.
.
.
.
.Azeel dan Crystal sudah sampai di depan pintu rumah, keadaan keduanya sudah basah kuyup akibat hujan yang deras mengguyur bumi hari ini.
Saat Azeel membuka pintu rumah, datanglah asisten rumah tangga mereka mendekat. Panggil saja Bi Ani, beliau bekerja di rumah ini, namun tidak menginap.
"Assalamu'alaikum, Bi," ucap Azeel.
"Waalaikumsalam, ya Allah non Zee sama non Tatal basah banget. Bibi ambilin handuk dulu ya sebentar," ucap Bi Ani.
"Iya boleh, bi. Makasih ya."
Bi Ani kembali masuk untuk mengambilkan handuk supaya Azeel dan Crystal dapat mengeringkan tubuh mereka lebih dulu. Azeel menghadapkan tubuhnya pada Crystal, membantu adik kecilnya melepas helm serta jaket di tubuhnya.
"Buka dulu, Tal."
Crystal hanya diam, dengan raut wajahnya yang tak berubah sedikitpun. Meskipun tidak ada alasan yang jelas mengapa sikap Crystal berubah padanya, Azeel tetap tidak apa. Azeel hanya ingin Crystal tetap merasa nyaman dengan apapun pilihannya, sekalipun membangun tembok yang tinggi diantara mereka.
"Maaf ya kamu jadi kehujanan, aku pikir tadi gak bakal se deras ini," kata Azeel.
"Iya."
Azeel tersenyum kecil.
Tak lama Bi Ani datang membawakan handuk untuk mereka. Setelah sempat mengeringkan kepala mereka dengan handuk, keduanya berjalan menuju kearah kamar masing-masing untuk membersihkan diri di kamar mandi.
Crystal berjalan lebih dulu tanpa membersamai kakaknya. Bahkan tidak sempat hanya untuk mengucapkan terimakasih.
Selang beberapa waktu kemudian, Azeel sudah selesai bersih-bersih dan tidak lupa melaksanakan kewajiban nya untuk sholat ashar. Di kamarnya, gadis itu melihat kearah langit dari jendela kamar. Hujan masih deras, belum mereda sedikitpun.
Yang Azeel syukuri saat mereka terkena hujan tadi, langit tidak mengeluarkan bunyi menggelegar juga. Namun, tidak dengan sekarang. Petir berbunyi dengan kerasnya, Azeel mundur perlahan.
"Awh," eluh nya. Tidak— bunyi keras ini menyakiti kepalanya lagi. Azeel tidak suka, suara keras selalu menyakitinya.
Azeel memegangi kepala nya sendiri. Dan— Azeel tidak lupa satu hal, Crystal.
"Kakak!"
Suara teriakan terdengar dari sebelah kamarnya. Sejak kecil, Crystal takut suara petir, biasanya ada Shandri atau Ghea yang memeluknya saat seperti ini, karena Azeel tidak bisa, Azeel tidak takut petir. Namun— suara besar itu menyakitinya.
YOU ARE READING
Mari Kembali Ke Rumah
Teen FictionSi bungsu yang selalu merasa terlupakan oleh kakak-kakak nya, membuat suasana bangunan yang dikata rumah itu menghilang. Jika boleh meminta, Crystal ingin kalau Azeelia menghilang saja dari muka bumi. Entah kenapa, rasanya dunia akan selalu berporo...