22

146 2 0
                                    

"Perkenalkan, dia adalah anak saya, yang sudah beberapa bulan memegang banyak proyek dimana saya dan kalian semua sudah bekerja. Dia juga anak muda yang berbakat yang telah menyelesaikan studinya, hingga menjadi seorang arsitektur dan juga developer yang handal. Dia adalah Pratama Erik Adiwijaya."

"Terimakasih atas sambutannya. Disini saya tidak ingin banyak kata. Ijinkan saya bergabung di proyek yang selama ini dipegang oleh ayah saya, karena kata beliau sudah kewalahan kalau tidak ada yang membantu. Jadi, mohon kerjasamanya dari rekan-rekan semuanya, sekali lagi saya ucapkan terimakasih," kata Erik yang sudah kelihatan dewasa dan berwibawa untuk menjadi seorang pimpinan.

Acarapun terus berlanjut. Hingga dalam acara tersebut memberikan penghargaan bagi karyawan teladan. Yuda masuk di antara beberapa teman-temannya yang disebut. Setelah mendapatkan penghargaan, Yuda kembali ke tempat duduk bersama teman-teman satu timnya.

Season kedua adalah acara bebas. Mereka saling mengobrol. Di meja tamu terdapat beberapa wine untuk dinikmati. Erik mencoba gabung di antara tim dari Yuda.

"Eh, Pak, silahkan duduk," kata Yuda sambil memberikan kursinya.

"Mas Yuda duduk saja di situ." kemudian Erik mengangkat tangannya kepada seorang pelayan, untuk memberikannya kursi.

Setelah Erik menghenyakkan tubuhnya di kursi, salah satu orang berkata kepadanya.

"Selamat bergabung, Pak."

Erik menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Emmm  ... proyek yang dipegang Mas Yuda, berada di Green Village Hutama, ya?" tanya Erik.

"Iya, Pak, " jawab Yuda dengan sungkan.

"Kebetulan itu aku yang membawahi langsung pembangunannya."

"Benarkah, Pak?"

"Iya, proyek yang lain aku kasihkan ke beberapa staff, tapi, pemantauan tetap aku yang ngerjain."

Mereka terdiri lebih dari lima orang hanya diam karena merasa harus menghormati atasannya tersebut.

"Ayolah, ini acara santai. Jangan pada tegang gitu, dong." Erik kemudian menuangkan wine ke gelas sloki yang berada di depan mereka.

Suasanapun mencair, mereka mengobrol sambil bersenda gurau. Karena tidak terbiasa minum wine, hanya beberapa teguk saja, ada beberapa dari mereka yang merasa pusing dan merancau karena minuman tersebut.

"Waduh, kenapa begini?" Erik melihat di bangku lain juga beberapa orang seperti itu.

"Mungkin kami tidak terbiasa, Pak. Maaf," jawab salah satu dari mereka, yang masih waras.

"Terus gimana kalian pulang? Atau aku sewakan grab online saja, ya?"

"Tidak, Pak. Saya bersama rombongan ini, tadi rental mobil. Kebetulan saya menyopiri mereka. Cuma, Pak Yuda saja yang bawa mobil sendiri."

Erik melihat Yuda dengan kepala yang sudah tergeletak di meja.

"Oke, biar Mas Yuda sama aku. Kamu biar dibantu pelayan sini, buat mengantar teman-teman di mobil."

Salah satu dari rombongan Yuda pun memapah rekannya untuk ke luar, disusul beberapa pelayan yang membantunya.

Surya menghampiri Erik ketika akan membawa Yuda untuk pergi.

"Erik! Salah konsep kita untuk acara ini? Lihatlah!" Surya menunjukkan beberapa orang yang sudah te-ler.

"Ayah besok tanggung jawab, kalau mereka tidak ada yang masuk untuk kerja."

Surya tertawa mendengar perkataan Erik. "Kalau cuma satu hari tidak masalah. Anggaplah dispensasi untuk mereka, karena punya bos baru. Terus kamu mau kemana? Bukankah dia  .... " tanya Surya sambil mengamati Yuda yang sudah setengah sadar.

