23. Lumpur

8K 762 14
                                    

Seneng banget kalian pada antusias kemarin.

Jadi ini hadiah karena sudah membuat mood aku naik hihi

Jangan lupa pencet vote dan komennya yaa

.....

Marinka memutari mansion sejak tadi, tidak hanya dirinya bahkan para bodyguard ia kerahkan untuk mencari putra kecilnya yang tiba-tiba menghilang saat akan ia bangunkan.

Dirinya sungguh khawatir sudah 30 menit pencarian, ia pun sudah menghubungi sang suami yang sebelum nya memang sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.

Tap

Tap

"Bagaimana apa sudah ketemu?" tanya Darion dengan raut wajah yang kentara sangat khawatir.

Marinka menggeleng dengan air mata berjatuhan. "Bagaimana ini mas, anakku hilang."

Marinka cemas tak tertolong. Atensi sang anak belum ditemukan hingga sekarang.

Darion segera berjalan ke arah para bodyguard yang tertunduk ketika melihat keberadaan tuannya.

Bugh

Bugh

"Bodoh! Menjaga anak kecil saja tidak bisa!" Darion begitu emosi padahal ia sudah menaruh 2 bodyguard di depan kamarnya namun bagaimana bisa anak sekecil itu lolos dari pemantauan.

"Maafkan kami Tuan." Lirih para bodyguard itu sambil meringis kesakitan.

Tring..

Tring..

Suara dering telpon, menghentikan pukulan Darion. Ia merasakan jika telpon yang berada disaku celananya berbunyi.

Tertera nama tangan kanannya yang sedang menelpon nya.

"Apa!" Balas Darion dengan nada membentak, dia tak habis pikir padahal tangan kanannya itu ikut pulang bersama dirinya tadi tapi kenapa harus pakai acara menelpon segala.

"Ke halaman belakang bos."

Fabio tak mendengar balasan tuannya namun Fabio dengan sangat yakin jika kini tuannya tengah berlari ke sini.

Ia hanya menatap nanar gumpalan kecil yang sedang bermain dikubangan lumpur dengan begitu bahagia.

"Tuan kecil ayo naik," pinta Fabio untuk kesekian kalinya. Ia bingung membujuk bocah kecil itu, dipaksa nanti menangis tapi bila tidak dipaksa nanti malah dirinya yang menangis.

"Ndakkk Lele masyih mau main, paman sana pelgi." Tolak Leon sambil mengusir Fabio tangan kanan sang papa.

"Ayolah tuan kecil, mama anda kini sedang menangis mengkhawatirkan anda." Bujuk Fabio kembali, kali ini terlihat ada pergerakan dari bocah kecil itu. Mata bulat bersinar itu menatap Fabio dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.

"Mama nangis?" tanyanya dengan bibir bergetar. Fabio terlihat ragu untuk mengangguk namun demi bocah itu keluar dari kubangan lumpur dirinya pun menganggukkan kepalanya.

"Huwaa maapin Lele mama."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby Lele (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang