Chapter 10

95.7K 5.2K 557
                                    

P E M B U K A

Sebelum baca, absen emot dulu di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca, absen emot dulu di sini

***

Tidak mau merepotkan Jiro lebih banyak lagi, Viola menyuruh sepupunya untuk pulang dan istirahat saja. Sementara ia mengurus Kala sendirian. Di awal Jiro jelas menolak keras. Sepupunya yang paling tulus nan lugu itu tetap saja mengkhawatirkannya walaupun sering diganggu dan ditempatkan pada situasi sulit setiap bersamanya. Namun setelah Bima—mantan pacarnya—mengajukan diri untuk menjaga dan menjaminkan keselamatan serta bersedia mengantarnya pulang, Jiro baru mau pergi. Tentunya setelah memberi beberapa wejangan. 

Mengekori langkah kaki pria gagah dengan stelan dinasnya, Viola diantar menuju ruangan tempat Kala diamankan.

"Masuk aja, gue mau nemuin seseorang dulu."

Viola menggeleng ribut sembari menahan lengan berotot si polisi muda. Ia keberatan kalau masuk sendirian.

"Kenapa, Vi?"

"Temenin," rengeknya disertai serangan lewat tatapan memohon. Dulu, tatapan itu adalah kelemahan seorang Abimana Nagara ketika menjadi kekasihnya. Viola bisa mendapatkan apapun yang dimau dari Bima hanya bermodal tatapan itu. "Gue belum pernah berurusan sama polisi. Nanti kalau di dalem diwawancarai terus gue salah jawab, gimana? Bisa-bisa langsung ditembak di tempat."

"Cemen," ejek Bima lalu mengulas senyum sampai lekukan di kedua pipi muncul memberi kesan manis. "Iya udah, ayo!"

Memasuki sebuah ruangan dengan pengawalan seseorang yang membuatnya merasa aman, Viola tidak menunjukkan gelagat takut sedikitpun, dan sangat percaya diri. Apalagi saat netranya bertemu dengan netra sembab milik Kala yang di pojokan, dagunya langsung terangkat angkuh bak tokoh antagonis.

"Gu tinggal nggak papa?" tanya Bima memastikan.

"Tapi nanti ke sini lagi, ya, kalau urusan lo udah beres."

"Iya."

Bersamaan dengan Bima yang melangkah keluar setelah bercengkerama singkat dengan rekannya, Viola mengayunkan kaki menghampiri Kala.
"Kok lo sendiri? Pacar lo yang anak motor abal-abalan itu dimana?"

Kala menyeka air mata dengan kasar agar tidak diolok-olok lebih kejam lagi oleh Viola. "Pulang. Udah diurus sama orangtuanya."

"Pfffftttt." Perempuan dengan balutan jaket kulit yang Bima pinjamkan itu menutup mulut menahan tawa.
"Jadi, lo ditinggalin? Segitu doang cintanya? Kasihan. Nanti putusin aja, ya?"

Kala tidak sedang ingin membahas soal Melvino yang pulang meninggalkannya karena dipaksa orangtuanya. Ia hanya ingin keluar dari kantor polisi tanpa harus memberitahu Manggala. Itu saja.
"Tante, tolongin gue. Tante bisa, kan, jadi wali dan urus semuanya biar gue bebas malam ini juga? Jangan kasih tau papi, nanti papi kecewa."

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang