Chapter 25. Inaya's First Flower

2.4K 223 6
                                    

Di area samping rumah utama, tepatnya di pintu dapur yang terbuka, seorang laki-laki dan seorang perempuan masih berdiri dan saling berhadapan.

Inaya di dalam rumah, memegang wajan di tangannya dan menatap Matheo dengan tatapan yang serius, sementara Matheo di luar rumah, memperhatikan dengan wajah yang sempat tercengang, namun kini sudah berubah lebih tenang.

Matheo menghela nafasnya kasar. Ia begitu lapar dan tidak punya tenaga untuk berdebat lagi dengan istrinya.

"Hah, terserah," ucap Matheo kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.

Matheo menggeser Inaya yang menghalangi langkahnya, kemudian menuju ke meja dapur dimana ia melihat dua jenis masakan yang sudah terhidang.

Sementara Inaya masih berdiri di dekat pintu dengan ragu. Apakah Matheo benar-benar akan menuruti permintaannya? apakah ia akan membiarkan Inaya memiliki aturan sendiri di rumah ini?

"Bawain nasi ke meja makan."

Matheo berucap, kemudian berjalan pergi sambil membawa dua jenis masakan yang sudah Inaya buat.

Laki-laki itu menuju ke meja makan, tanpa menunggu jawaban Inaya terlebih dahulu.

Akhirnya Inayapun meletakkan kembali wajan yang sedari tadi ia pegang, dan mulai menuruti ucapan suaminya. Inaya mengambil mangkuk berukuran besar, dan memindah nasi dari rice cooker kesana.

Inaya melakukan semua itu sambil berpikir dan menelan ludahnya. Ia juga lapar. Apakah ia akan makan bersama Matheo sekarang?

***

Di meja makan, Inaya sudah menyiapkan mangkuk berisi nasi, dua piring, dan juga alat makan. Inaya bahkan sudah menyiapkan air minum untuk dirinya dan Matheo.

Kini Matheo sudah mulai menyendokkan nasi ke piringnya, serta lauk dan sayur yang Inaya buat.

"T-tapi.."

Inaya tiba-tiba berucap, ketika Matheo hendak memulai makannya.

"Itu bukan ikan salmon, itu ikan nila," ucap Inaya.

Matheo yang mendengar itu mengernyit. Ia melihat ke arah tumis ikan asam manis yang dibuat Inaya, serta sayur daun singkong yang jadi pendampingnya.

"Aku juga tau ini bukan salmon, emangnya aku bodoh?" ucap Matheo.

Inaya begitu tersentak mendengarnya. Ia benar-benar berpikir Matheo tidak tahu ikan lain selain salmon.

Kini Matheopun mulai makan, sementara Inaya di hadapannya masih khawatir.

Inaya khawatir Matheo tidak menyukai rasa masakannya. Pasalnya, Inaya memasak ikan ini untuk dirinya sendiri. Ia menyesuaikan rasa sesuai lidahnya, bukan sesuai apa yang disukai Matheo.

Dari apa yang Inaya ketahui, Matheo lebih menyukai masakan yang tidak banyak berbumbu, seperti salmon panggang dan juga salad. Sementara masakan Inaya saat ini, cukup banyak menggunakan jenis bumbu dan rempah.

Inaya kini jadi tak bisa memulai makannya, dan merasa gugup di hadapan suaminya.

Inaya menatap Matheo yang sudah mengunyah suapan pertamanya. Ia menunggu reaksi laki-laki itu.

Namun anehnya, Matheo tidak menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya menelannya, kemudian mulai menyendokkan lagi dari piringnya.

Apakah itu artinya, Matheo menyukainya?

Inaya berusaha kembali ke akal sehatnya. Laki-laki di hadapannya adalah seseorang yang sudah menyakitinya, dan menciptakan trauma di dalam hatinya. Inaya tidak seharusnya memikirkan apakah Matheo menyukai masakannya atau tidak. Ia seharusnya kesal karena Matheo suda memakan makanannya.

Love Heritageحيث تعيش القصص. اكتشف الآن