Chapter 2. Bonbon's Rejection

2.5K 226 8
                                    

Pagi hari yang cerah ini, seorang gadis sedang bersiap. Hari ini, sudah waktunya ia panen sayuran di kebun belakang rumahnya.

Menanamnya memang tidak terlalu berat, namun yang berat adalah merawat dan menunggu hingga ia bisa memanen hasilnya.

"Kyaa! akhirnyaa!"

Gadis itu berteriak senang setelah berdiri di teras belakang rumahnya, dan melihat ke arah kebun sayur yang ukurannya cukup luas.

Gadis yang sudah mengenakan sarung tangan, serta membawa keranjang di tangannya, kini mengenakan sendal jepitnya dan berjalan dengan semangat ke arah lahan kebun sayurnya.

Gadis yang biasa disapa Bonbon itu berjongkok, dan mulai mencabut salah satu akar tumbuhan yang ia duga memiliki wortel berukuran besar.

"Waaa!" Bonbon takjub melihat ukuran wortel itu. Ternyata dugaannya benar, ini sangat besar.

Senyuman tak kuasa tersungging di bibirnya, sembari ia memasukkan wortel itu ke dalam keranjangnya.

Usahanya tidak sia-sia. Bonbon sudah membaca cukup banyak buku yang ia pinjam di perpustakaan yang ada di kota, hanya untuk mengetahui cara agar tanaman wortelnya bisa tumbuh subur dan besar-besar.

"Hehehe.."

Gadis itu begitu senang. Ia terus mencabut dan berpindah posisi sambil membawa keranjangnya, memanen wortel yang cukup banyak di kebunnya.

Biasanya Bonbon masih bisa mengisi beberapa batang wortel lagi, namun karena ukuran yang ia panen saat ini lebih besar dari biasanya, ia jadi sudah harus membawa keranjangnya menuju ke teras.

Bonbon memindahkan isi keranjangnya ke sebuah wadah berukuran besar dimana ia menyimpan hasil panennya. Setelah itu ia kembali lagi ke lahan kebun, untuk melanjutkan kegiatannya.

Beberapa kali Bonbon mondar mandir dari kebun ke teras rumah, hingga gadis itu mulai merasa lelah.

Keringat satu persatu menetes dan membasahi wajahnya. Bonbon refleks mengusap dahi dan pipinya, membuat noda tanah dari tangannya kini menghiasi wajahnya. Ia melanjutkan kegiatan yang cukup melelahkan ini.

Karena ukuran wortel lebih besar dari biasanya, ia jadi harus mengeluarkan tenaga yang lebih besar juga. Gadis itu mengatur nafas, dan berusaha agar tidak menyerah sebelum semua sayuran ini ia panen.

"Hah.."

Setelah hampir satu jam berada di lahan kebunnya, Bonbon mulai menyerah. Ia ingin beristirahat sebentar.

Namun kemudian..

"Gimanapun kondisinya, kita harus terus semangat, Bonbon, orang yang semangat pasti akan selalu dapat keberkahan dan kebahagiaan di dalam hidup, jadi kamu jangan pernah berpikir buat menyerah, oke?"

Bonbon menelan ludah, mengingat ucapan kakeknya, yang selalu jadi tumpuannya tiap kali kehidupan terasa berat di pundaknya.

Gadis itu tersenyum. Kakeknya benar, orang yang semangat pasti akan mendapatkan keberkahan, buktinya, Bonbon masih bisa hidup di dunia ini, dan menjalani aktivitasnya dengan sehat tanpa kekurangan. Itu sudah cukup jadi buktinya.

Kini Bonbonpun melanjutkan kegiatannya. Ia memanen sayuran hasil kerja kerasnya dengan wajah yang senang dan berbinar. Ia bahkan bersenandung riang sebagai hiburannya.

Bonbon sudah sewajarnya merasa senang. Wortel yang sedang ia panen ini sangat besar dan terlihat berkualitas. Ia pasti akan mendapat harga yang lumayan tinggi ketika menjualnya di pasar.

"Bonbon?"

Tiba-tiba, gadis itu mendengar suara seorang laki-laki dari kejauhan. Ia sedikit tersentak, dan menengok ke arah datangnya suara.

Love HeritageWhere stories live. Discover now