Bab 1- Hal yang tak di mengerti

1.9K 155 69
                                    

.
.
.
.
.

"Kak Shan! Ge cape ah bangunin nya, kebo banget

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak Shan! Ge cape ah bangunin nya, kebo banget."

Ghea keluar dari dalam kamar Azeel dengan wajah kesal. Menghampiri sang kakak dan adik bungsu nya yang tengah sarapan di ruang makan.

Mungkin, sudah lima kali bolak-balik Ghea kembali ke kamar dan keluar lagi untuk membangunkan Azeel.

"Belum bangun juga, Ge?"

"Belum. Kakak aja deh yang bangunin, emosi aku pagi-pagi." Ghea kini duduk di kursi makan yang berada di sebelah kakaknya. Mengambil selembar roti tawar dengan wajah yang tertekuk.

Shandri, wanita dua puluh lima tahun itu tersenyum hangat lalu mengelus pelan pundak adiknya.

"Ya sudah kamu makan aja dulu, biar aku yang bangunin Zee."

Shandri beranjak menuju kearah kamar Azeel. Seperti biasanya, jika Ghea sudah menyerah, maka dirinya yang harus turun tangan.

Saat pintu kamar bernuansa putih itu terbuka, Shandri hanya menggeleng, melihat adiknya yang masih pulas dengan memeluk guling kesayangannya.

"Dek, bangun. Kamu ada kuliah pagi kan hari ini?" Shandri mengelus pelan kepala adiknya.

"Ngantuk kak aku nya," ucap Azeel dengan mata yang masih tertutup.

"Dilawan dong, kalau begini terus ya kamu susah bangun, Zee."

"Tapi kan aku baru ada kelas jam sembilan, kak. Ini masih kepagian," sahutnya.

"Mau kelas pagi, siang, sore, malam, tetap harus bangun pagi dulu. Kan bisa sarapan dan lainnya. Ayolah, bangun ya? Adeknya kakak gak boleh pemalas gini lah. Tatal aja udah sarapan loh, udah cantik dia mau berangkat sekolah," tutur lembut Shandri.

Dengan sangat terpaksa, gadis berambut hitam lebat sepundak itu bangkit dari tidurnya.

Cara membangunkan Shandri memang selembut ini. Ghea pernah melihat sesabar apa kakaknya membangunkan Azeel. Bahkan kadang, Ghea ikut kesal. Kenapa Azeel bisa bangun dengan cara seperti ini? Padahal dirinya sampai suka memukuli Azeel dengan guling dan bantal pun gadis itu tetap tak bangun.

"Kakak duluan aja, nanti Zee nyusul," ucapnya setengah sadar.

"Kakak tunggu kamu cuci muka dulu, kita bareng aja. Nanti kalau kakak tinggal, mesti kamu lanjutin tidurnya."

Sudah ketebak kalau soal ini. Azeel hanya menghela nafas, lalu beranjak kearah kamar mandi untuk mencuci muka lebih dulu.

Setelahnya, Azeel dan Shandri menghampiri kedua saudarinya yang masih berada diruang makan.

Mari Kembali Ke Rumah [End]Where stories live. Discover now