04. ADERFIA

211 114 34
                                    

Aderfia, sebuah nama yang berasal dari negara Yunani yang artinya 'bersaudara' nama itu dipakai oleh suatu geng yang cukup terkenal di kota Bandung, anggotanya merupakan siswa-siswa SMA Bandung Independent, dengan diketuai oleh Gaiden Nagendra dan...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aderfia, sebuah nama yang berasal dari negara Yunani yang artinya 'bersaudara' nama itu dipakai oleh suatu geng yang cukup terkenal di kota Bandung, anggotanya merupakan siswa-siswa SMA Bandung Independent, dengan diketuai oleh Gaiden Nagendra dan anggota inti yang tidak lain adalah Abian, Lio, Raka, anggota keseluruhannya kurang lebih terdiri dari 25 orang. Aderfia bukan cuma geng sekolah biasa yang hanya tawuran antar sekolah lainnya, Aderfia juga merupakan sebuah komunitas balapan motor, siapa si yang tidak kenal dengan geng ini? Ketua dan anggotanya memiliki visual yang sangat tampan, membuat geng ini semakin dikenal.

"Kita harus ambil tindakan ga sih?" ucap Raka yang sedang berdiri tegak diantara anggota lainnya. "Bener den, kita harus ambil tindakan secepatnya, mereka makin menjadi-jadi," timpal salah satu anggota Aderfia.

Di sebuah ruangan yang minim cahaya dan memiliki dinding yang hanya di aspal tanpa cat, dengan beberapa poster bergambar motor dan karakter anime, ruangan itu biasa disebut dengan base camp. Aderfia sedang berkumpul, setelah mendapat laporan bahwa base camp mereka telah diacak-acak oleh rivalnya, menyebabkan beberapa anggotanya mengalami luka-luka ringan, jumlah anggotanya saat itu hanya ada 3 orang yang sedang dibase camp, sementara rivalnya lebih dari 3 orang, membuat mereka kewalahan.

Kedua mata Gaiden memanas, kemarahannya melonjak, mengalir melalui dirinya seperti lahar, kedua lengannya mencekam erat sebuah gelas yang sedang ia genggam.

"Jangan diem aja dong den, kita harus-"

Gaiden membanting gelas yang ia genggam ke lantai dengan keras, sehingga menimbulkan suara yang cukup nyaring dari serpihan-serpihan kaca. "Sabar anjing! Kita mau bales gimana dan kemana!? Kita aja gatau siapa pelakunya," sentak Gaiden dengan lantang, kedua matanya menyorot tajam ke sumber suara.

Benar kata Gaiden, para pelaku yang menyerang base campnya menggunakan penutup kepala dan tidak mengenakan seragam sekolah ataupun jaket suatu geng. "Cukup cukup, bener kata Gaiden, gimana kita mau bales, kalo kita aja gatau siapa pelakunya," Abian yang tau sifat Gaiden, mencoba meleraikan sebelum Gaiden semakin murka.

>>>

Gaiden Nagendra, memiliki wajah yang tirus, kulit yang berwarna putih, hidung yang mancung, bibir yang cukup tipis, serta kedua mata yang sangat tajam, dengan seragam putih yang melekat di tubuhnya, seragam itu sudah terlihat berantakan dan terurai setengah dari dalam celana berwarna abu-abu. Abian Sadewa, dengan mata yang sedikit belo, seragam yang rapih di tubuhnya melekat sempurna, Abian sangat berbeda dengan Gaiden, jika Gaiden memiliki sifat yang dingin, Abian justru sangat ramah tamah. Celio, atau yang biasa dipanggil Lio, pria itu dikenal dengan pria yang sedikit kurang waras karena tingkahnya yang tidak masuk akal. Raka Pradana, sifatnya netral, tergantung suasana, dengan kulitnya yang berwarna sawo matang sehingga terlihat manis.

Kaki jenjang dari keempat pria ini berjalan beriringan melewati setiap kelas, dengan bentuk wajah tampan yang berbeda-beda.

Setelah melewati lorong sekolah yang cukup panjang, keempat pria itu membawa kakinya untuk melangkah menaiki setiap anak tangga, suara hentakan-hentakan yang berasal dari pasang kaki mereka terdengar, serta diiringi candaan Lio yang membuat suara berat mereka tertawa. Langkah mereka terhenti di hadapan sebuah pintu untuk menuju rooftop, tempat favorit Aderfia.

"Kayanya ada orang disana," ucap Raka yang memegang handle pintu, biasanya pintu menuju rooftop selalu tertutup rapih karena tidak ada yang berani menginjakkan kakinya di rooftop, karena itu sarang harimau.

