4

885 7 0
                                    

"Kenapa bisa seperti ini, Erik. Kamu berkelahi?"

"Iya, Mba."

Kinar menempelkan es batu itu ke pelipis Erik. Dia menahan sakit dan perih, saat benda dingin itu menyentuh kulitnya.

"Ssssttt  ... pelan, Mba!"

Kinar memandang wajah Erik yang meringis kesakitan.

"Tahan! Siapa suruh berkelahi?"

"Namanya juga cowok. Biasa kalau gelut."

Kinar menekan kompres ketika Erik menjawabnya.

"Aww  ... Mba, sakit."

"Terus, kalau cowok harus gelut gitu? Biar apa? Keren?"

"Ya enggak, sih, Mba. Lagi selesain masalah."

Kinar penasaran dengan yang dikatakan Erik.

"Masalah? Pelajar emang punya masalah apa selain PR?"

"Adalah. Cewek."

Dada Kinar bergemuruh saat Erik mengeluarkan kata itu. Dia menekan lagi luka di kepala Erik.

"Ssttt  ... Pelan-pelan, Mbaaa."

"Biarin, biar cepat memarnya hilang, terus kamu balik ke cewek itu."

"Mba Kinar kenapa, sih? Sensi banget, deh."

"Kamu ngapain kesini kalau berkelahi karena cewek itu? Kenapa kamu gak nyamperin dia saja!" Kinar emosi dan menghentikan kegiatannya.

"Mba  ... Cemburu?"

"Dih, buat apa?"

"Terus kenapa marah?"

Kinar hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Erik. Beberapa detik tanpa suara, Kinar lalu berkata, "Kesal sama kamu, Rik. Kamu masih punya Eyang. Terus, kalau kamu kenapa-kenapa 'gimana?" Mata Kinar berkaca-kaca sambil menatap Erik.

Erik tersenyum melihat Kinar sekesal itu padanya.

"Makasih ya, Mba, sudah sekhawatir itu sama aku dan Eyang." Keduanya saling diam dan berpandangan. Kemudian, Erik memecah keheningan antar keduanya.

"Kompres lagi, dong, Mba!"

Kinar mengela napas berat lalu mengambil serbet yang berisi es batu. Kini, di tempelkan di sudut bibir Erik.

"Ssttt  ... Ahh perih, Mba," desis Erik, Sambil menghindar dari es batu yang ditempelkan Kinar. Lalu, Kinar menangkup salah satu rahang Erik agar tidak bergerak.

"Diam!"

Erik menatap senang dengan wajah galak yang kini berada tepat di hadapannya. Kinar terdiam, ketika jempol nya menyentuh bibir Erik. Dia mengigit bibir bawahnya demi mengurangi ketegangannya sekarang.

Kedua mata mereka beradu. Semakin lama jarak keduanya semakin dekat. Tangan Erik menurunkan tangan Kinar yang mengompres bibirnya. Wajah keduanya semakin dekat lagi. Lalu, bibir mereka bertemu. Kinar merasakan hangat dan dingin menempel di bibirnya. Kinar hanya diam merasakan ujung lidah Erik menyentuh bibirnya. Lalu, Kinar menutup matanya dan membalas perlakuan yang sama terhadap Erik. Mereka terhanyut dengan permainan yang baru saja dibuatnya.

Setelah keduanya selesai menikmatinya, wajah mereka memerah seperti kepiting rebus. Erik dan Kinar salah tingkah, atas apa yang terjadi baru saja.

"Sini aku kompres lagi bibirnya." Kinar memecah keheningan mereka.

"Kayak tadi?" tanya Erik.

"Ck, pake es batu."

Erik tersenyum menatap Kinar.

My Big BoyWhere stories live. Discover now