21. SOUNDS SO PATHETIC

237 42 1
                                    

Hugo pikir, dia sanggup menyelesaikan masalahnya ketika semuanya sudah perlahan bisa membaik, dia bisa memulai semuanya lebih baik, serius pada mimpinya, kembali melakukan hobi dan hal-hal yang dia sukai, tapi rupanya, itu cuma perandaian Hugo. Ibaratnya berekspektasi, Hugo langsung merasa dijatuhkan sewaktu papanya tiba-tiba bilang,

"Besok Papa ke sekolah kamu ya, Go."

Dengan heran sekaligus bingung, Hugo bertanya, "Kenapa?"

"Urus surat pindah. Kamu Papa pindahin ke pesantren."

"...serius, Pa?"

"Iya. Besok Papa urus surat-suratnya, kamu tinggal bawa badan aja, keperluannya udah Papa siapin semua," ujar Raka yang kelihatannya memang betulan serius, bikin Hugo termangu di tempat. "Denger, Go?"

"Denger, Pa."

Begitulah percakapan singkatnya dengan Raka semalam yang sekarang membuat Hugo kayak orang nggak punya gairah hidup. Cowok dengan garis rahang halus itu menatap lapangan sekolah dengan tatapan nanar. Apa mimpinya harus berakhir di sini? Apa Hugo sudah nggak punya kesempatan buat memperbaiki semuanya?

Dosa gue ... kelewat banyak, ya?

"Go!"

Hugo menoleh, dia lihat ada Gemala yang lari ke arahnya. Hugo cuma diam, dia nggak nyahut apa-apa, dia memperhatikan Gemala yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Gue cariin lo tadi, nggak liat chat ya?"

Hugo mengangkat dua alisnya, lalu menggeleng. "Nggak buka HP."

Gemala menekan bibirnya hingga membentuk garis lurus, lalu cewek itu mengangguk dua kali. Dan setelah itu, nggak ada obrolan apapun di antara mereka. Gemala lihatin Hugo dari samping, merasa ada yang beda sama Hugo hari ini. Akhirnya, Gemala pun beraniin buat tanya.

"Lo ... kenapa? Lemes banget, sakit ya?" tanya Gemala, dibalas gelengan sama Hugo.

"Nggak pa-pa."

Gemala mengerjap, agak terkejut. Sebab itu bukan jawaban yang Hugo banget. Biasanya, kalau ditanya kenapa, Hugo selalu menjawab; "Kepo" atau jawaban lain yang mengandung sarkasme, makanya Gemala kaget dengar Hugo kasih jawaban yang kalem.

"Lagi ada masalah, ya?" Gemala bertanya lagi.

Alih-alih salty, Hugo cuma geleng-geleng kepala, lalu mengatakan sesuatu yang lain secara tiba-tiba.

"Lo mau LDR nggak, Gem?" celetuk Hugo.

Gemala tambah kaget. "LDR? Emangnya lo mau ke mana? Pindah sekolah?"

"Jawab aja, lo mau LDR nggak?"

Cewek berkacamata itu termangu sesaat. "Ya ... tergantung."

"Kalau nggak mau, kita putus sekarang aja nggak masalah," cetus Hugo, membuat Gemala tersendat kaget.

"Huh? Tiba-tiba banget? Lo mau ke mana emangnya, Go?"

Alih-alih menjawab, Hugo malah berceletuk, "Kita putus aja kali ya, Gem?"

"Go, jawab dulu, lo mau pergi ke mana?" desak Gemala.

"Jauh. Kita bakalan jarang ketemu nanti, jadi kalau lo nggak siap, kita putus aja," ujar Hugo.

Gemala berdebar seketika, bukan debar manis, melainkan debar bingung dan shock, sebab tiba-tiba Hugo malah berkata seperti itu, padahal hubungan mereka mulai baik-baik saja.

"Jarang bukan berarti nggak bakalan ketemu lagi 'kan?" tanya Gemala, sirat harapan.

"Nggak tau, gue nggak bisa janji."

When The Sun Is ShiningWhere stories live. Discover now