Pernyataan cinta

4 0 0
                                    

Hari senin cenderung dengan hari yang sibuk, baik yang sekolah, kerja, kuliah, atau pekerjaan lainnya. Begitupun dengan gadis yang saat ini duduk menikmati angin di pinggir danau. Merilekskan diri setelah seharian betkutat dengan hari yang sibuk ini.

Ditempat yang sama, Heza yang sedang menjemput adiknya melihat Shafia yang nampaknya sedang duduk sendiri.

"Biasanya sama Nana?" gumam Heza melihat Shafia dari kejauhan.

"Bang Heza liat siapa?" tanya Berlin sang adik perempuan Heza.

"Gak ada apa-apa kok."

"Katanya mau pulang, ayok!"

"Emm... Ber, kamu tunggu disini sebentar mau gak?"

"Loh, memangnya Abang mau kemana?"

"Nemuin seseorang, temen Abang."

Berlin sadikit cemberut, namun ia mengangguk. "Jangan lama-lama tapi."

"Siapp Adekku sayang!" gurau Heza memberi tanda hormat.

Heza perlahan mendekati Shafia yang sedang duduk tenang di kursi pinggiran danau. Matanya memandang air danau yang tenang dan sejuk.

"Sha... "

Merasa terpanggil, Shafia lantas menoleh kebelakang. "Kak Heza ngapain disini?"

"Jemput Adek, eh gak sengaja ketemu kamu."

Shafia hanya manggut-manggut. "Kenapa harus ketemu disini sih, orang lagi me time jadi deg-degan gini kan," batin Shafia berusaha menetralkan degup jantungnya.

Melihat respons Shafia yang hanya manggut-manggut membuat Heza kembali memanggil nama perempuan itu.

"Shafia... "

"Eh, iya kenapa Kak?"

"Kok bengong?"

Shafia menggeleng halus. "Enggak papa kok."

Suasana kembali hening sampai beberapa saat Heza membuka suara.

"Sha, boleh ngomong serius gak?"

Shafia menyeritkan alisnya. "Soal apa Kak?"

"Gue tau ini mendadak, tapi sebenarnya... " Heza menggantung kalimatnya.

"Gue suka sama lo."

Deg.

Shafia terpaku ditempat, ia sedikit syok mendengar pengakuan kakak tingkatnya ini. Kenapa tiba-tiba seperti ini, perkataan Heza tadi membuat Shafia sedikit tidak percaya.

Shafia menggeleng. "K-kak ja-jangan bercanda."

"Gue serius Sha."

"Gue gak tau sejak kapan rasa ini hadir, tapi entah kenapa setiap kali gue ngeliat lo, gue ngerasa senang dan mau berlama-lama sama lo. Gue juga senang memperhatikan kegiatan lo di kampus dan yang paling gue suka ketika bisa ngobrol dengan lo."

"Gue ngerasa seneng dan nyaman aja ketika deket sama lo."

"Shafia lo mau gak jadi pacar gue?"

Deg.

Shafia tak bisa berkata-kata lagi saat mendengar tujuh kata itu keluar dari mulut Heza. Di satu sisi dia senang karena selama ini Heza juga menyukainya, namun di sisi lain dia tidak mungkin bisa menerima permintaan Heza yang sangat mustahil untuk ia terima.

"K-kak, sebelumnya terimakasih atas semua rasa itu, tapi maaf gue gak bisa nerima Kakak," jawab Shafia dengan nada bergetar.

"Alasannya?"

Tak SamaWhere stories live. Discover now