Bab 5 - Tal, Maafin Zezel ya

1.2K 146 34
                                    

.
.
.
.
.

"Zee, gak apa-apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Zee, gak apa-apa?"

Pandangan Azeel sedikit kabur, tapi matanya masih tahu jelas siapa yang kini memegang pundak kanannya.

"Gak apa-apa." Azeel menepis tangan lelaki itu. Menatap tajam kearahnya.

"Lo sakit? Mau gue antar ke rumah sakit atau-"

"Nggak-nggak, gue gak apa-apa."

Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Azeel. Gadis cantik di hadapannya sejak tadi memang terlihat duduk bersandar di tembok lorong kampus dengan memegangi kepalanya.

"Gue bantu."

"Gak perlu. Gue masih mau di sini. Lo pergi aja!"

Azeelia tidak pernah berubah padanya. Sikapnya masih dingin, masih acuh. Kadang lelaki ini berpikir apa yang bisa membuat Azeelia luluh padanya?

Azeel mengambil handphone dari dalam slingbag nya, mencari nomor telepon Adel. Karena saat ini hanya gadis itu yang dapat dimintakan tolong.

"Del, lo udah selesai kelas kan? Tolongin gue dong, di lorong kanan kampus," ucap Azeel dengan Adel dari sambungan telepon.

"Cepetan ya."

"Kenapa harus telepon Adel? Kan ada gue, Zee."

"Terserah gue dong. Kenapa lo ngatur?" ketus Azeel.

Lelaki itu diam tanpa kata. Wajahnya terlihat lebih kesal lagi.

Tak lama setelah sambungan telepon itu terputus, dari kejauhan langkah kaki Adel yang berlari terdengar, gadis itu dengan cepat menghampiri Azeel yang masih duduk ditempat nya tadi.

"Ya Allah, Zee. Kenapa?" Adel berlutut, membantu Azeel untuk bangkit.

"Kambuh?" tanya nya. Azeel hanya mengangguk, tangan kirinya masih memegangi kepala.

Adel mengalihkan pandangannya dari Azeel menuju lelaki di sebelahnya.

"Pangeran, lo ngapain di sini?" tanya Adel.

"Gue liat Zee kesakitan gitu di sini. Ya gue samperin, mau gue tolongin, dia nya nolak," sahutnya.

Iya, Pangeran. Lelaki yang sudah lama menyukai Azeel.

"Cari tempat duduk, Del. Gue mau minum." Azeel dengan cepat memutuskan obrolan Adel dan Pangeran. Jujur, Azeel selalu merasa tidak nyaman berada dekat dengan lelaki ini.

Adel memapah sepupunya untuk meninggalkan tempat ini. Sedangkan Pangeran, lelaki itu menatap sendu kepergian gadis pujaan nya itu.

"Sampai kapan lo nolak gue kayak gini sih, Zee? Se berarti itu masa lalu lo?" ucap Pangeran.

Adel membelikan Azeel air mineral dari kantin kampus, menghampiri gadis yang kini duduk di kursi taman yang tak jauh dari kantin.

"Minum dulu." Adel mengulurkan sebotol air.

Mari Kembali Ke Rumah [End]Where stories live. Discover now