Oke

__________________________

Setelah mendapatkan jawaban dari seorang gadis yang sudah memberinya sebuah energi, dengan cepat ia berlari dan pergi dari gedung itu.

Xalva dan kedua temannya itu merapikan sampah makanan yang dimakannya tadi.

Karena ketegangan pertandingan tadi, mereka tidak sengaja menumpahkan makanannya itu.

"Xalva?" Panggil seorang pria yang kini sedang berdiri dihadapannya.

"Apaan?" Tanyanya sambil terus merapikan.

"Xal, udah beres semua. Kita ke kelas yu." Ajak Amel yang tidak melihat jika ada Evan disana.

"Eh Kak Evan, sejak kapan disini kak?" Tanya Amel saat dirinya membalikkan tubuhnya.

"Barusan. Gue pinjem temen kalian sebentar." Ucap Evan, lalu menarik tangan Xalva, tanpa meminta persetujuan dari gadis itu.

Melihat kedekatan mereka berdua Asep dan Amel merasa heran. Mereka berdua terus menatap kepergian Xalva dan juga pria itu.

"Lepasin!" Ucap Xalva sambil memberontak, namun pria itu sama sekali tidak mau melepaskan tangannya.

Evan terus saja menarik Xalva hingga mereka jauh dari gedung olahraga itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun pria itu membawanya yang membuat dirinya bingung.

"Evan!" Ucap Xalva, namun pria itu lagi dan lagi mengabaikannya.

Xalva yang sudah lelah karena sudah berjalan begitu jauh, melepaskan tangannya dengan kuat dari cengkalan pria itu.

Setelah tangannya terlepas ia mendorong tubuh pria itu sedikit menjauh darinya.

Xalva menatap Evan dengan tatapan tajamnya yang sedikit menakutkan, namun untuk pria itu tatapan itu sama sekali tidak terlihat.

"MAKSUD LO APAAN NARIK NARIK TANGAN GUE? DASAR GA JELAS!" Ucap Xalva dengan nada suaranya yang ditinggikan.

Tanpa menjawab pria itu malah langsung memeluknya dengan sangat erat, yang membuat Xalva sedikit tercekik.

"LO MAU BUNUH GUE? EVAN LEPASIN!" Sentak Xalva yang sudah mulai sesak.

Dengan cepat Evan melepaskan pelukannya itu, lalu kembali menatap Xalva dengan wajahnya yang terlihat sangat senang.

"Xalva sorry, gue kesenengan. Berkat lo gue menangin pertandingan ini." Ucap Evan sambil terus memegangi tangannya.

"Lo menang apa hubungannya sama gue?" Tanya Xalva yang merasa bingung, padahal sedari tadi ia hanya diam menonton saja.

"Berkat lo datang ke sini, itu buat gue nambah semangat, thanks Xal." Jawab Evan lagi.

"Evan udah ya, gue ada urusan. Gue ga punya banyak waktu buat ngobrol sama lo." Ucap Xalva sambil berusaha melepaskan tangannya, yang kini terus saja digenggam pria itu.

"Gue anterin lo ya." Ucap Evan yang membuat Xalva langsung menggelengkan kepalanya.

"Ngga, ngga usah. Lo ga usah nganterin gue, dan inget jangan pernah lo ngikutin gue, atau .... gue bakalan marah besar sama lo." Ucap Xalva.

Evan hanya bisa menarik napas panjangnya. Gadis itu sudah terlebih dulu tahu apa yang akan dilakukannya.

Xalva dengan cepat berlari meninggalkan Evan yang masih terus menatap kepergiannya.

Tidak sedikitpun ia menoleh kebelakang, ia tidak mau memberi harapan kepada pria itu.

"Sorry Van, tapi hati gue bukan buat lo." Ucap Xalva setelah menjauh dari tempat itu.

#####

"Sayang aku ucapin selamat buat kamu, tadi kamu tuh keren banget." Ucap Raya.

Anta yang hendak menaiki anak tangga, tiba-tiba langkahnya terhalang dengan kedatangan seseorang yang langsung menariknya kedalam pelukannya.

"Raya lepasin dulu, aku capek." Ucap Anta, yang membuat Raya langsung melepaskan pelukannya dan menarik nya untuk duduk di tangga.

"Maafin aku sayang." Ucap Raya meminta maaf.

"Gapapa."

Raya mengeluarkan sebuah tisu dari dalam saku celananya, lalu mengelap keringat yang ada di wajah pria itu.

"Aku sendiri aja." Ucap Anta sambil menahan pergerakan Raya.

"Anta aku aja, gapapa kok." Ucap Raya yang tetap ingin melakukannya.

"Raya aku ada urusan, bisa kamu tinggalin aku sebentar." Ucap Anta sambil menatap Raya.

"Boleh aku ikut?" Tanya Raya sambil terus mengelap keringat itu.

"Ngga." Jawab Anta.

Raya yang mendengar itu langsung menurunkan tangannya, ia menatap Anta dengan tatapan yang memiliki rasa curiga pada pria itu.

"Kenapa? Kenapa aku ga boleh ikut? Anta aku pengen ikut boleh ya?" Tanya Raya yang membuat Anta langsung menggelengkan kepalanya.

"Urusan apa?" Tanya Raya lagi.

"Kamu bisa ga? Ga usah banyak tanya. Sekali aja kamu jangan ikut campur sama urusan aku." Ucap Anta.

"Kok kamu berubah!" Ucap Raya sambil beranjak berdiri.

"Kamu yang selalu berpikir negatif." Ucap Anta, lalu ia meninggalkan Raya tanpa mendengar lagi ucapan gadis itu.

"ANTA?" Panggil Raya dengan nada suaranya yang ditinggikan.














°
°
°
°
°

DANGERWhere stories live. Discover now