20. Monstel

11.2K 1K 17
                                    

Silent reader nya dah gak ketolong lagi haha

Tolong yang berbaik hati berikan vote dan komentar pada cerita ini😙

Terima kasih dan selamat menikmati cerita ini💋
........

"Eughh."

Lenguhan terdengar.

Marinka yang menunggu menatap senang sang anak yang mulai tersadar. "Perlahan buka matanya sayang," ujar Marinka ketika melihat anaknya terlihat berusaha keras membuka kelopak matanya.

Perlahan kelereng jernihnya akhirnya terlihat, namun tatapan itu terlihat begitu sayu menampakan jika kini ia tak memiliki energi tersisa ditubuhnya.

"Mama.." lirih bocah kecil itu sambil menatap mama nya.

"Iya, kenapa sayang? Ada yang sakit?" tanya Marinka terburu.

Kepala kecil itu menggeleng pelan. "Enda.. Lele haust mau susyu," pinta nya dengan wajah sayu.

Dirinya memang sangat haus namun keinginan dalam dirinya dia menginginkan sebuah susu untuk membasahi tenggorokan keringnya.

Marinka terlihat ragu, bukannya apa-apa anak nya sedang dalam masa perawatan, ia takut obatnya tidak akan bereaksi nantinya.

"Minum air putih dulu yaa, mama tanya dokter dulu yaa sayang." Setelah itu Marinka menekan tombol yang berada di samping tempat tidur anaknya guna memanggil dokter.

"Lele kenapa, bibi?"

Marinka menoleh ketika mendengar ponakannya bertanya padanya. Wanita itu tersenyum. "Adek mau minum susu katanya," jawab Marinka sambil mengelus-elus kepala anaknya.

Zephyr yang sebelumnya khawatir kini mendesah lega, melihat adiknya yang telah sadar.

Diego menghampiri ranjang keponakannya. Ia ingin melihat ponakan manisnya dari dekat. "Sudah merasa lebih baik?" tanya Diego dengan senyum yang terlihat kaku namun ia telah berusaha membuat senyuman itu terlihat setulus mungkin.

"Eum." Leon menganggukan kepalanya. "Lele syudah melasya lebih baik," ujarnya kemudian membalas senyum sang paman.

Diego menghembuskan nafas lega mendengar suara imut itu kembali memasuki pendengarannya.

Tak lama dokter datang.

Kali ini bukan dokter Dimas, sehingga dokter itu merasa agak canggung ketika berdekatan dengan orang-orang berkuasa ini.

Marinka bertanya dengan cepat menyadari kecanggungan dokter tersebut.

"Apa anak saya sudah boleh minum susu?" tanya Marinka.

Dokter itu menjawab dengan cepat. "Tentu boleh nyonya, dan obat nya akan diberikan 2 jam setelahnya," jawab dokter itu tersenyum ramah.

"Baiklah terima kasih dokter." Setelah itu dokter itu pamit undur diri.

"Nahh kalau begitu ini susu mu sayang." Secara ajaib sebuah botol dot berisi susu sudah ada ditangan Marinka.

Bahkan Leon dan Zephyr sampai membola takjub melihat itu.

"Diminum ya sayang," ucap Marinka sambil menyodorkan nipple dot itu ke dekat bibir anaknya.

Leon terlihat mengerutkan kening.

"Lele kan syudah besyal kenapa pakai botol dedek bayi," protes Leon tak terima dirinya diberi susu menggunakan botol bayi.

Marinka menjawil pipi putranya. "Lele kan bayinya mama, adek juga masih 6 tahun berarti masih kecil," ujar Marinka sambil tersenyum gemas melihat sang anak mempoutkan bibir kecilnya.

Si kecil tersenyum, sambil mengangguk-anggukkan kepala seolah paham apa yang dikatakan mamanya.

Mulutnya pun terbuka menerima nipple tersebut namun dirinya terlihat bingung bagaimana cara mendapatkan air susu dari botol dot tersebut.

