Chapter 24. Obey Me

2.3K 235 2
                                    

Di halaman rumah yang sepi, seorang laki-laki berjalan sambil menarik paksa tangan seorang gadis yang sudah ia jemput pulang.

Matheo membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia juga membawa istrinya masuk, kemudian mendorong Inaya ke arah dinding ruang tamu.

Matheo berdiri di hadapan Inaya, dan mendekatkan wajahnya. Ia menatap gadis yang kini terhimpit di tembok, dengan kedua mata yang basah dan memerah, serta nafas yang terengah-engah.

Tatapan tajam Matheo berhasil membuat tubuh Inaya merinding. Gadis itu sedari tadi ketakutan, sebab ia tidak tahu apa yang akan Matheo lakukan padanya setelah ini.

"Sebentar lagi nenek dateng." Matheo mulai berucap, membuat Inaya sedikit tersentak mendengarnya.

"Ganti baju dan cuci mukamu, jangan sampe nenek sadar kalo kamu habis nangis."

Inaya yang mendengar itu kini masih terdiam. Ia memperhatikan Matheo yang terus menatapnya dengan tajam, kemudian menunduk tanpa menjawab suaminya.

Tangan Matheo kini mendekat ke arah wajah Inaya. Laki-laki itu mengangkat dagu Inaya, seolah melarangnya mengalihkan pandangan.

"Kamu dengerin aku gak, Inaya?" tanya Matheo, menatap Inaya lagi dengan tajam.

Inaya memegang tangan Matheo yang mencengkram rahangnya. Ia mengangguk sambil menahan debaran jantungnya.

"Aku gak ngizinin kamu ngomong apapun ke nenek tentang semua ini, tentang kemarin, ataupun tentang Marisa."

"Gak usah ngomong apapun soal kita berdua, gak usah cerita apapun, kamu gak berhak ngelakuin itu."

Inaya masih terdiam. Ia sudah tahu. Ia sudah yakin Matheo tidak akan mengizinkannya menceritakan pada Meredith, soal semua kekejaman yang sudah laki-laki ini lakukan padanya.

"Ngerti?"

Matheo mendekatkan wajahnya, dan Inaya langsung mengangguk sebagai jawaban.

Namun cengkramna tangan Matheo di rahangnya malah semakin kencang.

"Sakit mas," ucap Inaya, terus berusaha melepaskan tangan Matheo dari dagunya.

"Aku nanya sama kamu, kamu ngerti atau enggak?" tanya Matheo.

Inaya yang kembali menangis kini mengangguk. "Ngerti," jawabnya.

Akhirnya, Matheopun melepaskan Inaya. Ia menjauhkan tangannya, dan berdiri lurus sambil menyudahi tatapan tajam pada istrinya.

Sementara Inaya masih bersandar di tembok dan memegang dagunya sendiri yang terasa ngilu. Ia menarik nafas panjang dan membuangnya, berusaha tenang menghadapi situasinya saat ini.

"Masuk kamar."

Perintah Matheo kini terdengar. Inayapun segera bergerak, bukan hanya karena ia takut tidak segera menuruti ucapan suaminya, namun juga karena ia tidak mau terlalu lama berada di dekat laki-laki ini.

Di ruang tamu, Matheo menghela nafas kasar dan memijat keningnya frustasi.

Matheo terkadang bingung pada dirinya sendiri. Di dalam lubuk hatinya, ia sadar yang ia lakukan sangatlah berlebihan dan menyakiti Inaya. Namun disaat yang sama, emosi di dalam dirinya tetap saja berhasil menang.

Tiap kali Matheo melihat Inaya, yang muncul di dalam pikirannya adalah pengkhianatan Marisa padanya. Kenapa? apa karena gadis itu yang sudah menangkap basah Marisa duluan?

Di dalam kamar, Inaya terduduk dan bersandar di balik pintu kamar, berusaha menenangkan dirinya, dan debaran jantungnya yang tak karuan.

Inaya kembali teringat pada Yudha dan Alya. Apakah mereka baik-baik saja? Apakah Yudha masih merasa sakit atas apa yang dilakukan Matheo padanya??

Love HeritageWhere stories live. Discover now