27. Melunak

6.2K 560 31
                                    

Gak nyangka sudah nyampe part 27 aja.

Terima kasih yang sudah mendukung cerita ini sampai sejauh ini.

Mungkin selepas novel ini tamat aku bakal lanjutin Mi Diamante supaya semua cerita buatan ku gak ada yang on going terlalu lama.

.......

"Adek.. papa minta maaf yaa," bujuk Darion pada sang anak yang terlihat cemberut maksimal.

Anak itu habis menangis sebelum nya karena tidak sengaja terpental akibat ulah sang papa yang kaget mendengar teriakan sang anak belum lagi kandungan makna dari ucapan anaknya.

Tapi untung saja tubuh gempal sang anak hanya terpental di kasur.

"Lele kaget tauu, masya Lele telbang tadi, papa jahat syekali syama Lele." Bibirnya manyun sembari mengeluh, pipinya merona karena sebelumnya menangis lumayan kencang. Jantungnya seperti diajak disco karena tubuhnya melayang, untung saja tidak menghantam kerasnya lantai.

Darion antara ingin menangis dan tertawa. "Papa minta maaf yaa, nanti papa belikan telur dino mau?" tawar Darion mencoba bernegosiasi dengan sang anak.

Leon terlihat lumayan tertarik dirinya menatap sang papa polos. "Teyuy Dinosyaulust pa?" tanya bocah itu dengan mata berbinar-binar.

Darion terkekeh. "Dinosaurus adek, coba ikuti papa."

"Lohh adek syudah benal kok ngomongnya," jawab Lele dengan kepala dimiringkan bingung.

"Em.. emm." Darion menggerakkan jari telunjuk nya ke kanan kiri. "Salah adek, coba ngomong S," ucap Darion mencoba pembelajaran pagi mereka seperti biasa.

"Esttt," dengan aksen lucunya bocah kecil itu menirukan ucapan sang papa yang terlihat berusaha mengajari anaknya.

"Coba lagi S, 'Saya Suka Senyum' ayo ulangi ucapan papa," kata Darion kembali.

Si anak pun terlihat manut. "Ehmmm S, 'Ssst- saya Syu- Suka Senyum' benal kan papa?" tanya Leon bersemangat dengan senyum mengembang membuat pipi bulatnya semakin mekar.

"Wahh pintarnya anak papa, dilatih terus yaa sayang. Biar nanti adek bisa punya banyak cewe," ujar Darion agak sesat.

Si anak pun terlihat semakin berbinar mendengar ucapan sang papa. "Benalkahh kalau begitu Lele akan telust belatih, agal Lele bisy- ehm bisa banyakk punya cewe-cewe hihi," jawab Lele dengan begitu bahagia dengan mata semakin bersinar terang.

"Bagus-bagus itu baru murid papa Hahaha," ucap Darion dengan begitu bangga. "Baiklah ayo kita mandi, mama pasti sudah masak enak untuk kita."

Mereka pun mulai membersihkan diri untuk bersiap melaksanakan sarapan pagi.

..........

Berbanding terbalik saat mereka di kamar dan di ruang makan.

Mereka semua diam, aura begitu dingin menyelimuti ruang makan itu.

Setelah kegaduhan yang dilakukan dua bapak anak itu, mereka pun memutuskan untuk turun karena perut mereka sudah mulai membunyikan alarm.

Sosok anak kecil dipangkuan Darion bergetar takut, walaupun dikenal pemberani namun anak itu kini menyimpan rasa trauma pada sosok anak dihadapannya kini.

Terlalu banyak kenangan buruk ditinggalkan bocah yang kini sedang tersenyum pada semua orang dihadapannya terkecuali untuk Leon diam-diam Tio melemparkan tatapan tajam pada Leon.

Tio menyebarkan senyuman, namun bukannya menyebarkan aura positif malah suasana menjadi tak enak karena tak ada yang menyukai keberadaan anak itu di Mansion.

"Siapa yang membawa bocah ini kemari?" tanya Darion berwajah datar dengan tangan yang setia memeluk pinggang sang anak yang terlihat bersembunyi didadanya.

Marinka yang memang duduk di kanan sang suami mengerutkan kening. "Bukan kah ayah mertua sudah bilang pada mu mas?" tanya balik Marinka pada sang suami.

Sebenarnya sejak Darion dan anaknya sampai di ruang makan dengan aura dingin ia bisa menebak sebuah kejanggalan.

Darion mengetatkan rahang, dirinya marah.

Kurang ajar!

Ayah nya benar-benar tidak ada jeranya mengusik keluarga kecilnya, apakah perlu dia memutus ikatan ayah dan anak pada ayah yang dirinya benci itu?

"Ayah tidak pernah menghubungi ku, kau telah ditipu si tua bangka itu," jawab Darion dengan suasana hati yang benar-benar jengkel.

Ia benar-benar muak menatap wajah anak kecil yang benar-benar seperti duplikat pria sialan yang menghancurkan hidupnya.

Apalagi dengan senyum polos yang mengingat kannya dengan senyum penuh kemunafikan pria itu.

"Halo Papa Darion, selamat pagi," tanpa memperdulikan suasana yang sudah tidak kondusif karena dirinya, Tio menyapa Darion seakan dirinya tak memiliki salah apa pun.

Darion menatap tajam, dia tak sebaik itu untuk bersikap ramah pada seluruh anak kecil di dunia ini. "Apakah mulut busuk mu itu ingin ku sobek?" tanya Darion tajam.

Tio menunduk takut, dirinya ngeri melihat aura hitam seakan mengelilingi tubuh Darion.

Marinka agak merasa kasihan, melihat reaksi yang ditunjukkan Tio pada ucapan tajam suaminya. Karena mau bagaimana pun dirinya seorang ibu, melihat respon Tio ia jadi membayangkan bagaimana jika anaknya yang diperlakukan seperti itu oleh orang lain.

"Mas jangan terlalu kasar," tegur Marinka sambil mengelus lengan sang suami.

Darion terlihat menghela nafasnya, ia harus menjaga emosinya karena ada anak dan istrinya saat ini.

"Hufhh... baik lah abaikan itu, sekarang makan."

Mereka pun memulai sarapan mereka, walaupun ditemani oleh suasana kaku.

........

"Berapa lama bocah itu disini?" tanya Darion pada sang istri, mereka berdua kini berada di kamar karena Darion yang bersiap untuk berangkat kerja.

"Kata ayah mu tadi sekitar 2 minggu," jawab Marinka sambil membenarkan dasi suaminya.

"Sial, lelaki tua itu benar-benar memancing perang." Darion memang tidak pernah bisa menahan emosinya jika itu berhubungan dengan ayahnya.

"Sudahlah mas, jangan emosi terus nanti darah tinggi. Selama Tio tidak membuat masalah, tidak apa-apa jika ia memang dititipkan disini, ia bisa menjadi teman untuk anak kita," ujar Marinka sambil mengelus lengan sang suami. Wanita itu memang menyimpan iba setelah merasakan jika anak itu mendapatkan perlakuan kurang baik dimana-mana, jadi ia akan mencoba menurunkan rasa tidak sukanya pada anak itu.

Darion menatap dalam pada sang istri. "Kau tidak lupakan apa yang bocah itu lakukan pada anak kita sebelum nya?" tanya Darion dengan wajah datar tanpa senyum pada istrinya.

"Tenang saja aku tidak pernah lupa tentang itu, aku akan mencoba memperbaiki hubungan mereka. Lagi pula ini masalah anak-anak mereka tidak tahu apa-apa tentang perilaku buruknya, aku akan mencoba memperbaiki sikap buruknya selama dirinya disini," ujar Marinka mencoba menenangkan suami nya.

Darion pun mencoba memahami. "Hah.. baiklah, ku serahkan pada mu istriku, aku berangkat dulu," ujar Darion sambil beranjak ke arah mobilnya, mereka memang melakukan pembicaraan sambil berjalan keluar sebelumnya.

Marinka masuk kembali ke dalam Mansion karena dirinya harus menyiapkan sang anak untuk kembali bersekolah.

Mungkin ia akan sedikit membantu Tio nantinya.

.....

TBC

Baby Lele (On Going)Where stories live. Discover now