matheo disana.

Sementara Matheo yang mendengar desahan itu kini tersenyum. Ia mulai menurunkan kepalanya, sebab mulutnya memiliki target baru untuk ia hisap.

Tanpa aba-aba, Matheo langsung membuka mulutnya lebar dan memasukkan tak hanya puting, namun areola di sekitarannya ke dalam mulut, kemudian ia menghisap payudara Inaya dengan kencang.

"Aduhh.. mas Theo.."

Inaya yang kewalahan kini memegang kepala Matheo, seolah menahan agar laki-laki itu tidak melakukannya. Namun tentu saja Matheo tetap melakukannya, ia juga menggunakan lidahnya untuk menjilat puting yang mengeras tersebut di dalam mulutnya, kemudian ia hisap lagi dengan kencang.

"Ahh.."

Matheo melakukannya sambil memandangai wajah Inaya, melihat bagaimana gadis ini terlihat begitu kewalahan dan tak bisa berhenti mendesah merasakan sentuhannya.

Love HeritageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang