Mengunjungi kakak Ipar

5 0 0
                                    

Hari ini keluarga Al-Azhar mengunjungi makam almarhumah Shireen, sudah cukup lama bagi keluarganya tidak berkunjung kesini. Tapi tidak dengan Arzan, pria itu hampir setiap dua minggu sekali berkunjung ke makam almarhumah istrinya, definisi suami setia.

"Assalamu'alaikum."

"Sayang aku kesini lagi, kangen gak?" tanya Arzan lirih diakhiri kekehan.

"Umma, Sofy kesini lagi. Umma kangen gak sama Sofy? Kata Abba Sofy harus jadi pelempuan kaya Umma kalau sudah besal," celoteh anak itu dengan suara cadel nya.

"Abba juga bilang sama Abang Umma kalau sudah besal nanti harus bisa jagain adek, tapi kadang adek nyebelin Umma," lanjut kembaran Sofy itu yang mendapat tatapan tajam dari adik kembarnya.

"Abang yang ngeselin, suka jailin Sofy. Kata Abba, Abang itu halus jadi contoh yang baik buat adeknya."

"Abang sama Adek sama aja," kekeh Arfathan melihat kelucuan keponakannya.

Sementara Arzan tersenyum kala kedua anaknya masih mengingat semua nasehatnya.

"Abi bangga sama kamu Arzan, kamu bisa menjadi ayah yang hebat untuk anak-anak kamu," celutuk Kiyai Zharif.

"Sudah terhitung 5 tahun Shireen meninggalkan kita semua disini," lirih Ummi Zulfa mengusap nisan menantu kesayangannya itu.

Selagi hidup, Shireen memang sangat dekat dengan Ummi Zulfa bahkan hampir setiap hari bercerita sekaligus bernostalgia dengan Ummi mertuanya itu. Tak jarang juga Shireen bertanya tentang apa yang ia tidak tahu kepada Ummi mertuanya. Dan sekarang Ummi Zulfa merasa sangat kehilangan sosok Shireen.

"Umma sudah lama pelginya ya Oma?" tanya Arwan dengan wajah polosnya.

Ummi Zulfa mengangguk, "iya sayang. Kalian lahir Umma kalian pergi."

"Kenapa bisa begitu Oma? Umma gak sayang sama kita? Masa kita lahir Umma pelgi?" lanjut Sofy bertanya.

"Heh! Ngomongnya!" tegur Arfathan.

"Umma sayaangg banget sama kalian, bahkan saat kalian dalam kandungan Umma selalu berusaha untuk menjaga kalian dengan sebaik mungkin, memenuhi semua keinginan kalian. Tapi takdir setiap manusia ada pada Allah Nak, kalau Allah sudah berkata maka tidak mungkin tidak terjadi," jelas Arzan menjawab mewakili Uminya.

"Takdil itu apa Abba?"

"Takdir itu adalah ketetapan hidup kita yang sudah di atur sama Allah."

"Ketetapan itu apa Ba?" tanya Arwan juga bertanya.

"Bocil mana ngerti begituan. Kalau udah besar baru kalian ngerti, jadi sekarang gak usah banyak tanya. Cukup doakan aja Umma semoga tenang disana," sahut Shafia yang sadari tadi diam. Ia greget dengan keponakannya yang sangat kepo tingkat dewa.

Mereka mengangguk, "iya Kak Sasa."

"Kak Sasa pernah ketemu sama Umma?" tanya Sofy.

"Sering malah."

"Kata Abba, Umma itu cantik banget, bener Kak?"

Shafia mengangguk cepat, "bener banget, Umma kalian itu cantiknya kebangetan. Bahkan Kak Sasa aja kalah cantik."

"Sofy pengen liat wajah Umma," lirih nya menunduk sedih, membuat semua pasang mata disana tak kuasa menahan rasa harunya.

"Berdo'a ya Nak, semoga Allah pertemukan Sofy dengan Umma walau lewat mimpi." Arzan mengelus sayang kepala putrinya.

Sofy mengangguk dan mengangkat tangannya, "Ya Allah Sofy pengen ketemu sama Umma, Sofy pengen bicala sama Umma, pengen jalan-jalan juga sama Umma, Sofy pengen ngomong sama Umma, dan Sofy pengen digendong sama Umma. Kabulkan doa Sofy Ya Allah."

Tak SamaWhere stories live. Discover now