02. Perkenalan

245 119 37
                                    

Pantulan cahaya matahari memasuki sela-sela kamar berwarna abu-abu, membuat seseorang yang sedang tertidur pulas itu mengerutkan kedua matanya yang masih terpejam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pantulan cahaya matahari memasuki sela-sela kamar berwarna abu-abu, membuat seseorang yang sedang tertidur pulas itu mengerutkan kedua matanya yang masih terpejam. Gaiden hanya membuka sedikit matanya, lalu kedua lengannya menarik setiap sisi selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, kedua lengannya kembali memeluk erat guling.

Gaiden tertidur kembali, membawa dirinya ke alam mimpi, ia hiraukan cahaya matahari yang sudah memasuki kamarnya.

Tok.. Tok.. Tokk

Mas Gaiden...

Bangun mas...

Suara ketukan pintu yang cukup keras dan suara yang beberapa kali menyebut namanya, membuat Gaiden membukakan kedua matanya dengan terkejut, ia melirik ke arah jam dinding yang berada di atas pintu. Pukul 06.30, kedua kakinya melompat dari atas tempat tidur, lalu berlari menuju kamar mandi.

"Iyaa bi, makasihh," teriak Gaiden dari dalam kamar mandi.

>>>

"Makan dulu Ray," ucap seorang wanita berusia 40 tahunan, dengan kedua sudut bibir terangkat, lengannya membawa sepiring nasi goreng lalu diletakan diatas meja makan.

"Gausah mah, udah siang." Naraya meraih lengan kanan Wulan, lalu meletakkan sekilas dihadapan bibir tipis miliknya, tubuhnya berbalik, lalu kedua kakinya melangkah pergi.

Sifat Naraya 85% berubah drastis sejak 5 tahun kebelakang, lebih tepatnya saat orang tuanya memilih untuk berpisah. Naraya sangat dingin terhadap semua orang, dirinya sangat menentang keras perceraian kedua orang tuanya diusia Naraya yang saat itu masih 11 tahun. Namun dia hanya anak kecil, tidak bisa berbuat apapun. Sampai akhirnya, dia hanya bisa memendam semuanya dan berakhir memiliki sifat yang dingin.

Kedua mata Wulan terus menatap sendu punggung Naraya yang semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.

"Maafin mamah ya Ray." Lengan Wulan mengusap pipi sebelah kirinya yang basah karena air mata, ada perasaan bersalah di dalam dirinya.

>>>

Matahari mulai merangkak untuk naik ke permukaan bumi, sinar kuningnya mulai sempurna menyinari isi bumi, awan-awan tertata rapi diatas langit, suara kicauan burung terdengar jelas di dalam telinga.

Naraya Aletha, memilki mata yang sedikit sipit, namun bola matanya besar, memiliki warna kulit yang putih, dan tubuh yang sangat idel, dengan seragam putih abu-abu yang dibaluti cardigan berwarna merah maroon, rambut yang dikuncir kuda dan tas ransel berwarna biru langit yang sudah melekat di balik punggungnya, kedua kakinya sibuk melangkah untuk sampai di halaman utama sekolah.

GAIDEN and NARAYA (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now