||PSM 02||

1.8K 79 9
                                    

“Keyakinan dalam diri akan terpatri sesuai takdir yang telah Allah garis bawahi.”

Asyana Viola Ganlades.

Kabar gembira telah tiba. Keturunan Adam dan Asya kini telah ditimbang oleh Dokter yang senantiasa memelihara. Tepat pada hari jumat, 15 Maret 2024 putra kembar mereka lahir dalam keadaan sehat. Namun yang memberatkan disini adalah kondisi ibunya.

“Asya kritis?” tanya Rizik usai pulang dari kantor Polisi.

“Seperti yang dilihat. Sampai sekarang belum ada perkembangan apa-apa,” jawab Gerald menundukkan kepalanya.

Rizik menghela napas gusar. Menatap Syifanya dan Gerald bergantian. “Besok saya akan kembali ke Mesir. Saya minta tolong kepada kalian untuk menjaga cucu saya. Mungkin kalian masih kecewa dengan Adam yang kini mendekap dipenjara. Tapi mau bagaimana pun, dia tetaplah menantu kalian.”

Gerald mengernyitkan dahinya. “Anda akan kembali ke Mesir? Lalu bagaimana dengan rumah Adam dan Asya? Rumah itu pasti tidak akan ada yang menginapi selain Bi Ami dan Pak Sodik.”

Rizik tampak berpikir sejenak. “Kalian bisa inapi rumah mereka sampai Asya sadar dari koma nya.”

“Kecil harapan kami untuk Asya bangkit dari rasa sakitnya,” lirih Syifanya menatap ruang rawat Asya dengan tatapan kosong.

“Kita do'akan keluarga anak kita agar tetap berada dalam perlindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”

“Aamiin... InsyaAllah, tidak ada yang mustahil bagi Allah,” ucap Gerald setuju depan perkataan Rizik.

Ketiganya sama-sama merenung dengan jalan pikirannya masing-masing. Mungkin dengan kejadian semalam menjadi bahan pelajaran bagi keluarga Adam terapkan. Meski batin sakit, raga tak bisa bangkit, ada hidayah yang kini senagaja Allah tutupi.

“Sebelum berangkat ke Mesir, apa Anda ada usulan nama untuk kedua putra Adam dan Asya?”

Rizik tampak terdiam lama. Waktu itu Adam sempat membahas perihal nama untuk anaknya, mengingat hal itu ia tersenyum penuh arti.

“Ada... Ini salah satu amanah dari Adam, sebelum beliau berangkat kerja.”

“Apa itu?” tanya Gerald penasaran.

“Untuk anak pertama, Abdullah Kaffa bihimahrus. Dan untuk anak kedua Abdillah Kahfi bihimahrus.”

“MasyaAllah bagus sekali namanya, ya, Pah.”

Gerald menganggukkan kepalanya dengan senyuman terharu. “Iya, Mah. Bagus namanya. Jadi kita panggil Kaffa dan Kahfi?”

“Na'am,” sahut Rizik ikut tersenyum.

“Ah, saya hampir lupa. Sepertinya saya harus pergi sekarang, sebelum bersiap ke Mesir saya harus mengurusi jenazah korban,” ungkap Rizik baru menyadari jika korban yang Adam tabrak belum ia makamkan.

“Boleh saya ikut?” tanya Gerald ingin ikut menyelidiki kasus kecelakaan yang di alami menantunya.

“Boleh.”

“Papah! Terus Mamah disini sama siapa?” cegah Syifanya mengerucutkan bibirnya.

Gerald menggaruk-garuk tengkuk kepalanya. “Kan ada Kaffa dan Kahfi.”

Pejuang Sepertiga MalamWhere stories live. Discover now