Chapter 23

59.6K 4.8K 1.4K
                                    

P E M B U K A

Absen emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Absen emot dulu buat chapter ini

***



Viola baru tahu kalau ketua geng motor abal-abal mental patungan adalah adik dari mantan pacarnya yang paling begajulan. Pantas saja ketika pertama kali melihat Melvino, Viola merasa tidak asing. Hanya saja saat itu, ia tidak terlalu memikirkannya. Dari paras, Aarav memang mirip sekali dengan Melvino. Hanya beda di size saja. Aarav size XL, Melvino size M.

Fakta ini membuatnya tersenyum penuh kemenangan. Terlebih saat melihat gerak-gerik sosok yang lebih kecil dari Melvino. Sepertinya malam ini, semua keberuntungan sedang berpihak padanya.

"Bang, walaupun Melvino adek lo, lo nggak bakal belain kan kalau gue minta tanggung jawab?"

"Nggak bakal lah, Pi!" jawab Aarav tegas. Seperti harapan Viola.
"Gue yang bakal pastiin Melvino tanggung jawab penuh. Kalau nih anak nolak, gue siap maksa sampe mau. Kalau perlu, gue gebukin dulu sebelum masukin ke pesantren. Kalau lo lupa, gue bisa ada di sini sama yang lain tujuannya buat lo. Kebetulan aja ternyata yang gangguin malah adek gue."

"Bang ...."

"Apa?" sewot Aarav melotot lebar menatap sang adik yang langsung menunduk takut, kehabisan nyali. Selain melotot, satu lengan berotot penuh dengan tato juga terangkat. Siap menimpuk. Siapa yang tidak takut dengan itu?

"Nggak, Bang. Adek cuma manggil doang," kata Melvino dengan suara bergetar. 

Aarav memangkas jarak lantas mendorong bahu Melvino dengan tenaga penuh. Kalau saja tidak ada yang menangkap Melvino dari belakang, si anak bunda itu pasti sudah jatuh mengenaskan.
"Terus ngapain dari tadi cuma berdiri doang kayak orang bloon? Buta mata lo? Nggak liat kaca mobil yang lo rusakin? Boro-boro tanggung jawab, minta maaf juga nggak. Laki bukan, sih? Apa perlu gue tampolin kanan-kiri sampe kepala lo muter?!"

"Jangan, Abang," rengek Melvino tidak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai ketua geng yang sangar. Ia benar-benar takut pada kakaknya yang tidak pernah main-main dengan perkataannya.

"Ya minta maaf, Goblok!"

"Bukan adek yang rusakin, Abang," kilah Melvino membela diri.
Tidak salah, kan?
Pelaku pelemparan batu itu memang bukan dirinya, melainkan Kala dan beberapa temannya. Ia tidak merasa melempar. Sekali pun tidak.

"Banyak bacot lo, ya. Sini!"

Dipanggil sang kakak, semakin panik lah Melvino. Sebelum dibuat babak belur, ia pun melangkah tergesa menghampiri Viola. Sampai di hadapan perempuan itu, tangan kanannya yang gemetar pun terjulur.
Dengan suara terbata, ia meminta maaf. Tidak hanya sekadar minta maaf, ketua geng motor abal-abal itu juga mengatakan siap membayar berapapun nominal ganti rugi atas segala kerusakan mobil. Terakhir, ia menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya di kemudian hari.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang