Restu dari Papa

3 0 0
                                    

Asgar pulang kerumah dengan wajah membiru bekas bogeman mentah yang didaratkan oleh kedua preman itu. Tapi untunglah sudah diobati oleh Syakira tadi walaupun bekasnya masih terlihat.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Ya ampun Asgar muka kamu kenapa biru-biru gitu? Kamu habis berantem?" panik Melita Mama Asgar.

Asgar menggeleng, "enggak Ma."

"Terus kenapa?"

Asgar menghela nafas dan menceritakan kejadian yang dialaminya tadi, mulai dari menghajar dua preman itu demi menolong Shafia, mengantarkan Shafia ke klinik, dan berakhir dirumah Shafia.

"Kamu kenapa sih nolongin dia? Dia udah nyelakaim kamu, sekarang buat kamu lebam-lebam kaya gini. Kamu sadar gak Asgar kalau dia itu bukan perempuan baik-baik, dia hanya bersembunyi dibalik pakaian tertutup nya itu," kesal Melita yang membuat Asgar tidak suka mendengarnya.

"Ma, kalau Mama benci kepada Shafia, tolong jangan membawa pakaiannya. Orang tidak bisa dinilai dengan cara berpakaiannya. Aku sudah dua tahun mengajar di kampusnya, sudah pasti aku tahu tentang dia Ma, walaupun tidak semuanya."

"Asgar kamu kenapa membela dia? kamu masih tidak mau mendengarkan Mama?"

Asgar menuntun Mamanya untuk duduk disofa, "Ma, Asgar sudah siap untuk menikah dan mengabulkan permintaan Mama untuk punya seorang menantu. Asgar mau menikah dengan Shafia, dan Asgar mohon restu dari Mama dan Papa."

"Enggak! Mama gak akan pernah merestui kamu dengan perempuan itu!"

"Ma... "

"Asgar, Mama cuman mau yang terbaik untuk kamu."

"Tapi yang terbaik menurut Mama, belum tentu baik menurut Asgar Ma."

"Ada apa ini kenapa ribut-ribut?" tanya Jovar Papa Asgar yang baru pulang bekerja.

"Papa salam gak dijawab."

"Waalaikumsalam."

Jovar menghela nafas, "lagi bahas apa sampai ribut-ribut gitu?"

"Ini Pah, anak Papa kebelet nikah sama gadis yang mau mencelakai dia beberapa hari lalu."

"Bagus dong Ma, itu artinya kita sebentar lagi punya menantu."

Melita menatap kesal suaminya, "kok Papa malah setuju? Papa udah liat kan dia punya niat jahat pada Asgar?"

"Ma, yang kita liat itu belum tentu kejadian sebenarnya. Mama jangan terlalu buruk menilai seseorang."

"Jadi Papa merestui Asgar dengan Shafia?" tanya Asgar tersenyum senang.

Jovar mengangguk, "Papa sangat merestui kamu kalau mau menikah dengan perempuan pilihan kamu. Papa bahagia kalau kamu juga bahagia, tapi sebelum menikahinya pastikan kamu sudah benar-benar yakin. Karena berumah tangga itu tidak selamanya berjalan mulus."

Asgar mengangguk senang, "terima kasih Papa."

...🌼🌼...

Keesokan harinya Asgar kembali mengajar di kelas Shafia. Semenjak terbesit niat ingin menikahi gadis itu, mengajar dikelas Shafia adalah hal yang paling Asgar suka.

Setelah menjelaskan materi panjang kali lebar, Asgar melontarkan pertanyaan kepada mahasiswanya, "bagaimana? Sampai disini paham?"

"Saya enggak paham Pak," ujar seorang laki-laki mengangkat tangan.

"Bagian mana yang belum paham?"

Tak SamaWhere stories live. Discover now