Bab 18 - Cerita Crystal

1K 168 57
                                    

.
.
.
.
.

"Kamu kenapa sih Zee bandel banget

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Kamu kenapa sih Zee bandel banget. Coba kalau udah kayak gini, kan kita jadi khawatir," ucap Ghea. Ghea duduk di pinggiran kasur sembari mengelus kepala adiknya yang masih tak sadarkan diri.

Sedangkan kakak sulungnya mengantarkan seseorang sampai ke depan pintu rumah saat ini. Dan adik bungsunya? Jangan tanyakan dia, Crystal berada di dalam kamarnya sendiri.

Bibir Azeel sedikit pucat, tubuhnya juga hangat. Ghea sudah menyelimuti adiknya ini dengan selimut tebal. "Sadar ya, dek. Kakak sedih ngeliat kamu kayak gini terus."

"Ge, Zee gimana?" Shandri baru saja datang, membuka pintu kamar Azeel dan menghampiri Ghea.

"Belum sadar, kak."

"Oh iya Aikie gimana?" tanya Ghea kembali.

"Sudah pulang. Tadi aku antar sampai depan aja," sahut Shandri.

Tadi, Aikie yang membawa Azeel kembali ke rumah. Aikie masih ingat jelas alamat mantan kekasihnya ini di kepala. Saat ingin kembali ke tempat singgah nya sementara, Aikie melewati halte dimana Azeel berada dan menemukan gadis itu sudah tak sadarkan diri.

Ghea menggenggam tangan adiknya dan menatap Azeel teduh. "Kakak mau sampai kapan nahan-nahan ini semua? Apa gak kasihan sama adik kamu ini? Aku gak bisa ngelihat Zee kayak gini terus, kak. Aku gak tega," ucap Ghea tiba-tiba.

"Maaf ya, Ge."

"Aku gak butuh maaf, kak. Aku butuh keputusan yang pasti secepatnya. Aku butuh tindakan yang cepat, secepatnya untuk Zee, Kak Shan."

"Aku tau, Ge."

"Pengobatan alternatif itu udah gak ada kan? Satu-satunya cara operasi. Ya udah kita lakuin aja. Untuk adik kita kan, kak?" lanjut Ghea.

Shandri menghela nafasnya. "Aku takut, Ge."

"Aku juga. Tapi kita harus. Daripada terjadi sesuatu yang kita gak inginkan tanpa kita mencoba sesuatu lebih dulu, kak," ujar Ghea menjawab.

Shandri mengangguk pelan. Perkataan Ghea memang benar. Cepat atau lambat jika tidak ditangani, semuanya akan menjadi lebih parah. Dan mungkin hal terburuk untuk Azeel akan terjadi dengan cepat. Siap tidak siap, mereka harus mengambil langkah yang tepat.

Jika memang satu-satunya cara adalah ini, mereka harus melakukannya.

"Kapan mau bicara sama Zee?"

"Secepatnya, Ge."

Di sela-sela ucapan mereka, Ghea merasakan tangan Azeel yang digenggaman nya bergerak. Adik kecilnya itu membuka mata perlahan, menimbulkan senyum kecil dari wajah kedua kakaknya. Shandri langsung ikut berlutut di sebelah ranjang.

Mari Kembali Ke Rumah [End]Место, где живут истории. Откройте их для себя