Melihat raut tidak suka yang adiknya tunjukkan, Kala bertekuk lutut guna sejajarkan tinggi. Pada pundak kecil adiknya, ia beri usapan pelan, sebelum akhirnya berkata untuk memberi pengertian. "Nggak sakit, Askara. Tadi Mamiw Pio, kan, bilang kalau lagi capek. Kalau capek berarti butuh banyak-banyak istirahat. Kayak Askara pas pulang dari zoo waktu itu, yang sama Onty Ji dan Om Jun. Capek, kan? Terus bobok lama. Nah Mamiw Pio kayak gitu."

"Tapi Mamiw Pio belum nyam-nyam."

"Nanti kalau udah bangun, Mamiw Pio pasti nyam-nyam. Nanti ditemani papi. Askara jangan khawatir, okay?"

"Kalau tidak mau nyam-nyam, nanti aku nangis keras-keras dan guling-guling di lantai," pungkas Askara.

"Wah! Bagus juga idenya. Kalau gitu tutup lagi pintunya, ya? Jangan ganggu Mamiw Pio istirahat. Mending Askara temenin Akak kerjain tugas aja, yuk!"

"Mau nyam-nyam bolu pisang lagi, boleh tidak Akak? Minta satu potong lagi. Kecil tidak apa-apa."

"Boleh dong. Askara suka, ya, sama bolu pisang kukusnya?"

"Suka sekali, Akak Kala. Aku, kan, suka pisang seperti monyet."

"Besok Akak buatkan lagi, mau nggak?"

"Mau, aku mau dibuatkan bolu pisang lagi sama Akak Kala. Terima kasih, ya, Akak Kala sudah mau buatkan bolu pisang lagi."

"Sama-sama. Temani Akak ambil bolu pisangnya dulu, yuk! Nanti bawa ke ruang tengah. Askara nyam-nyam bolu pisang sambil temani Akak belajar."

"Ayo, ayo!"

Kala sudah memberi tahu Manggala soal keanehan Viola. Tentu saja tindakannya ini bukan mengarah ke adu domba. Tujuannya murni supaya papi tahu bahwasannya ada yang tidak beres dengan Mamiw Pio. Dengan begitu diharapkan papi bisa segera pulang dan melakukan sesuatu pada Viola. Sayangnya, papi memang belum bisa pulang dalam waktu dekat. Alasan yang diberikan padanya, sama persis seperti yang dikatakan ke calon maminya. Karena kesibukan itulah papi memintanya untuk menjaga Askara dan Kala penuhi permintaan itu.

Ia berusaha gantikan peran Viola dengan sebaik-baiknya. Ia tiru semua cara maminya, mulai dari menemani adiknya makan bolu pisang kukus. Tangannya selalu bergerak otomatis untuk menangani adiknya yang makan dengan berantakan. Lalu turut aktif bermain apa saja yang Askara inginkan. Terakhir, sembari membagi fokus dengan tugas yang sedang dikerjakan, Kala usahakan tetap merespons celetukan aneh Askara yang berbaring di dekatnya.

Beberapa saat kemudian bocah itu merasa jenuh, lantas merengek sembari menarik ujung hoodienya, sampaikan permintaan supaya dipinjami iPad. Kala yang butuh konsentrasi lebih banyak untuk tugas-tugasnya, pun mengabulkan permintaan sang adik. Ia pinjamkan iPad dan setelah mendapat apa yang dimau, Askara berlari menjauh. Berakhir duduk di bawah meja menonton tayangan naga diiringi suara kunyahan kacang almond panggang.

"Hah hah hah."
Untuk kesekian kali Askara mencoba. Barang kali sudah bisa mengeluarkan api seperti naga, sebagaimana kata Om Jiro; kalau setiap hari makan buah naga, akan menjadi naga. Kenyataannya sampai hari ini Askara belum berubah menjadi naga. Mulutnya tak kunjung mengeluarkan api. Di pantat pun belum tumbuh ekor. Padahal waktu itu, saat Askara minta tolong Om Jiro supaya garuk-garuk pantatnya yang gatal, Om Jiro menolak. Alasannya pantat gatal adalah tanda-tanda awal tumbuh ekor naga. Kalau digaruk tidak jadi tumbuh.

Apa yang dilakukan korban penipuan bualan Jiro, sukses membuat Kala merasa terhibur. Ia harus berterima kasih pada adiknya, sebab tingkah lucunya berhasil membuat kepalanya berangsur membaik. Tak sepening ketika mengerjakan tugas pertama yang baru saja diselesaikan. Berkat Askara yang terus mencoba mengeluarkan api dan memeriksa pertumbuhan ekor, Kala bisa memulai mengerjakan tugas kedua.

Naughty NannyOnde as histórias ganham vida. Descobre agora