Chapter 21

68.2K 5K 1.3K
                                    

P E M B U K A

sebelum baca, kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sebelum baca, kasih emot dulu buat chapter ini

***

Manggala tidak menyangka kalau karma lepas tanggungjawab dari Askara dan melimpahkan tugas begitu saja pada Jiro, akan dikirimkan seinstan ini. Dalam skenario paling sederhana buatannya, ketika memutuskan kembali ke unit apartemen Viola, ia bisa bekerja dengan tenang di sana tanpa gangguan siapapun. Paling tidak rasa pening di kepala tidak dua kali lipat.

Memang berjalan seperti yang diharapkan, tapi hanya beberapa menit saja. Belum sempat mengerjakan apapun—baru selesai menyiapkan segala keperluan—
tiba-tiba saja Viola pulang. Paham bagaimana sepak terjang pengasuh anaknya, otak Manggala menolak diajak berpikir positif tentang perempuan itu. Lengah sedikit saja, pasti sudah ditelanjangi.

"Tuyul magangnya mana kok nggak ngerusuhin lo, sih?" tanya Viola heran ketika menyadari Manggala bisa duduk anteng. Seharusnya ada tuyul magang yang memanjat punggung atau sekadar bergelantungan di lengan pria itu.

Kepala Viola celingukan menyisir sekitar. Tak menemukan sosok yang dicari, ia pun menungging guna memeriksa setiap kolong di ruangan ini. Barangkali tuyul magang itu sengaja ingin bermain-main dengannya dan bersembunyi di bawah sana.

"Viola, yang bener Vi. Jangan nungging-nungging kayak gitu," tegur Manggala lantas mengulirkan bola mata ke arah lain, mengindari pemandangan kurang mengenakan di hadapannya. Dalam hati merapalkan doa meminta perlindungan. "Ngapain sih?"

Tidak ada yang bisa menebak kegilaan Viola. Karena itulah sebagai tindakan pencegahan, Manggala pastikan semua kancing kemeja aman, ikat pinggang dikencangkan, dan kedua kaki dirapatkan sekaligus diberi perlindungan ganda dengan menaruh laptop di pangkuan. Meski semua itu tidak menjamin, paling tidak selangkangnya tidak bisa sembarangan dijamah.

"Lagi nyari Askara. Kayaknya tuh anak ngumpet deh," jawab Viola. Ketika melihat Manggala hendak membuka suara, ia buru-buru menyela, "nggak usah dikasih tau. Gue bisa nyari sendiri. Pasti ketemu. Mau cosplay jadi debu sekalipun."

"Heh! Jangan mendekat!" larang Manggala pada Viola yang merangkak mendekat. Mungkin perempuan itu mengira Askara disembunyikan di sekitaran kakinya. Kontan Manggala julurkan satu tangan dan ditugaskan untuk menahan kepala Viola. Meski sudah ditahan, nampaknya si binal ini tidak mudah menyerah. Tetap berusaha mendekat dengan mendorong tangannya agar menyingkir.
"Nggak ada Askara, Vi. Nggak ada. Mau dicari kemanapun, nggak bakal ketemu. Askara sama Jiro."

Seketika Viola berhenti.
Setelah sang majikan menarik tangan dari kepalanya, ia mendongak.
"Berarti kita berduaan aja, nih?" tanyanya memastikan diiringi senyum jail. Ingin membuat pria itu semakin panik, ia pun mengerling nakal, lantas bangkit dari posisinya.

"Jangan macam-macam!"

"Ucap duda anak dua yang beringas banget pas anaknya udah tidur."
Viola menyambung kalimat Manggala. Hoodie kebesarannya sudah ditanggalkan. Tersisa tank top berwarna merah menyala, tapi tidak semenyala mahakarya Manggala di leher dan dada yang sengaja ia pamerkan agar majikannya itu sadar. Jejak itu cukup untuk menjadi bukti siapa yang lebih berbahaya.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang