Menggendong bayi yang super aktif ternyata memperburuk sakit di punggungnya. Sehingga Felix harus di rawat di rumah sakit selama seminggu. Cidera itu didapat semenjak kecelakaan yang sudah bertahun-tahun lalu terjadi. Dokter juga memvonis bahwa sakitnya itu tak akan sembuh seumur hidup.

Felix belum pernah mengalami rasa sakit sampai separah ini setelah kesembuhannya dari kecelakaan. Karena sudah bertahun lamanya tak terasa begitu membebani kehidupannya. Hingga akhirnya memiliki dua buah hati ternyata cukup berat untuk tubuhnya.

Beberapa minggu ini pria tampan dengan titik hitam di bawah matanya itu selalu terlihat lesu. Apalagi ketika melihat sang istri tak berdaya dan kesakitan hanya untuk bergerak bebas. Beberapa kali dia akan mengawasi setiap jadwal untuk terapi dan pengobatan lainnya. Hyunjin malu, selama betahun-tahun pernikahannya tak sekalipun menyadari penyakit parah yang diderita sang istri.

Duka, pun pilu yang dirasa disetiap saat Felix menutup mata dalam tidurnya. Juga dengan ringisan sebagai wujud dari rasa nyilu di hati. Hati terasa tersayat juga tangis setiap kali hanya bisa membantu sedikit untuk Felix. Dalam tidurnya dia terbayang-bayang rasa takut ditinggalkan sang istri.

"Felix, buka matamu."

Pintanya yang tertunduk di atas kasur. Sunyi karena tak ada secercah cahaya yang menghiasi malam itu.

Di ruang keluarga, Celine masih menangis sambil ditenangkan kakeknya. Mama Hwang harus mengurus makan malam untuk keluarga jadi dia meminta sang suami untuk menjaga cucu mereka.

"Ma ana?" tanyanya dihadapan Papa Hwang.

"Mama sedang tidur." ucap Papa Hwang yang mengusap tangisan di wajah imut bayi itu.

"Elin mau ama Ma." rintihnya ketika mengutarakan isi hati.

Sudah sebulan ini, Celine tinggal bersama keluarga Hwang dan baru tadi siang bertemu lagi dengan Mamanya. Keadaan Felix mulai membaik namun belum mampu bergerak bebas. Dia rindu sekali dengan kedua buah hatinya. Ingin sekali menangis tapi tak bisa, karena orang tua tidak mungkin menampakkan keterpurukannya di depan anak mereka.

Esok pagi dengan cuaca cerah, Hyunjin kini selalu menyempatkan waktunya untuk merawat Felix. Dia mengajak sang istri berjemur di halaman rumah Hwang. Felix berjalan dipijakan batu pantai yang ada di sekitaran taman rumah. Hyunjin menuntun istrinya dengan telaten.

"Sudah lama aku tidak terkena sinar matahari." ungkapnya menatap Hyunjin dengan bahagia.

Felix duduk di kursi kayu dan Hyunjin duduk bersimpuh di hadapan Felix.

"Kulitmu jadi terlihat putih pucat." ujar Hyunjin meraih lengan kanan Felix untuk ditelitinya.

"Benarkah? Gawat, nanti aku bisa memenuhi semua standar kecantikan Korea." ujarnya sambil bergurau dan memegangi dua belah pipinya.

Hyunjin tertawa kecil. Bola matanya terangkat untuk mengamati wajah tanpa riasan itu dengan teduh. Pun bintik indah di pipi sang istri "Kau sangat cantik di mataku."

Felix sedikit tergemap kemudian menjawab "tentu saja, karena aku istrimu."

"You're my sunshine, Yongbok."

"Hun hyung, kenapa kau jadi sering memanggilku Yongbok?"

"Bukankah itu nama yang bagus?"

"Aku sebenarnya tak terlalu suka panggilan itu."

"Kalau begitu tidak akan kupanggil dengan nama itu lagi."

Felix terdiam sampai akhirnya terdengar teriakan bayi perempuannya. Celine berlari dengan kaki kecilnya. Bibirnya mencebik lucu kemudian memeluk kaki jenjang Mamanya.

"Elin indu Mama..!"

Hyunjin meraih tubuh kecil itu untuk digendong agar posisinya sejajar dengan tubuh Felix. Dengan cepat kedua tangan kecil itu memberi isyarat pada Felix untuk segera memeluknya. Felix pun merehatkan sepenuhnya tubuhnya dipelukan sang anak.

Ingin sekali dia menggendong putri kecilnya tapi apa daya dia tak sanggup.

"Celine.., jadi anak baik ya. Nanti kalau Mama sembuh kita jalan-jalan ke Paris. Mau Kan?" suara pada ajakan terakhir itu keluar dari Felix yang terdengar sangat parau dan hal itu mengagetkan Celine.

Menahan tangis membuat suara Felix tertahan dan akibatnya suara dalam itu terdengar 'sedikit' menyeramkan oleh Celine.

"Ah maaf." ucap Felix berusaha melembutkan suaranya.

Raut wajah si kecil masih sama. Tak bergerak seperti patung dan matanya bergetar hendak menangis.

"Huaaaa..!" Celine memeluk leher Papanya. Anak itu menangis kencang.

"Huaaaaaaaa.. Mama.. lah a Elin!" (Mama marah sama Celine)

Felix menganga, bayi cantiknya salah paham. Celine mengira Felix sedang marah padanya karena suara dalam itu terdengar mengerikan di pendengarannya.

Sebagai reaksi dari keterkagetannya, Celine menangis sambil memarahi Papanya. Dia bahkan memukuli pundak Hyunjin dengan tangan imutnya.

"Huaa Pa.. hiks.." ditaboknya dua kali wajah Hyunjin.

"Loh kenapa Papa yang dipukul sayang?" ucap Hyunjin yang menghindar dari sabetan tangan yang lagi-lagi hendak mengarah ke wajahnya.

"Ma lah a Elin...!" suara si kecil terdengar melengking dengan mata tergenang air dan bibir mencebik 2 cm.

"Ya terus kenap-phh?"

Mulut Hyunjin disumpal dengan kedua tangan mungil itu agar tak bicara lagi. Tapi Hyunjin masih berusaha menenangkan. Si kecil malah tambah menangis keras. Hyunjin jadi bingung mau menanggapi tingkah putri kecilnya.

Kedua kaki mungil beralas sepatu itu bergerak gelisah seperti minta diturunkan. Tantrum. Dan Hyunjin lagi-lagi tak paham cara menangani seorang bayi, terutama bayi perempuan.

Jeongin datang menghampiri. Kemudian mengisyaratkan untuk menggendong sang adik. Hyunjin pun menyerahkan gendongan pada Jeongin. Seketika Celine langsung diam. Diamatinya wajah sang kakak lalu mulai bercerita dengan bahasa bayi. Lucunya, Jeongin dapat menimpali ocehan adiknya dengan benar.

"Adik kalau Papa tidak paham jangan marah ya. Harus..?"

"Saabrrr." ucap si kecil sambil mengusap dadanya.

"Pintar. Harus sa-?" Ulang Innie.

"Brrr."

"Sa-bar." sahut Hyunjin ingin membenarkan pengucapan putri kecilnya.

"Papa! Sabrrr!!" teriaknya kemudian mengejar Hyunjin sambil melempar boneka ayam milik Innie kearah Papanya.

Sayangnya Celine terbentuk dari sifat yang sama dengan Hyunjin. Dia tak mau dikritik. Alhasil Celine kembali memarahi Papanya. Terjadi adegan kejar-kejaran di taman rumah Hwang antara Papa dengan anak perempuannya.

Kembali dengan teriakan nyaring yang menggema sampai ke dalam rumah.

"Pa, kal!" (Papa nakal)

"Papa tidak nakal. Celine yang nakal." timpal Hyunjin yang sudah berlari menjauh.

Semakin naik lagi amarah putri Hwang itu setelah dikatai nakal. Sedangkan Felix dan Jeongin hanya duduk menikmati aktivitas pagi yang sedikit memekakkan telinga namun anehnya mampu meningkatkan hormon kebahagiaan.

Siangnya setelah bertengkar hebat dan kelelahan, Celine tetap tidur disamping Papanya. Tangan itu memegangi baju Hyunjin agar tak jauh-jauh darinya. Jangankan pergi ke kantor pergi semenit saja untuk ke toilet pun tidak diizinkan. Kalau kata Felix, ini namanya love-hate relationship.

🍁 2/4/2024
🍁 JUNE_GN

Kisah Kita | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang