10. Kejutan

286 50 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya

Happy Reading 💚

Rifda menyambut kedatangan Xavier dan Kartika dengan penuh semangat. Ia telah memasak makan malam dengan banyak untuk menyambut kedatangan mereka. Bukan itu saja, di rumahnya sekarang juga ada anak dan menantunya serta kedua cucunya.

"Ayo-ayo kita langsung ke meja makan aja jeng," ajak Rifda kepada Kartika dan Xavier.

Setelah makan malam mereka semua berkumpul di ruang tamu. Kedatangan Xavier dan Kartika bukan tanpa alasan. Mereka memiliki tujuan untuk datang ke sini. Mengingat anak mereka yang trauma atas cinta, mengakibatkan sampai sekarang anaknya itu masih betah di negeri orang dan menyibukkan dirinya dengan bekerja serta kuliah S3. Anaknya itu membantu memantau cabang perusahaan suaminya di London. Dan putranya bersedia pulang ke Indonesia untuk menikah dengan calon pilihan orang tuanya. Maka dari itu mereka datang ke rumah Rifda malam ini untuk melamar Freya.

"Freya ada?" Tanya Kartika karena tidak melihat keberadaan calon menantunya.

"Freya belum pulang bekerja jeng," jawab Rifda.

"Kalau aku tau tante bakalan ke sini untuk menemui Freya, aku bakalan nyuruh dia cepat pulang," sahut Randa yang sedang memangku Lulu. Mendengar itu Kartika menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia menyikut suaminya untuk memulai berbicara.

"Jadi gini pak Rizal dan buk Rifda, maksud kamu ke sini bukan tanpa alasan, kami bermaksud untuk melamar putri kalian Freya untuk menjadi menantu kami, jika kalian menyetujuinya maka kita memberi mereka waktu untuk berkencan,"

Suara barang terjatuh mengalihkan perhatian mereka. Freya terkejut setelah mendengar sederetan kalimat yang keluar dari mulut Xavier, ia tak sengaja menjatuhkan map yang berisi pekerjaannya yang harus direvisi.

"Freya, duduk dulu nak," ajak Rizal kepada putrinya yang tengah terkejut itu. Dengan pelan Freya berjalan mendekati mereka dan duduk di samping ayahnya. Biasanya Freya akan menyapa Kartika maupun Xavier tapi karena dirinya masih syok ia tidak melakukan itu malam ini. Freya menunduk setelah semua pasang mata menatap ke arahnya.

"Kamu udah dengar semuanya nak?" Tanya Rizal yang kemudian mengusap rambut anaknya. Freya mengangguk.

"Saya akan menyetujuinya, jika Freya bersedia," jawab Rizal untuk perkataan Xavier tadi.

"Terima aja Rey, anak tante Kartika dan om Xavier tampan dan kaya, kamu gak akan nyesel nikah sama dia, apalagi kamu sudah hampir berusia 26 tahun," ujar Flora dan di angguki Rifda.

"Iya nak, teman-teman kamu saja sudah punya anak, masa kamu masih bertahan dengan kesendirian," sahut Rifda.

Freya semakin menundukkan kepalanya dan memilin tangannya pertanda sedang kebingungan. Di satu sisi ia membenarkan perkataan mamanya, di satu sisi ia masih mengharap seseorang yang ia cari.

Melihat putrinya kebingungan, Rizal menggenggam tangan Freya guna menyalurkan kekuatan untuk putrinya. Ia harap Freya memilih pilihan terbaik. Ia tidak terlalu memaksakan kepada Freya. Sedangkan Kartika dan Xavier masih menunggu jawaban dari Freya dengan harap-harap cemas.

Freya sedang bertengkar dengan isi kepalanya,  di satu sisi ia juga sudah memiliki rasa keinginan untuk menikah, di sisi lain ia masih mengharapkan cowok berkemeja hitam itu. Harapan besar yang tidak pernah tercapai.

"Freya setuju," Akhirnya setelah lama berdiam Freya menjawab dengan yakin. Ia rasa ini adalah jalan yang terbaik dari tuhan. Ia akan belajar untuk melupakan cowok kemeja hitam dan saling belajar mencintai dengan calon suaminya. Selalu mengharapkan kehadiran cowok itu akan membuat hidup Freya berjalan seperti itu saja. Baru terpikirkan olehnya, barangkali cowok itu juga sudah menikah dan memiliki anak.

Mencari & Berharap (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang