Bab 4 - Seharusnya kita juga mengerti

1.1K 143 50
                                    

.
.
.
.
.

"Kenapa sih, Tal? Muka lo dilihat-lihat asem banget gitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa sih, Tal? Muka lo dilihat-lihat asem banget gitu. Lagi ada masalah kah?"

Mayrin Irish Darmawan, panggil saja Mayrin, gadis berwajah lucu yang sedang menyeruput es jeruk nya itu bingung dengan sikap sahabatnya.

"Gak tau sih, May. Tapi rasa-rasanya masih kesel aja sama kakak gue."

"Kakak lo yang mana?" tanya Mayrin.

"Zezel lah, siapa lagi? Kak Shan sama Kak Ge mah gak pernah bikin kesel."

"Masih gara-gara yang waktu itu? Lo iri ke dia?" sambung Mayrin lagi.

Crystal mengangguk pelan. "Iri sih nggak, cuma ya gue kesel aja, kenapa sih kakak-kakak gue tuh selalu aja nomor satuin Zezel. Apa karena dia penyakitan? Setau gue Zezel tuh cuma punya asma aja, ya gak perlu yang lebay banget gitulah sampai-sampai gak peduli ke gue."

"Hush, lo kalau ngomong gak di filter, Tal. Gak baik tau ngomong begitu, mau gimanapun juga Kak Zezel kakak lo," sahut Mayrin.

Crystal menyenggol pelan lengan Mayrin. "Ih gak boleh panggil Zezel, itu panggilan gue."

"Iya iya maaf, Kak Azeel maksdunya. Noh, gitu aja lo masih posesif, lo tuh sebenarnya sayang banget sama dia, cuma ego lo aja yang masih labil."

"Denger ya, Tal. Lo gak boleh tau mikir kayak gini, apalagi sampai ngejauhin kakak lo sendiri. Nanti nyesel."

Crystal terdiam. Jauh di lubuk hatinya, Crystal sangat menyayangi Azeel, sangat sayang. Tapi entah mengapa semua hal yang dia tahan selama ini tidak bisa tertahan lagi sejak kejadian malam itu. Crystal merasa semua orang mengabaikan hari spesial nya hanya untuk Azeel.

Azeel memang merepotkan, itu pernah ada di benak Crystal.

"Gue jadi kangen Tal sama kakak gue."

"Kakak lo yang mana?"

"Kak Anin yang— ninggalin keluarga gue buat selamanya dua tahun lalu itu," ucap Mayrin memelan.

"Seandainya waktu itu kita sedikit lebih cepat kasih pertolongan sama dia, mungkin sekarang Kak Anin masih di sini dan gue gak kesepian," curhat Mayrin.

Kakak satu-satunya yang Mayrin punya, sudah berpulang dua tahun lalu, karena sakit bawaannya sejak lahir, dan sayangnya keluarga mereka terlambat memberikan pertolongan pertama kala itu.

Mendengar cerita Mayrin, Crystal sedikit berpikir. Apa mungkin memang seharusnya dia tidak pernah berlaku seperti ini? Seharusnya tidak perlu ada tembok tinggi yang dia bangun untuk membatasinya dengan Azeel.

"Maaf ya Tal, gue malah jadi curhat."

"Gak apa-apa, May."

Kedua gadis ini kembali menyantap makanan di hadapan mereka. Crystal mengunyah nasi di mulutnya dengan tatapan sedikit kosong.

Mari Kembali Ke Rumah [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang