Bab 7 - Kalian adalah rumah terbaik

1K 139 40
                                    

.
.
.
.
.

Suara petikan gitar terdengar dari dalam kamar bernuansa putih ini, dengan lampu kamar yang terlihat redup, membuat kesan tenang kian terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara petikan gitar terdengar dari dalam kamar bernuansa putih ini, dengan lampu kamar yang terlihat redup, membuat kesan tenang kian terasa.

"Di saat kesulitan cobalah memandang langit. Pasti akan terlihat sekumpulan awan. Butiran air mata yang dibuat. Matamu tersapu oleh angin. "

Azeel melantunkan sebait lagu dengan suara indahnya. Diiringi petikan gitar yang jari-jarinya mainkan.

"Di saat kesulitan cobalah memandang langit. Karena seperti biasa di sini ku selalu. Mendengarkan cerita ceritamu. Kita tak akan pernah sendirian."

Rasanya ingin menangis saja, menangis terus dan terus, apalagi saat mengingat apa yang Crystal ucapkan tadi. Azeel jadi berpikir apa mungkin memang dia se merepotkan itu? Jika iya, untuk apa dirinya ada?

Suara ketukan pintu terdengar, Azeel hanya menoleh kearah pintu yang dia belakangi, terlihat wajah Ghea dari baliknya.

"Hai," ucap Ghea.

"Kak Ge, ada apa?"

Azeel menaruh gitarnya di sebelah kasur dan Ghea kini mendekatinya. Ghea duduk tepat di sebelah adiknya, menatap wajahnya dalam, membuat Azeel jadi bingung sendiri.

"Kak? Ada apa?"

Ghea tiba-tiba memeluk Azeel erat. Wajah Azeel jadi bingung sendiri, entah apa yang sudah terjadi pada kakaknya ini, sikapnya sampai tak bisa dia tebak.

"Kak Ghea kenapa?"

"Maafin kakak ya, Zee."

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Untuk semua yang sudah terjadi dan mungkin akan terjadi sama kamu nanti," ucap Ghea.

Azeel melepaskan pelukan kakaknya. "Zee gak ngerti maksud kakak apa. Gak ada yang perlu membuat kakak minta maaf sama Zee. Zee baik-baik aja kok, Kak Ge juga gak pernah jahat sama Zee," ujar Azeel setelahnya.

"Emangnya apa yang akan terjadi sama Zee, kak?" tanya Azeel dengan wajah polosnya. Ghea kini menggeleng, menggenggam kedua tangan adiknya.

"Semoga tidak ada, Zee. Maaf kalau kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu," kata Ghea.

"Aku juga bukan adik yang baik buat Kak Ge, buat Kak Shan. Apalagi kakak yang baik buat Tatal. Harusnya aku yang minta maaf, Kak."

Ghea menggeleng cepat. Azeel tak perlu meminta maaf untuk semua hal buruk yang terjadi pada hidupnya. Seharusnya mereka lah yang menyampaikan maaf itu untuk Azeel.

Ghea tau, tidak ada satu dari mereka yang tidak terluka. Namun, luka terbesarnya tetap ada pada Azeel.

"Kamu yang terbaik, Zee. Kami yang tidak bisa jadi yang terbaik buat kamu," ucap Ghea lagi.

Mari Kembali Ke Rumah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang