Chapter 10. I Prefer Happiness

1.7K 207 4
                                    

"Kalo aku berhasil sampe duluan di ujung, kamu harus relain kamar tidur di rumah jadi milik aku selama satu minggu ke depan."

Kedua mata Inaya membulat. Saat ini, gadis itu sudah basah kuyup di dalam kolam renang balkon hotel mewah yang sedang ia dan suaminya tempati.

Inaya dan Matheo berdiri bersampingan, sedang bersiap untuk memulai lomba berenang yang mereka langsungkan, demi membuktikan siapa yang paling handal.

Inaya menelan ludah mendengar hadiah yang ingin Matheo dapatkan jika ia berhasil menang, sepertinya laki-laki ini masih belum rela Inaya menguasai kamar dan membuatnya tidur di sofa.

"Oke, tapi kalo aku yang menang, mas Theo gak boleh punya permintaan kaya gini lagi, pokoknya kamar itu sepenuhnya buat aku."

Matheo tersenyum mendengarnya. "Oke," ucapnya, menyetujui.

Kini pasangan suami istri itu bersiap untuk melangsungkan pertandingan berenang mereka. Aba-aba disebutkan oleh Matheo, dan kedunyapun mulai bergerak maju dengan gaya berenang yang berbeda.

Matheo menggunakan gaya bebas yang sudah ia pelajari dari guru lesnya ketika ia masih remaja, sementara Inaya menggunakan gaya katak yang ia pelajari dari kakeknya tiap kali membawanya berenang di sungai.

Keduanya bergerak maju dengan cukup signifikan, namun tentu saja hanya satu orang yang berhasil sampai duluan di ujung kolam renang.

Matheo menyentuh lantai di ujung kolam renang itu sebagai tanda bahwa dirinya sudah menang. Ia berdiri lurus dan mengusap rambut dan wajahnya yang basah, kemudian melihat Inaya yang masih setengah perjalanan.

Sambil menarik nafas, Matheo mengernyit bingung. Apakah gadis ini bodoh? kenapa ia menggunakan gaya katak di dalam sebuah perlombaan? batinnya tak percaya.

Setelah Matheo menunggu cukup lama, kini Inayapun akhirnya sampai di tujuan. Ia hampir kehabisan nafas dan bengek sambil mengusap wajahnya.

Inaya melihat Matheo, yang sudah berdiri di sampingnya dan menatapnya dengan wajah datar.

"S-siapa yang menang??" tanya Inaya.

Matheo memejamkan mata, dan berusaha menahan tawanya.

Andai saja ia tahu akan semudah ini memenangkan pertandingan, ia akan meminta kamar itu selama sebulan, kalau perlu setahun, batinnya.

***

Waktu sudah hampir menunjukkan pukul tujuh malam.

Saat ini, Matheo sudah selesai mandi dan sedang bersiap. Sang kekasih sudah menelfonnya sedari tadi, karena Matheo yang terlambat menjemputnya untuk makan malam.

Penyebab keterlambatan yang Matheo alami saat ini adalah karena dirinya entah kenapa memilih untuk berenang, menghibur gadis yang tadi terlihat murung di dalam kamar hotel ini bersamanya.

Matheo berenang bersama Inaya sampai lupa waktu, dan baru keluar dari kolam renang setelah mengingatnya.

Kini Matheo mengangkat telfon dari kekasihnya, sambil mengambil kunci mobilnya di atas nakas.

"Iya, ini aku jalan," uap Matheo kemudian keluar dari kamar hotel.

Kini di dalam hotel itu hanya ada satu orang, yang sedari tadi duduk di lounge balkon dan sesekali menatap ke arah dalam.

Inaya yang belum mandi duduk disana. Ia tahu Matheo sedang buru-buru, maka dari itu ia membiarakn laki-laki itu bersiap dengan bebas di dalam kamar.

Kini Inayapun masuk ke dalam dengan pakaian basah di tubuhnya yang sudah setengah kering karena ia balut handuk. Ia mengerjap melihat kondisi kamar yang cukup berantakan.

Love HeritageWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu