Terlihat kedua orang tua anak itu mendekat. "Dia tidak paham bahasa Luan." ujar ibu dari anak itu.

Celine tambah mematung karena ibu itu mirip dengan Mamanya. Ketika ibu itu menatapnya, dia tersenyum dan bertanya namanya dalam bahasa yang dimengertinya.

"Celine." jawabnya tanpa sadar karena kelewat terpakunya pada paras ibu itu.

"Celine? That's very noice." ucap ibu itu dengan aksennya.

"Namamu siapa?." tanya Celine kepada anak laki-laki itu.

"Siapa namamu sayang?" ibu itu meneruskan ke anaknya.

"Luan! akak cancik." teriaknya terlalu semangat. Dia pun mengeluarkan gantungan kunci yang dibawa dari negaranya. "Untuk akak cancik." lanjutnya.

"Thank you." ucap Celine agar Luan mengerti.

Kemudian terlihat kepala keluarga itu datang menghampiri setelah membayar di kasir. Dia terlihat menggendong anak laki-laki bernama Luan.

"Bye-bye akak cancik. Luan au ke Seine." katanya melambaikan tangan. Senyuman anak itu terlihat lucu. Ibu itu juga mengucapkan salam perpisahan.

Sekarang Celine mengamati keluarga itu dari dalam toko. Terlihat dua kakak dari Luan menggandeng yang terkecil di tengah setelah diturunkan dari gendongan.

Di umur tujuh tahun ini Celine tak menyangka dia akan minta di gendong oleh Innie karena tiba-tiba merasa lemas. Putri Hwang ingin bertemu Papanya yang masih sibuk bekerja. Felix berdoa semoga tak terjadi kerusuhan di ruang kerja Hyunjin ketika sang anak berkata ingin ke kantor Papanya.

Celine membuka pintu kantor dengan tak sabaran. Muncullah wajah putri Hwang yang membawa serta tas ayamnya itu sambil berteriak. "Papa!!"

Hyunjin sedikit mengernyit ketika suara itu menyapa gendang telinga. Tapi membiarkan si kecil yang langsung memposisikan diri di pangkuannya.

"Papa kerja apa?" tanyanya sambil menghadap Hyunjin. "Mau lihat."

Celine dengan cepat mengubah posisi menatap komputer serta laptop yang berjejer. Dalam hati Hyunjin sudah khawatir putrinya akan mengotak-atik pekerjaannya. Celine terlihat tertarik namun setelahnya bosan karena tak mengerti pekerjaan Papanya. Felix telah mengantarkan si kecil lalu kembali ke apartemen bersama Innie untuk istirahat.

"Papa tidak capek kerja?" tanyanya tiba-tiba.

"Iya?"

"Papa capek kerja?"

Hyunjin bingung ingin menjawab. Tak mungkin dia menjawab dengan jujur tapi dia juga tidak tahu maksud sang anak bertanya seperti itu.

Hyunjin pun mengangguk ketika raut muka sang anak menjadi sedih.

"Papa.. ayo liburan." ucap Celine yang memberikan roti untuk sang Papa.

"Iya sebentar lagi ya. Jam 5 Papa selesai." ucap Hyunjin dan diangguki Celine.

Celine tak masalah menunggu Hyunjin selesai bekerja karena selama ini dia selalu ikut sang Papa bekerja.

"Pa, Seine itu apa?" tanya si kecil yang sudah menyandar dengan nyaman pada Papanya.

"Sungai."

Celine melintir rambutnya yang sudah panjang sembari menatap seseorsng di depan Hyunjin. Sepertinya salah satu karyawan disana. Lalu dia merubah posisi duduknya untuk bersandar di lengan Hyunjin.

"Sudah jam lima."

"Belum. Masih kurang sepuluh menit." jawab Hyunjin yang melirik cepat kearah jam.

"Itu sudah di angka lima Papa." sekarang dia duduk tegap sambil meminta Hyunjin menatapnya. Yang Celine tahu adalah salah satu jarum pendek itu menuju angka lima maka sekarang adalah jam lima.

Kisah Kita | HyunLixحيث تعيش القصص. اكتشف الآن