Ø7. LOVE LANGUAGE

250 38 0
                                    

Sebab merasa nggak cocok dengan tiga teman barunya, untuk tipikal manusia pemilih seperti Hugo, pasti langsung menjauhi mereka, dan tentu saja bukan langsung menjauh secara gamblang, tapi ternyata cukup sulit juga karena mereka satu kelas, setiap sekolah selalu bertemu, dan ketika Hugo mencari celah untuk menghindar, mereka justru mendekatinya lagi.

Lama-lama, Hugo malah merasa nggak enak, yang pada akhirnya, Hugo pun membiarkan saja, toh yang penting dia tetap waras dan nggak ikut-ikutan sama apa yang mereka lakuin 'kan?

Lagipula, setelah Hugo pikir-pikir, gimana dia nggak merasa tersesat sedangkan dia saja baru keluar dari zona nyamannya, dia belum sepenuhnya beradaptasi dengan tempat baru. Merasa kehidupan Hugo dengan teman-temannya berbeda, memang yang Hugo cari persamaan seperti apa?

Seperti di sekolah lamanya dulu? Sedangkan Citra Mutiara saja sekolah umum yang semua golongan bisa menjadi bagian di dalamnya. Hugo pun sadar, kalau merokok itu hal biasa buat cowok, jangankan anak SMA, anak SMP pun banyak yang sudah merokok. Jadi, bukan teman yang perlu Hugo ganti, melainkan dirinya sendiri yang perlu beradaptasi. Asalkan Hugo nggak ikut-ikut, dia aman 'kan?

"Ikut nongkrong kaga, Go, hari ini?" Pertanyaan yang dilontar oleh Ardo itu membuat Hugo mengalihkan perhatian dari ponselnya.

"Skip dulu hari ini, gue ada ekskul," jawab Hugo, lanjut menarikan jarinya di atas papan ketik untuk berbalasan pesan dengan cewek-ceweknya.

"Kalau besok?" Ardo bertanya lagi.

Tanpa menolehkan kepalanya, Hugo menjawab, "Besok? Liat-liat dah, kalau cewek gue ngajak jalan, ya skip lagi."

"Et dah, sibuk amat pak ustad." Fazio menanggapi sembari terkekeh.

Seolah menular, Hugo juga ikut terkekeh. "Ustad gadungan," balasnya, menyimpan ponsel untuk lanjut mengobrol dengan teman-temannya.

Brian yang lagi ngunyah pentol berbungkus plastik dengan saus sambel seabrek yang warnanya semerah lipstik tante-tante pun ikutan nimbrung,  "Emang mau jalan sama cewek yang mana, Go?" tanyanya.

"Yang mana aja," jawab Hugo seadanya.

"Kalau ngajak barengan gimana, Go?" Ardo bertanya.

"Gue suruh batu-gunting-kertas." Hugo nyengir.

Dan polosnya Ardo malah percaya. "Serius?"

Hugo ngakak. "Ya kaga lah! Biasanya gue pilih yang ngajak pertama kali, 'kan nggak mungkin ngajak di hari yang sama, jam sama menitnya juga sama," jelas Hugo.

"Terus lo nolaknya gimana?" Ardo masih pengen kepo.

"Gue bilang kalau udah punya janji lain," jawab Hugo.

"Terus kalau lo diambekin?"

Hugo mengendik. "Ye kaga masalah juga sih, cewek gue 'kan banyak, hilang satu tumbuh seribu," jawabnya, membuat Ardo tertawa.

"Kacau nih anak!"

"Denger-denger lo lagi deketin Theresia kelas 11 itu ye, Go?" Brian ikutan nimbrung lagi.

"Iye, tapi udah kaga sih. Males gue, hard to get," ucap Hugo.

"Lah, justru yang susah didapetin tuh yang menarik!" Fazio berkomentar.

Hugo menggeleng. "Males. Yang hard to get tuh kalau udah didapetin suka berharap lebih, gue maunya main doang."

"Theresia tuh mantan gue, Go," cetus Brian, membuat Fazio dan Ardo menoleh kompak.

"HAH?!" Bukan Hugo yang kaget, melainkan Fazio dan Ardo. Hugo cuma memasang tampang bertanya, beda sama Fazio dan Ardo yang kayaknya nggak percaya kalau Theresia itu mantannya Brian.

When The Sun Is ShiningWhere stories live. Discover now