Chapter 38. Do You Love Your Wife?

2.1K 250 9
                                    

Sore ini di arena lapangan basket, beberapa laki-laki yang sudah selesai dengan jadwal perkuliahan, berkumpul dan melangsungkan pertandingan diantara mereka.

Matheo yang sedari tadi berhasil mencetak poin dengan kemampuannya, kini sedang tersenyum puas pada Jordan, tim lawannya.

"Ck! anj*ng lo Matheo," ucap Jordan, namun Matheo hanya membalasnya dengan jari tengah, serta senyuman kepuasan di bibirnya.

Diantara semua yang pernah ia lawan, menang dari Jordan terasa paling memuaskan.

"Udah udah jangan ribut, bocah banget lo berdua."

Salah satu kawan Matheo mendekat, dan hendak melerai Matheo dan Jordan yang hampir gelut. Laki-laki itu adalah Willy, seseorang yang sejak dulu selalu jadi penengah mereka.

Kini Jordanpun bergegas ke arah timnya, sementara Matheo menatap Willy di sampingnya sambil mengatur nafas.

"Kenapa?" tanya Matheo, menyadari bahwa Willy hendak bertanya sesuatu padanya.

"Gimana bulan madunya? berhasil gak?"

Matheo mengernyit. "Berhasil apanya?"

Senyuman kini tersunging di bibir Willy. Ia menatap heran pada sahabatnya.

"Lo gak lupa kalo pergi bulan madu buat bikin Marisa sakit hati, kan?" Willy bertanya, membuat Matheo menunjukkan wajah terkejut.

"Lo pergi sama istri lo biar Marisa sakit hati liat kalian seneng-seneng, kenapa lo cuma ngepost foto istri lo hari-hari pertama, kenapa setelah itu enggak lagi?"

Matheo kini terdiam. Ia berpikir keras, seperti kesulitan menjawab pertanyaan Willy yang seharusnya mudah.

"I failed, I couldn't do it," ucap Matheo, akhirnya mengakui kekalahan pada dirinya sendiri.

Matheo menghela nafas, sebelum akhirnya berlari ketika permainan dilanjutkan, meninggalkan Willy yang masih berdiri di tempatnya dan mengernyit.

Apa maksudnya? kenapa Matheo mengatakan dirinya gagal? apa yang membuatnya gagal? batin Willy, mengingat betapa besar ambisi kawannya untuk balas dendam pada Marisa, sebelum berangkat bulan madu.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Saat ini, Matheo dan kawanannya sudah selesai melangsungkan pertandingan mereka.

Matheo tentu saja menang melawan Jordan. Ia tidak akan berada dalam suasana hati yang baik jika tidak menang.

"Matheo, mau makan diluar?"

Willy menghampiri Matheo yang sedang mengenakan sepatunya, membuat Matheo menengok padanya.

"Enggak, kalian aja, gua mau makan di rumah," jawab Matheo.

Willy mengernyit. Jordan yang mendengar itu juga refleks menengok, laki-laki itu mendekat ke arah keduanya.

"Rumah mana maksudnya?" tanya Willy.

Matheo kini gantian mengernyit. "Rumah gua, rumah mana lagi? Inaya lagi masak katanya, jadi gua mau makan di rumah aja," ucapnya.

Ada sedikit rasa tersentak di dalam hati Willy sekarang. Ternyata benar dugaannya, Matheo memang seperti seseorang yang berbeda, dari yang ia kenal sebelum pergi bulan madu.

Apa ini? apakah kepergiannya bersama Inaya selama dua minggu, benar-benar bisa membuatnya berubah seperti ini?? hanya dalam waktu sesingkat itu?? batin Jordan.

"Gua ikut."

Tiba-tiba suara itu terdengar, membuat Matheo dan Willy menengok. Keduanya melihat Jordan yang ternyata sudah berucap dan berdiri di dekat mereka.

Love HeritageWhere stories live. Discover now