"Iya, Yah. Ini Mas Yuda yang pegang proyekku. Mau aku antar, sekalian biar tahu rumahnya, jika nanti butuh apa-apa."

"Baiklah, terserah kamu. Ayah pulang duluan. "

Erik mengangguk kemudian memapah Yuda untuk keluar. Di luar masih ada rombongan yang tadi bersama Yuda. Lalu Erik memanggil seseorang yang tadi diajaknya bicara. 

"Mas!"

Dia lari tergopoh-gopoh menghampiri Erik.

"Ya, Pak."

"Minta alamat Mas Yuda. Ini aku sudah pegang kunci mobilnya."

"Saya 'shareloc' ke 'handphone' Pak Erik saja."

Kemudian mereka bertukar nomer, dengan Yuda masih lemas dan bergelayut di samping Erik.

Setelah berpamitan seorang laki-laki itupun pergi. Erik melihat pick up Yuda yang tidak jauh dari sana. Dia kemudian dengan hati-hati, mendudukkan Yuda di jok penumpang. Erik berlari kecil untuk duduk di belang kemudi. Di dalam mobil ,Erik terdiam. Dia merasa ada bau parfum yang sangat dia kenali. Lamunannya membuyar ketika suara pemberitahuan terdengar dari gawainya. Dia melihat nomer baru mengirim lokasi rumah Yuda. Lalu, dia menelepon seseorang.

[Kamu dimana, Tom?] tanya Erik.

[Nganter Om Surya ke mobilnya, kenapa?] jawab Tomi yang kemudian berbalik bertanya.

[Ikut aku ngantar seseorang. Kamu bawa mobilku. Ini aku bawa mobilnya untuk pulang. Dia teler.]

[Kamu dimana?]

[Di parkiran depan, bawa pick up warna putih.]

Suara tawa renyah Tomi terdengar dari seberang ketika tahu Erik membawa mobil tersebut.

Tidak lama Tomi menghampiri Erik.

"Wah  ... keren. Tampak benar-benar seorang pekerja proyek. Apalagi kalau pakai rompi plus helm kebanggaan," kata Tomi, melihat Erik di kemudi kendaraan bak terbuka tersebut.

"Cere-wet!"

"Besok mobilmu aku tukar yang seperti ini gimana? Bisa dapat 10 unit."

"Ayolah, jangan becanda, sudah malam, Tom!"

"Iya, iya."

Tomi kemudian membawa mobil Erik untuk mengawalnya dari belakang.

Erik berhenti di depan rumah sederhana bergaya modern. Ada taman kecil di depannya dan garasi di samping tanpa pagar. Dia memfoto rumah tersebut dari kejauhan, lalu mengirimkan ke nomer yang telah memberitahu alamat tersebut.

Terdapat pesan di bawah gambar yang dikirim Erik.

[Mas, ini bukan rumahnya?]

Tidak lama pesan itupun terbalas.

[Iya, Pak, betul.]

[Ada keluarganya di dalam?]

[Ada istrinya, Pak.]

Erik membalas hanya mengirim 'emoticon jempol'.

Agar tidak memakan jalan, Erik berinisiatif untuk memarkirkan mobil Yuda ke dalam garasi. Setelah, itu dia memapah Yuda untuk masuk ke rumahnya.

Bel ditekan oleh Erik, hingga terdengar bunyi yang khas bel pada umumnya. Karena tidak ada jawaban, Erik mengetuk pintu tersebut.

Kinar terbangun karena suara yang telah mengganggu tidurnya. Kemudian, sambil merapikan rambut dan mencepol asal-asalan, Kinar ke depan sambil melihat orang di depan pintu dari celah gorden. Yang dia lihat hanya Yuda dengan seseorang, tapi, tidak begitu jelas.

"Mas Yuda," gumam Kinar.

Dari luar Erik mendengar anak kunci sedang diputar. Pintu pun terbuka. Kinar melihat Yuda sudah tidak berdaya ditopang bahu Erik. Pandangan Kinar bergeser kepada seseorang yang telah membawa suaminya.

Bersambung

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Big BoyWhere stories live. Discover now