"Dihisap dek." Seolah paham Zephyr bersuara memberitahu sang adik untuk menghisap nipple dot yang sudah berada dimulut kecil itu.

Dengan ragu Leon menghisap nipple itu, dan matanya tiba-tiba membelalak takjub ketika mencicipi sensasi minum menggunakan dot bayi.

Seketika nafasnya menderu karena ia menghisap kuat susunya.

"Pelan-pelan sayang tidak ada yang mau mencuri susu mu," ucap Marinka sambil tertawa kecil melihat anaknya percis seperti bayi yang mendapatkan nutrisi ibunya.

Mengingat hal itu seketika Marinka merasakan pedih dihatinya, ia mengingat jika ia berhenti menyusui sang anak ketika anak nya baru berusia dua bulan, anak tercintanya tidak mendapatkan full asi selama ini.

Tiba-tiba ia dikagetkan dengan sebuah tangan yang menepuk lembut kepalanya. Wanita cantik itu segera menoleh dan mendapatkan sosok sang suami yang sudah berdiri di sisinya.

"Kita sudah bersama sekarang dan kita akan menebusnya." Paham dengan perasaan sang istri, Darion mengucapkan kata penenang.

Marinka merasa haru, ia memeluk suaminya erat, rasa sesal karena mendiamkan suaminya selama ini semakin menjadi. Namun ia paham rasa sesal itu, akan ia manfaatkan untuk memperbaiki segalanya.

Brakk

"Mana ponakan tercinta ku!" Gebrakan pintu itu sungguh mengangetkan, dan pelakunya tentu saja kakak kembar Darion yang sedikit minim akhlak.

Leon yang akan terlelap pun tersentak, Leon bukanlah anak yang rewel. Si kecil itu langsung menatap ke arah pintu dengan heran, beda dengan para orang dewasa di sekelilingnya yang menatap tajam pelaku pendobrakan.

"Si bodoh ini! Kau tidak bisa pelan-pelan!" Seru Darion jengkel pada Darion yang cengengesan tak jelas, dirinya memang tidak ikut saat pertama kali mendengar jika keponakannya masuk rumah sakit, karena ada hal genting yang harus dirinya urus.

"Huweee"

"Eh?"

Mereka tersentak kaget mendengar tangisan khas anak-anak tiba-tiba terdengar.

Diego yang terdekat segera mendekat pada ponakannya.

"Kenapa?" tanya Diego sambil mengelus-elus rambut lembut si kecil.

Tidak menjawab Leon merentangkan tangannya minta digendong.

Diego agak ragu, karena sudah lama tidak mengendong anak-anak.

Namun perlahan dan sangat hati-hati menggendong keponakan manisnya.

"Ada apa?" tanyanya lagi ketika si kecil sudah nyaman digendongannya.

"Papa jelek syekali syaat malah, syepelti monstel hiks," jawab Leon sambil menangis dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang paman.

Darion sweetdrop dirinya langsung over thinking dalam otaknya langsung terputar 'apa dirinya sejelek itu?'

Marinka bahkan membekap mulutnya tak percaya dengan ucapan yang dilontarkan sang anak.

Bahkan dulu ia menahan mati-matian untuk tidak terpesona dengan wajah tampan sang suami namun anaknya.. ah sudahlah.

Darian bahkan sudah tak sanggup menahan tawa mendengar ucapan keponakannya, tawanya begitu menggelegar.

Darion sampai mendelik. "Jika kau lupa, kita kembar."

Darian seketika senyap, tidak ada bekas tawa diwajahnya. Dirinya full terdiam, jika dipikir-pikir memang benar dirinya dan Darion memiliki wajah serupa itu berarti dirinya juga jelek dimata sang keponakan?

Zephyr hanya menjadi saksi hidup dari setiap kejadian absurd pada keluarga nya.

.
.
.
.
TBC

Baby Lele (On Going)Where stories live. Discover now