Hugo nggak peduli, dia sudah kepalang emosi. Hugo rasa, selama ini dia sudah cukup sabar dengan tingkah semena-mena mereka bertiga, tapi kali ini, Hugo nggak akan tinggal diam, meskipun dia tahu, kalau aksi nekatnya ini mungkin bakal bikin dia balik dengan keadaan bonyok, atau malah syukur masih bisa kembali?

Sebelum ke sini, Hugo sempat mengirim pesan pada abang sulungnya yang berisi,

Orang Aneh

📍live location
Kalau ntar gue ga balik, lo tau harus cari ke mana mayat gue

Kesannya pesimis banget memang, tapi Hugo sadar dan tahu seberapa kapasitasnya, dia lumayan payah beladiri dibandingin sama mereka bertiga yang dari sananya sudah punya jiwa preman, ditambah Hugo cuma sendiri sedangkan mereka bertiga.

"Gue nggak pernah buat taruhan sama lo ya bangsat!" seru Hugo dengan emosi berapi-api.

"Santai, santai, panas amat, bro? Setakut itu ya kehilangan cewek lo?" sahut Brian, sambil mengusap sudut bibirnya yang robek akibat pukulan amatir dari Hugo.

"Gue cuma main-main doang tadi, emang dia ngadu apa ke lo? Jangan-jangan udah ngajak putus ya?" Brian menatap Hugo dengan seringai meledek.

"Anjing!" maki Hugo, nyaris kembali melayangkan tinju jika tangannya tak ditahan lebih cepat oleh Fazio.

"Mau ngapain lo?" ucap Fazio, menatap Hugo nyalang.

Hugo berdecih, cowok itu menyetakkan tangannya, menatap Brian and the geng bergantian. "Punya masalah apa lo pada sama gue? Kaga usah bawa-bawa cewek gue, anjing! Cupu lo semua, bangsat!"

Brian tertawa sinis, membuat ekspresi seolah-olah meminta simpati. "Sebenernya gue sedih, Go, lo nggak mau temenan sama kita lagi. Tega banget lo buang kita gitu aja? Lo emang sengaja jauhin kita, kan? Kalau nggak ada lo, siapa yang bisa kita porotin lagi, Go?"

"Sinting lo semua," desis Hugo.

"Lah ya emang, baru tau?" Ardo menyahut.

Brian menyeringai dan tertawa sarkastik. "Kira-kira orang tua lo bakal sedih nggak ya kalau anaknya yang pernah jadi brandalan ini nggak pulang?"

Hugo mengernyit. "Maksud lo—" Belum sempat kalimatnya terselesaikan, sebuah pukulan melayang dengan cepat menghantam pipi kanan Hugo hingga cowok bongsor itu tersungkur.

"Sakit, Go? Sorry, tangan gue kepeleset tadi," ucap Brian, masih dengan ekspresinya yang meledek.

"Bangsat," maki Hugo, cowok itu baru saja ingin membalas, tapi gerakannya tertahan ketika tangannya dicekal oleh Ardo dan dipelintir di belakang.

"Akh!" Hugo refleks berteriak, ketika rasa sakit terasa memelintir tangannya.

Selagi Hugo ditahan oleh Ardo, Brian mendekat, mencengkram kerah baju Hugo, dan berkata, "Lo udah salah karena udah sok jagoan masuk ke sini. Punya pesan terakhir buat cewek lo nggak?"

Dengan napas kembang kempis dan pipi kirinya yang lebam, Hugo berseru, "Nggak usah sentuh cewek gue, anjing!

Sepersekon setelah ia berseru demikian, sebuah tendangan langsung menghantam perutnya hingga ia terbatuk. Hugo ingin bergerak untuk melawan, tapi belum sempat ia membela diri, serangan bertubi-tubi sudah lebih dulu menghujamnya. Pukulan, tendangan, injakan demi injakan, hingga satu-satunya yang terlintas di benak Hugo adalah pertanyaan; apakah ia akan berakhir di sini?

***

Elvano sebenarnya mau nggak peduli sama pesan yang dikirim Hugo beberapa saat lalu, karena dia sudah hafal, adiknya satu itu memang hobi bertingkah, tapi nggak tahu kenapa, kali ini perasaan Elvano nggak enak. Dia kepikiran terus sama isi chat-nya Hugo tadi. Mau pura-pura nggak peduli sekalipun juga Elvano tetap khawatir, karena ini adiknya.

When The Sun Is ShiningNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