1Ø. TENGGELAM

220 30 3
                                    

Hugo dan keluarganya sedang ada di pelataran depan rumah ketika motor baru milik Elkano yang diantar oleh pihak dealer sudah sampai dan mendarat di rumah dengan selamat tanpa lecet.

"Katain nih katain, katain Kano lo kalau berani," ledek Elvano pada Hugo yang sedari tadi hanya bersidekap sambil menyandar pada pilar rumah memperhatikan Elkano yang mencoba untuk menghidupkan motor barunya.

Hugo baru banget pulang, masih menggunakan seragam yang bentuknya nggak karuan dan lembab terkena keringat karena dia pakai bermain voli tadi, dia nggak ada jadwal ekskul tapi lihat ada anak-anak yang bermain voli di lapangan sekolah, iman Hugo terlalu lemah buat nggak ikutan, alhasil dia nimbrung sebentar tadi.

Dan ternyata waktu sampai rumah, Hugo lihat ada mobil pick up yang bawa motor baru berhenti di depan rumahnya yang mana mereka sedang mengantarkan motor milik Elkano.

Lalu kenapa Elvano meledek demikian? Sebab motor barunya Elkano ini adalah jenis matic. Iya, motor sport gede yang kadang suka dipinjem Hugo buat kencan itu ditukar jadi motor vespa matic warna biru ucul. Hugo meyayangkan sebetulnya, motor sekeren R15 ditukar dengan vespa matic, tapi ya ... dia punya hak protes apa? Motor juga bukan motor dia, pemiliknya sendiri yang ingin untuk ganti kendaraan.

"Cih, ini motor lebih mahal daripada punya lo," balas Hugo seraya merotasi bola matanya.

"Mau dituker juga, Bang?" Raka tiba-tiba bertanya seperti itu pada Elvano.

"Hah? Nggak deh, Pa. Nggak minat, mau dikata murahan juga motor Vano itu punya banyak cerita, Vano 'kan punya motor karena butuh kendaraan, bukan butuh buat keren-kerenan kayak sebelah," ujar Elvano menyindir Hugo.

Hugo melirik sinis. "Mau naik Lamborghini juga kalau yang bawa elo, kaga ada keren-kerennya," balas Hugo.

"Pa, Hugo nggak ditawarin juga nih?" Hugo bertanya pada papanya.

"Loh? Bukannya kamu nggak mau motor matic, Go?" sahut Raka.

"Emang. Harusnya, motor Bang Kano kemarin buat Hugo aja, terus Bang Kano tinggal beli baru yang lama nggak usah dijual," ujar Hugo.

"Terus CRF kamu yang dijual?" balas Raka.

"Lah, ya jangan dong! Kan maunya punya dua, Pa," ujar Hugo.

"Maruk! Serakah adalah perbuatan dosa!" Seru Elvano menimpali.

"Buat apa punya motor banyak-banyak, Go? Emangnya mau kamu kendarain barengan?" Ghea ikut bersuara.

"Ya 'kan buat ganti, Ma, kalau bosen ini, pake yang itu, gitu," ujar Hugo.

"Itu mauan lo," cibir Elvano.

Hugo kontan menyahut nyolot. "Emang mauan gue, kenapa lo? Iri?"

Ghea hanya menghela napas, lalu perhatiannya tersita ketika mendapati ekspresi si bungsu yang tampak masam.

"Adek kenapa? Kok lesu gitu?" tanya Ghea.

Reon mengerucutkan bibirnya. "Bang Kano minta motor langsung dibeliin, kok Reon disuruh nabung dulu, Mama?"

"Loh, siapa yang bilang langsung dibeliin? Ini Bang Kano juga nabung kok, terus uangnya ditambahin sama Papa, ditambah motornya yang lama juga dijual. Adek kira ini dibeliin sama Papa?" balas Ghea menanggapi ucapan si bungsu dengan tawa kecilnya.

Mendengar hal itu pun, Raka juga tertawa. "Bang Kano nabung dulu ini, tanyain coba sama orangnya, ini dibeliin Papa seratus persen apa enggak?"

Lalu Elkano menggeleng dan menjawab, "Enggak. Uang tabungan Bang Kan ditambahin sama Papa buat beli ini."

When The Sun Is ShiningWhere stories live. Discover now