chapter 7

102K 5.7K 433
                                    

P E M B U K A


happy reading yyya
(.◜◡◝ )


Manggala bingung.
Benar-benar bingung.
Di sini yang bos sebenarnya siapa, sih? Dirinya yang mengekori dan kerepotan membawa paper bag atau Viola yang sibuk belanja dan seenak jidat menyuruhnya membawa barang belanjaan perempuan itu?

Seumur hidup, baru kali ini ada pekerja sekurang ajar dan setidak tahu diri Viola yang terus saja menyuruh bosnya. Harga diri Manggala terluka cukup serius oleh tingkah bossy si pengasuh baru si bungsu. Dari sekian banyak mantan pengasuh Askara, baru Viola yang membuat Manggala geleng kepala. Terus bertingkah seolah-olah dirinya adalah nyonya besar, mengatur segala hal, dan selalu menolak ketika disuruh-suruh.

Daripada majikan, Manggala lebih terlihat seperti pengasuh merangkap bodyguard Viola. Padahal tujuannya membawa perempuan itu adalah untuk membantu belanja bulanan selagi Askara dan Kala menikmati waktu di playground bersama asisten pribadi perempuan itu, bukan untuk dijadikan kacung.

Semua salah Jiro.
Pria itulah yang salah merekrut sampai pengasuh gadungan bisa lolos. Memang tidak pernah becus. Lihat saja nanti. Manggala tidak akan tinggal diam karena merasa sangat dirugikan di sini.

"Btw, gue gajiannya setiap tanggal berapa sih?" tanya Viola seraya menganggsurkan paper bag pada sang majikan. Setengah sadar, Manggala menerimanya padahal sudah kerepotan membawa semua itu. "Nggak sabar dapet gaji pertama."

Kerja belum genap sehari, tapi sudah menyinggung soal gajian. Kalau kinerjanya oke, masih bisa dimaklumi. Tapi kinerja Viola ... apa tidak malu menanyakan itu padanya? Tidak dipecat saja sudah untung. "Sesuai tanggal pertama kamu masuk."

"Berarti tanggal tujuh? Oke. Dua puluh sembilan hari. Lama juga, ya? Nggak bisa mingguan aja gajiannya? Empat juta per minggu juga nggak papa kalau mau sekalian berbagi. Nanti gue kasih bonus doa yang baik-baik buat lo sekeluarga. Kapan lagi punya nanny yang suka ngasih bonus kayak gue, kan? Jadi, lo jangan pelit. Sering-sering lah berbagi sebagai rasa syukur karena nemuin gue."

Manggala menatap Viola tanpa ekspresi. Kalau itu Jiro, ia tidak segan-segan mengajaknya bertarung. "Daripada mikirin gajian, mending kamu mikir gimana cara kerja yang bener."

"Emang gue kerjanya nggak bener, ya?"

"Sadar diri itu penting."

"Nggak tau deh di bagian mana nggak benernya. Kayaknya, sih, lo-nya aja yang kurang bersyukur. Ahh gue baru inget. Gaji gue lima belas juta itu belum termasuk bonus, kan? Pertanyaannya, apa yang harus gue lakuin biar dapet bonus sebanyak-banyaknya? Otak gue ngeres, mikirnya langsung ke sana.  Curiga banget kalau disuruh muasin lo. Nggak sedikit loh kejadian kayak gini. Siang ngurus anaknya, malem ngurus bapaknya."

Manusia kuat itu Manggala.
Ia memang tersenyum, tapi dalam hati tidak berhenti mengeluarkan kata-kata mutiara untuk perempuan tengil di sebelahnya yang sedang mengemut permen dengan gerakan terlalu berlebihan. "Saya nggak semesum itu."

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang