30-PAKET MISTERIUS (1)

703 84 66
                                    

Terimakasih sudah mengklik part ini.

Wajib follow akunku sebelum baca.

SATU VOTE DARI KAMU SANGAT BERARTI BUAT PENULIS ⭐

Tandai typo ✅

________

Unknown Number
________

Liona merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dua jam yang lalu ia baru saja selesai mencuci pakaiannya dan Rivan. Cuciannya sedikit banyak hingga memerlukan tenaga yang banyak meskipun menggunakan mesin cuci.

"Capek, ya?" tanya Rivan sambil berjalan memasuki kamar dan mendekati Liona.

Liona mengangguk lemas. "Pengen peluk?" pintanya manja.

Rivan tersenyum dan duduk di pinggir kasur. Ia pun merentangkan kedua tangannya. "Sini."

Liona langsung berhambur dalam pelukan Rivan sehingga posisinya menjadi duduk di atas paha Rivan.

"Nanti gue cari ART aja, ya?"

"Emang boleh?"

"Harus boleh Yang, kamu bisa capek kalo kerja sendirian," jelas Rivan.

Liona terhenyak dan langsung menatap Rivan serius. "Ka-kamu?"

"Kenapa, gak suka gue panggil 'kamu'?" Rivan menautkan alisnya.

Liona tersenyum lebar. "Suka."

"Aku-kamu aja ya, mulai sekarang, biar lebih manis," ucap Rivan.

Liona mengangguk antusias. "Oke!"

Rivan tersenyum. Lalu kemudian mulai memasang tatapan seriusnya. "Ada yang mau aku bilang sama kamu."

"Apaan?"

Rivan menghembuskan napasnya sebentar. "Tadi aku dipanggil papa buat kerumah. Papa-"

"Cuman kamu aja? Ih, masa aku nggak!" sahut Liona dengan wajah sebal.

"Denger dulu, sayang."

"Hm, iya oke, lanjut."

"Jadi aku dipanggil papa kerumah buat bicarain sesuatu. Papa emang sengaja nyuruh aku buat gak bawa kamu, biar aku aja nanti yang kasihtau kamu, paham sekarang?"

Liona mengangguk. "Terus, papa bilang apa?"

"Papa bicarain masalah kerja aku nanti setelah lulus. Jadi nanti setelah lulus, papa udah putusin perusahan yang papa pegang selanjutnya aku yang tanganin. Jadi mulai minggu depan, aku bakal sering ke tempat perusahan buat belajar masalah perusahaan. Itu kalo misalnya aku ada waktu. Kamu setuju, kan? Ini juga demi masa depan kita," tutur Rivan.

Liona terdiam sejenak. Ada perasaan gugup saat mendengar kalimat terakhir Rivan. Oke, katakan saja dia baper.

"Kok diem?"

"Eh, nggak. Um, kalo aku setuju kok, Van. Perusahaan papa kan, emang bakal jatuh ke tangan kamu, jadi harus banyak belajar mulai sekarang. Aku tidak keberatan," kata Liona.

RIVANDO Where stories live. Discover now