BAB 4

3.4K 221 18
                                    

Suara anak tangga yang saling bertemu dengan hentakan sepatu berirama cepat menuruni anak tangga tersebut. Dengan tergesah - gesah vano langsung mendudukan diri nya di salah satu kursi meja makan dan di sambut dengan pertanyaan oleh bunda.

"Mau sarapan apa vano ? Nasi goreng apa roti bakar ? " Tanya bunda " kenapa buru buru ? kan belum terlambat ? " Lanjutnya

" Aku sarapan roti selai ajah bunda, buru buru soalnya baru engeh hari ini hari senin, aku mesti jadi komandan upacara " Sahut vano

Bunda langsung menyiapkan Roti yang di oles oleh selai strawberry dan di berikan kepada vano

"Dimakan, abisiin sekalian susu nya juga " ucap bunda

Vino yang duduk di seberang vano dengan pakaian rumah terlihat menatap vano dengan tatapan yang sulit di artikan. dan mulai berbicara

" Van, Hari ini pulang latihan basket ? " ucap Vino basa basi

" Iyah vin, kenapa ? mau liat gue latihan basket lagi ? " Tanya Vano

" Boleh, hari ini gue selesai sama miss reta jam dua siang, jadi keburu liat lu latihan basket, kaya biasa kan jam tiga sore ? " Sahut Vino dengan semangat

" iyah jam segitu di lapangan basket sekolah, nanti masuk ajah bilang ajah kaya biasa " Jelas Vano sambil terus mengunyah roti isi nya tampak tak antusias

" Oke, nanti gue dateng ya " Tutup Vino

Vano lalu melirik jam, dan langsung begegas karena jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Vano langsung menghampiri Pak Didi yang kini menjadi sopir pribadi nya. Dikarenakan kejadian satu tahun lalu saat vano mendapatkan cidera kaki dan mengharuskannya diantar untuk beraktivitas, Ayah mempekerjakan satu supir lagi di rumah sebagai sopir pribadi vano. karna memang yang rutin beraktivitas di rumah adalah Ayah dan Vano sedangkan bunda dan vino lebih sering di rumah.

" Pak didi , nanti sore rencana nya vino mau ke sekolahan aku, mau nonton latihan basket paling nanti bareng sama pak didi ajah ya pas jemput " Jelas Vano 

" Baik den " Tutup Pak didi 

Upacara berjalan dengan lancar dengan Vano sebagai Komandan Upacara. Singkat kisah mengenai vano saat bersekolah di YAYASAN TRISATYA, SMA ini adalah milik keluarga besar Cokroatmojo sekolah bernuansa belanda klasik dengan jendela dan pintu kelas yang menjulang tinggi  dan bangunan yg dominan putih, Sekolah ini sudah berdiri dari beberapa generasi keluarga Cokroatmojo. 

Vano mempunyai prestasi yang sangat baik dari sejak vano bersekolah di Sekolah Dasar. Bakatnya dalam olahraga nya sangat terasah dengan baik, meski awalnya harus diam diam melatih dirinya karena tidak di dukung oleh kedua orangtua nya dengan alasan menjaga persaaan vino, vano tidak menyerah dan tetap menekuni hal yang paling ia sukai. Walau sempat mengalami cedera yang cukup parah di tahun lalu pada salah satu kaki nya, tidak membuat vano berhenti dari basket. 

Setelah kejadian cedera pada kaki Vano, beberapa kali vino menyempatkan diri nya untuk melihat Vano latihan dan bertanding basket dengan alasan ingin memantau Vano agar bermain tidak terlalu keras, "Klasik" Batin Vano tetapi vano tidak mengerti apa yang vino sampaikan atau apa yang vano perbuat di depan orang tua nya sehingga setelah berlatih atau bertanding basket saat Vino menonton dan kemudian sikap kedua orang tua nya pasti ada perubahan, entah terkadang meminta nya untuk berhenti bermain basket lagi atau sekedar kata kata singkat "Hargai abangmu, jangan terlalu terlihat bahagia saat kamu bermain"

***

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, Tim Basket SMA TRISATYA saat ini masih melakukan latihan tanding. Vino sudah duduk di tribun memperhatikan Vano yang sedang mengatur tim nya. Tatapan Vino terlihat sedih melihat Vano yang sesekali tersenyum lebar saat tim nya mencetak point atau pun saat vano berhasil melakukan Three Points Shoot. 

PARHERLIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang