18. Menghilang, Menyesal

91 42 16
                                    

Sang mentari berganti tugas dengan sang bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sang mentari berganti tugas dengan sang bulan. Malam kali ini tidak indah seperti malam-malam sebelumnya, tidak ada sebuah benda yang sering berkelip diatas langit, tetapi angin tetap menembus dengan hangat. Suasana malam kota Bandung saat ini sangat hening, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu. Kedua mata Naraya terus melirik ketiap tempat yang ia lewati. Naraya benar-benar berjalan tanpa arah tujuan.

Tubuh Naraya berdiri tegak di samping trotoar. Lengannya melambai, untuk meng-stop salah satu kendaraan yang ada di kota Bandung.

Cahaya bulan sedikit memasuki jendela angkot yang sedang Naraya tumpangi. Lenganya membuka jendela pintu angkot yang sedikit susah, untuk sekedar melihat kondisi langit dan jalanan kota Bandung yang hening, wajahnya yang sudah basah karena air matanya, sengaja di kenai oleh hembusan angin dari luar jendela. Di dalam angkot itu tidak ada penumpang lain selain Naraya.

Suara deruman beberapa motor sport menggema di dalam telinga Naraya, suara itu berasal dari belakang tubuhnya, membuat Naraya membalikkan tubuh. Harapan dia itu adalah Gaiden, namun sepertinya bukan, pikir Naraya.

"Berhenti! Turun turun!" ucap salah satu pria yang mengendarai motor sport berwarna biru. Kaki jenjangnya sedikit menendang bagian body anggot.

"Waduh, siapa ya neng itu, pasti gengster." Kedua mata supir angkot, sedikit melirik ke sebuah kaca. Lengannya semakin menancap gas dengan sangat kasar.

"Sa-saya gatau pak, gimana nih pak," ucap Naraya dengan panik, jari-jemarinya ia keratkan di sisi kursi.

"Turun anjing!"

Kaki milik supir angkot menginjak rem dengan tiba-tiba, ketika salah satu pria yang memegang balok mendaratkan benda itu di permukaan body angkot. Kendaraan umum yang Naraya tumpangi berhenti, di salah satu jalan yang sangat sepi, tidak ada satupun kendaraan yang melintas.

"Pak, kenapa berhenti?"

"Maaf neng, tadi baloknya kena mobil saya, neng diem aja jang-" tutur supir angkot namun terhenti, karena seseorang memukul kepala supir itu, hingga pingsan.

Kedua bola mata Naraya terbuka, ia menerka air keringat dari alisnya dengan tangan bergetar, kini kedua bibirnya sudah bergetar juga, Naraya tidak tahu dirinya bisa selamat atau tidak.

Dua pria tidak dikenal masuk ke dalam angkot, sambil tersenyum menyeringai ke arah Naraya.

"Mm-mmau apa kalian!" Bentak Naraya, lengannya menepis kasar lengan kekar dari salah satu pria itu, ketika mencoba menyentuh wajah Naraya.

Diambang pintu ada satu orang pria lainnya, dengan wajah yang penuh dengan memar, dan sebuah slayer yang melekat di bagian bahu besar miliknya. "Bawa keluar," perintah pria tidak dikenal itu, lalu dibalas anggukan dengan dua pria di hadapan Naraya.

Tubuh Naraya di dorong dengan kasar, membuat ia tersungkur. "Aw," lirih Naraya. Kedua matanya mengelilingi sekitarnya, tidak ada sama sekali celah pertolongan, dan para lelaki ini ternyata banyak sekali. "Siapa kalian? Gua ga kenal sama kalian, mau kalian apa?"

GAIDEN and NARAYA (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang