13. Sebuah Luka

100 61 7
                                    

Jeritan dari beberapa murid dan guru menggema disetiap sudut sekolah, semua pasang kaki sibuk berlarian untuk menuju kelas masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeritan dari beberapa murid dan guru menggema disetiap sudut sekolah, semua pasang kaki sibuk berlarian untuk menuju kelas masing-masing. SMA Bandung Independet dibuat tegang dan mencekam. Di luar sana, lebih tepatnya di depan gerbang, ada sekolah lain yang menyerang, konon katanya geng dari sekolah itu adalah rivalnya Aderfia.

"Semuanya masuk kelas, jangan ada yang keluar!" Jerit Pak Putra.

Suasana semakin mencekam melihat pria yang berbadan kekar, yang bermata elang diikuti beberapa pria lainnya. Aderfia berjalan melewati beberapa kelas dengan emosi yang membanjiri diri mereka masing-masing. Gaiden berjalan di paling depan, dengan sebuah slayer berwarna hitam yang terikat di telapak tangannya, lalu diikuti oleh beberapa anggota lainnya yang sudah membawa alat seadanya untuk menjadi senjata mereka atau sekedar melindungi diri.

"Hey kalian! Masuk kelas!" Teriak Pak Putra untuk Aderfia yang melewatinya begitu saja tanpa permisi.

Seluruh fasilitas sekolah dirusak segerombolan pria tidak dikenal, mereka menendang gerbang hingga rusak, memecahkan beberapa tanaman hias, mencoret tembok menggunakan pilox yang mereka bawa, tidak hanya tembok, mereka juga mencoret tulisan SMA Bandung Independet, sebagian dari mereka membawa senjata tajam membuat siapapun itu tidak berani. Pria-pria ini sangat membabi buta.

"Waw anak pemilik sekolahannya dateng nih, jadi takut," sindir seorang pria saat Aderfia menampilkan wujudnya. Pria ini memiliki tubuh kekar, dengan model rambut mullet, dan mengenakan seragam sekolah SMA Pelita.

Gaiden tersenyum menyeringai, kedua matanya yang hitam pekat seperti elang menatap tajam ke arah Alex lalu membuang air liurnya ke sembarang arah. "Najis! Banci banget lu jadi cowok, engga nerima kekalahan atau emang sengaja mau mati ditangan gua?"

"Santai mas ganteng, gua pick-up pesenan aja kok." Gaiden mengerutkan dahinya mendengarkan tutur kalimat Alex, apa maksudnya pikir Gaiden.

"Gausah bacot!" Kepalan tangan yang sudah Gaiden tahan, mendarat di permukaan pipi Alex. Tonjokan itu sebagai pertanda, dimulainya peperangan.

Seluruh pria ini saling berhadapan satu sama lain, saling memberikan beberapa pukulan, melayangkan batu yang semula mereka genggam, menggunakan alat yang mereka bawa, serta diiringi dengan suara ringkisan. Gaiden melawan Alex menggunakan tangan kosong. Saat Alex tengah lengah, kaki Gaiden yang jangkung mendorong dada Alex hingga tersungkur, lengannya menonjok pipi Alex dibagian kanan dan kiri secara bergantian.

Alex berusaha mencekal lengan Gaiden, agar pria ini menghentikan aktivitasnya, lenganya merogoh saku celana untuk mengeluarkan suatu benda dari dalam sana.

Cairan yang sangat kental berwarna merah berjatuhan, saat Alex membeset wajah Gaiden menggunakan serpihan kaca yang melukai pipinya. "Anjing!" Desis Gaiden, lengannya menepis lengan Alex hingga benda itu terjatuh, lalu Gaiden meraih kerah baju Alex. Kakinya menendang bagian perut Alex, kepallanya mendarat lagi di permukaan wajah Alex tanpa henti. Alex sudah tidak berdaya, hingga tidak bisa melawan.

GAIDEN and NARAYA (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now