Hembusan angin sangat terasa ketika pintu berhasil dibuka, pantulan cahaya matahari membuat kedua mata mereka menyipit karena sinarnya memantul dipermukaan wajah tanpa permisi.

Pasang mata Lio mengelilingi setiap sudut rooftop. "Engga ada kok, mungkin bocah abis dari sini ga ditutup rapet," kata Lio, sambil menjatuhkan bokongnya diatas bangku panjang yang terbuat dari kayu.

Jari jemari Gaiden mengambil sebatang rokok dari dalam kotak berwarna putih, jari tengah dan jari telunjuknya mengapit rokok itu dan ditaruh dipermukaan bibir tipis milik Gaiden, kemudian ia petik sebuah korek gas agar bisa membakar benda berbentuk silinder berwarna putih. Gaiden menghebuskan asapnya sehingga asap itu menyatu dengan udara. "Bagi dong bang!" ucap Lio, lalu merebut benda berbentuk kotak yang berisikan beberapa batang rokok dari genggaman Gaiden.

Kedua mata elang itu menatap Lio dengan tajam, lalu memutar kedua bola matanya dengan malas, ia menjatuhkan tatapannya ke arah bawah tanah yang beraspal dan menghentak-hentakkan kaki jenjang miliknya diatas sana, jari jemarinya melepaskan beberapa kancing seragam dari lubangnya. Satu persatu kancing itu mulai terlepas, bentuk otot kotak-kotak mulai terlihat di balik seragam. "Huh," desah Gaiden, dengan menyandarkan tubuhnya dipermukaan dinding kasar. Hari ini matahari sangat bersemangat memberikan sinarnya ke permukaan bumi.

Tatapannya terus menatap ke sebuah benda yang sangat besar, benda yang dipakai untuk menampung air. Sepasang kaki menggunakan sepatu berwarna hitam dan kaos kaki pendek terlihat secara perlahan, sampai akhirnya seluruh tubuhnya muncul dari balik penampungan air, Gaiden menatap dingin ke seseorang itu, dengan sebatang rokok yang ia hembusskan.

Naraya dengan earphone yang berada di sela-sela telinganya dan lengannya menggenggam sebuah buku novel ber-genre romance. Kedua bola matanya hampir membulat melihat tubuh Gaiden yang terlepas dari seragamnya, namun masih bisa ia tahan. Naraya berdengus kesal melihat sebuah pemandangan yang tidak enak. "Pantes aja kaya denger suara binatang," batin Naraya.

Lio yang sama seperti Gaiden, sedang mengisap sebuah benda berbentuk silnderpun reflek membuang rokok itu kesembarang arah dengan bara api yang masih menyala. "Eh Naraya, udah lama?" ucap Lio dengan terbata-bata, kedua sudut bibirnya terangkat paksa. Lio melirik Gaiden yang masih asik menghebuskan asap, Gaiden memang tidak ada takutnya, pikir Lio. "Aa-nu Ray, jangan cepuin gua ya, kalo mau nih Gaiden aja, dia mah aman, kalo gue kaga," Lanjut Lio, lengannya mengusap-usap tengkulak dirinya, dengan muka yang sudah memerah 

Naraya terus menatap ke empat pria ini dengan datar. "Gue gaperduli," ucap Naraya, kedua kakinya melangkah menuju pintu yang terbuat dari besi. Hembusan asap yang sangat tebal melewati wajah Naraya dengan tidak sopan ketika berjalan melewati Gaiden, tubuhnya berhenti sejenak lalu kedua matanya menatap Gaiden dengan penuh kebencian. Mendapat tatapan yang sangat tajam dari Naraya, membuat Gaiden menaiki kedua alis tebal miliknya, empat mata itu terkunci satu sama lain dalam beberapa detik, sampai akhirnya kedua kaki Naraya meneruskan perjalanannya, ia sangat tidak suka berurusan dengan Gaiden.

"Naraya dingin banget ya," ucap Abian dengan kedua matanya yang terus menatap punggung Naraya, mata belonya sangat berbinar-binar melihat Naraya.

"Tipe lu banget ya bi," tanya Raka dengan lengan yang melingkar dipermukaan bahu milik Abiyan. Abian mengukir senyuman diwajahnya sebagai jawaban dari pertanyaan Raka. "Gas lah bi, ga bosen jomblo terus," timpal Lio.

Puntung rokok yang sudah sangat pendek Gaiden tekan beberapa kali dipermukaan aspal, agar bara api diatas benda itu padam. Jari jemarinya kembali memasuki kancing ke dalam lobangnya. "Cabut!" Gaiden membangkitkan tubuhnya dan melangkah terlebih dahulu.

°°°
Hallo! Thankyou for Reading♡
See you in the next chapter

GAIDEN and NARAYA (SEGERA TERBIT) Where stories live. Discover now