06. Panglima Tempur

181 87 33
                                    

"Hari ini Bu Ani lagi rapat, jadi kita free class yaa," ucap seorang pria dengan kacamata yang sudah melekat di sepasang matanya, pria itu merupakan ketua kelas XII IPA 2, belum sempat melanjuti perkataannya, warga kelas sudah bersorak sorai kegem...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hari ini Bu Ani lagi rapat, jadi kita free class yaa," ucap seorang pria dengan kacamata yang sudah melekat di sepasang matanya, pria itu merupakan ketua kelas XII IPA 2, belum sempat melanjuti perkataannya, warga kelas sudah bersorak sorai kegembiraan. Lengan Dito, ia hentakan dipermukaan papan tulis yang berwarna putih, "Dengerin dulu, tapi kita disuruh buat rangkuman materi fisika, pertemuan berikutnya kita ulangan harian." Mendengar kata 'ulangan' membuat warga kelas mendengus kesal.

"Naraya tolong ambilin buku paket fisikanya ya, lu sama-" ucap Dito yang sengaja digantungkan, kedua pasang mata Dito mengelilingi setiap sudut XII IPA 2.

Lengan berwarna kulit putih, serta jam tangan yang melingkar di pergelanganya, tiba-tiba terangkat, "Sama gua aja." Semua pasang mata ikut mengarah ke arah sumber suara yang terdengar berat itu, sampai akhirnya terjatuh, terlihat Abian yang sedang mengangkat telapak tangannya dan mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Nah, lu sama Abian ya Ray," kata Dito, yang dibalas oleh anggukan Naraya.

Suara bising dari dalam kelas XII IPA 2 cukup mengganggu. Para murid saling melemparkan candaan tawa satu sama lain, melempar bola kertas dari satu meja ke meja yang lainnya, tetapi beberapa ada yang memilih untuk tidur. Entah apa yang berada di pikiran guru-guru jika melihat keadaan kelas XII IPA 2 saat ini.

Keempat kaki milik Naraya dan Abian, berjalan beriringan menerjang lorong sekolah dengan beberapa tumpukan buku paket fisika berwarna biru air yang sudah berada di atas lengan keduanya masing-masing.

Sepasang mata belo milik Abian dilirikan ke arah Naraya, wajahnya benar-benar sangat datar, ia tidak mengeluh ketika membawa buku-buku yang sangat tebal. "Lu kuat Ray? Sini gua bawaain aja," ucap Abian dengan terus menatap wajah Naraya.

"Kuat ko," jawab Naraya tanpa mengalihkan pandangannya dan terus melangkahkan kedua kakinya.

"Eh iya Ray, lu siapanya Bang Aldo?" tanya Abian.

Naraya sekilas menatap Abian, "Sepupu." Dengan memalingkan wajahnya kembali

"Cewe jutek emang tipe gua, tapi kalo ini kayanya lebih ke es batu deh," batin Abian, ia menghentikan langkahnya terlebih dahulu, lalu menatap punggung Naraya yang sudah ada dihadapannya.

Suasana lorong saat ini sangat sepi karena masih jam pelajaran, namun ada beberapa orang yang terlihat, keduanya kini menjadi pusat perhatian, berbagai tatapan tajam dari kaum hawa yang ada bisa Naraya rasakan, membuatnya merasa tidak nyaman.

Brukkk

Kedua mata Naraya menyoroti sosok yang baru saja menabrak dirinya, bahu miliknya saling beradu dengan bahu bidang milik seorang pria, membuat tumpukan buku yang sedang ia bawa berserakan di atas lantai.

"Gaiden," Ucap Abian, kedua matany terbuka lebar melihat insiden di hadapannya. "Sini Ray gua bantu beresin." Tubuh Abian membungkuk untuk mengambil beberapa buku yang berada di atas lantai, sementara Naraya terus membalas tatapan tajam dari Gaiden yang terpaku diam juga.

GAIDEN and NARAYA (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now