1

3.9K 13 1
                                    

"Mba, sebentar, jangan ditutup gerbangnya." Seorang lelaki mendekati Kinar, di sebuah kompleks perumahan. Kinar adalah seorang wanita pekerja, sebagai staff di salah satu Brand kecantikan yang sangat terkenal. Penampilannya selalu cantik serta tubuh yang proposional, sangatlah menunjang akan karirnya.

"Iya, ada apa?" jawab Kinar setelah itu.

"Kenalin Mba, namaku Erik. Aku tetangga sebelah Mba."

"Ohh ... Aku Kinar. Oke, lalu?" tanya Kinar.

"Kenalan, Mba. Masa sama tetangga sendiri tidak tahu."

"Bukan begitu. Soalnya .... "

"Mba baru tinggal di sini. Dua minggu yang lalu. Benar , 'kan?" Erik tiba-tiba memutus perkataan Kinar.

Kinar hanya mengangguk saat Erik memberi tahu apa yang dia ketahui.

"Mba, tidak nyuruh aku masuk atau 'gimana gitu? Masak tamu disuruh di luar." tawar Erik.

"Kamu mau masuk?" tanya Kinar.

"Mau. Apalagi masukin Emba. Eh, maap."

Kinar tersenyum sambil mengerutkan dahi saat mendengar celotehan Erik.

"'Gimana, Mba, boleh, tidak?"

"Boleh, tapi aku tidak punya apa-apa, lho."

"Aku juga tidak minta apa-apa darimu, Mba. Kecuali, kalau Mba yang ngasih."

"Dasar! Okey, silahkan masuk, Mas Erik."

Erik hanya tersenyum ketika Kinar manggilnya Mas. Kemudian, mereka masuk rumah Kinar. Tanpa disuruh, Erik menghenyakan pantatnya di sofa tebal berwarna abu. Kinar masuk ke dapur, kemudian mengambil minuman botol yang dibeli beberapa hari yang lalu. Lalu kembali menemui Erik.

"Nih, minum." Kemudian Kinar ikut duduk di sofa yang tidak jauh dari Erik. Ketika duduk, rok Kinar terangkat sedikit hingga menampakan paha mulusnya. Erik tidak sengaja melihat itu. Dadanya berdesir, sambil menelan salivanya. Buru-buru dia membuka tutup botol minuman pemberian Kinar, agar 'panic attack'nya teratasi.

"Emmm ... Mba Kinar, ada waktu tidak nanti malam. Ini 'kan malam minggu," kata Erik.

"Emang kenapa?" tanya Kinar singkat.

"Mau ngajak Mba keluar."

"Hahaha ... kamu? Ngajak aku keluar? Malam minggu?"

"Iya. Emang kenapa, Mba? Udah ada janji, ya?" tanya Erik putus asa.

"Kayak ABG tahu 'ga, sih, Erik. Aku lebih suka di rumah. Me time, dengerin lagu sambil rebahan. Trus tiba-tiba tidur, bangun-bangun udah pagi."

"Mba tidak ada pacar, ya? Soalnya, aku perhatikan sejak pindah kesini, Mba Kinar itu selalu sendiri. Atau jangan-jangan udah punya suami, tapi, pisah?"

"Ngawur, emang aku setua itu?"

"Ya, enggak, sih. Cuma nebak ajah."

"Kalau yang suka banyak. Tapi, belum ada yang cocok. "

"Berarti aku punya kesempatan buat jadi pacar Mba Kinar."

"Emang kamu jomblo?"

"Iya, makanya mau nawarin Mba buat 'satnight', biar tidak gabut."

"Kamu serius?"

"Iyaaaa, Mba Kinaarrr. Mau, ya? Please. "

Kinar diam sejenak mempertimbangkan ajakan lelaki yang mengaku tetangganya ini.

"Hmmmm ... boleh. Tapi, pamit sama Ayah dan Ibumu, ya? Tidak enak soalnya."

"Aku tidak punya ibu, Mba Kinar. Udah meninggal. Sekarang aku hidup sama Eyang. "

My Big BoyWhere stories live. Discover now